Covid-19 dan Generasi Charlie (Gen C)

Pramudianto, Doktor bidang Sumber Daya Manusia dan Trainer
04/4/2020 20:56
Covid-19 dan Generasi Charlie (Gen C)
Pramudianto, Doktor bidang Sumber Daya Manusia dan Traimer(Dok. Pribasi)

KITA mengenal generasi silent atau generasi tradisional yaitu mereka yang lahir sebelum tahun 1940. Kemudian, generasi baby boomers yang lahir antara tahun 1940-1960. Di kemudian hari, kita mengenal peristiwa "Baby Boomers Crisis" di Amerika. Generasi X lahir antara tahun 1960-1980, generasi Y atau milenial lahir pada 1980-2000. 

Generasi Y dikenal sebagai generasi yang melek teknologi, sehingga berdampak pada gap yang besar dalam dunia pekerjaan. Selanjutnya, generasi Z lahir pada tahun 2000-2010. Dan terakhir, mereka yang lahir pada tahun 2010-2019 disebut generasi Alpha. 

Sekarang, kita memasuki tahun 2020 dan mereka yang lahir pada tahun 2020-2030 di sebut Generasi Charlie (Gen-C).Charlie menggantikan istilah corona yang saat ini sedang terjadi di seluruh dunia. 

Kata Charlie mengingatkan kita pada beberapa peristiwa. Pertama Checkpoint Charlie (atau "Checkpoint C") adalah nama yang diberikan oleh Sekutu Barat untuk titik penyeberangan antara Berlin Timur dan Berlin Barat di masa Perang Dingin.

Checkpoint Charlie menjadi simbol Perang Dingin, menggambarkan pemisahan Timur dan Barat. Tank Soviet dan Amerika pernah berhadapan di lokasi ini pada Krisis Berlin 1961. Setelah runtuhnya Blok Timur dan Reunifikasi Jerman, bangunan di Checkpoint Charlie menjadi atraksi bagi wisatawan. 

Kedua, Barisan Nasional untuk Pembebasan Vietnam Selatan dikenal sebagai Viet Cong (VC), dan tentara AS belakangan menyebut FPN sebagai "Viet Cong", (VC) yang berasal dari istilah bahasa Vietnam untuk Komunis Vietnam (Viet Nam Cong san).

Tentara Amerika biasanya menyebut anggota-anggota Front Pembebasan Nasional (FPN) sebagai "Charlie", yang berasal dari ucapan abjad fonetik Angkatan Bersenjata AS dan NATO  untuk "VC", yaitu "Victor Charlie".

Ketiga, masih ingat film Charlie’s Angels? Film ini menceritakan mengenai tiga wanita cantik yang bekerja untuk seorang detektif misterius, Charles Townsend atau Charlie (John Forsythe) seorang bilyuner misterius yang hanya terdengar suaranya saat memberikan instruksi.

Ketiga peristiwa di atas tidak bisa dipisahkan dengan situasi yang menegangkan, menakutkan yang mengakibatkan muncul rasa cemas, khawatir, berusaha untuk bertahan, melindungi diri dan melawan untuk tujuan kebebasan. 

Sama persis yang kita hadapi saat ini meski dalam konteks yang berbeda. Seluruh dunia tegang, cemas, menutup diri, melakukan lock down, social distancing dan physical distancing. 

Namun di sisi lain muncul rasa kesehatian, saling memberi semangat, bantuan, pengorbanan tanpa mengenal batas ras, suku, agama, dan bangsa. Yang mereka pikirkan adalah satu yaitu manusia ciptaan Tuhan. Semua memiliki tujuan yang sama “bebas dari serangan Covid-19”. 

Situasi saat ini mempengaruhi kehidupan, cara berpikir manusia dan memiliki dampak pada setiap perilaku manusia.

Perhatian khusus

Anak-anak yang lahir pada tahun 2020 mendapat perhatian khusus dari kedua orangtuanya yang work from home (WFH). Kedua orang tuanya menjaga dengan sangat perfect akibat kecemasan yang dialami melalui situasi yang ada. Ditambah, adanya berita-berita yang sering tidak akurat.

Orang tua membangun spiritualitas dalam keluarganya untuk memberikan rasa tenang. Semasa WFH orang tua juga melakukan kreativitas untuk bertahan hidup dan mempersiapkan tantangan di masa depan. 

Kondisi ini akan berlangsung lama, karena berdampak terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perusahaan-perusahaan melakukan perencanaan ulang untuk bisnisnya yang dimungkinkan terjadi pengurangan karyawan atau pengangguran. Sehingga, terjadi kesulitan ekonomi secara merata.

Pada tahun 2025-2030 para ahli memerkirakan jumlah usia produktif khususnya di Indonesia paling besar di dunia. Jika kita tidak mampu memersiapkan lapangan pekerjaan, maka akan mengalami tingkat pengangguran yang besar. Ditambah,  pada tahun-tahun tersebut perusahaan-perusahaan di Indonesia gencar-gencarnya melakukan implementasi otomasi dalam berbagai bidang. 

Dengan begitu pertumbuhan anak-anak generasi Charlie, hampir mirip dengan generasi X. Namun, perbedaannya adalah saat ini ditopang dengan teknologi, komunikasi, budaya yang cepat beradaptasi sesuai konteksnya. 

Generasi Alpha kini dikenal sebagai generasi paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Ukurannya adalah umur mereka yang masih sangat dini, tetapi dapat memengaruhi putaran ekonomi dunia.

Generasi ini juga diprediksi akan menjadi generasi yang jauh lebih terdidik daripada Generasi Z, lebih akrab dengan teknologi, dan jadi generasi paling sejahtera.

CEO Beano Studios Emma Scott menyatakan, meski mereka adalah generasi pertama yang lahir di dunia serba digital, mereka tidak kecanduan pada teknologi layaknya orang tua milenial yang kecanduan pada sebuah aplikasi selfie.

Hasil tersebut menyebutkan bahwa generasi ini memiliki keseimbangan antara menggunakan teknologi dan aktivitas fisik maupun sosial. Mereka menikmati beragam aktivitas fisik seperti bermain di luar ruangan serta membuat kerajinan tangan. 

Secara pemikiran, generasi Alpha dinilai memiliki pandangan yang lebih terbuka dan maju dari generasi sebelumnya. Ini membuat mereka mengesampingkan stereotipe terhadap identitas tertentu. Serta, lebih mampu menerima perbedaan. Sikap-sikap itu membuat generasi Alpha memiliki kekuatan untuk mencapai pendidikan yang lebih baik. 

Maka, generasi Charlie ini diperkirakan bakal menjadi generasi yang paling cepat mencari solusi ketika ada persoalan. Karena, mereka tidak egois. Dan, mereka terhubung satu dengan yang lain untuk menemukan berbagai solusi dalam menyelesaikan berbagai masalah apa pun. 

Mereka lebih cerdas dan cekatan dibanding generasi sebelumnya dan tidak grusa-grusu (heboh/panik) dalam menghadapi perubahan. 

Kekuatan berbagi

Gen-C ini akan menguasai minimal bahasa Inggris, Mandarin, Jepang dan Jerman. Meski mereka terlahir dalam dunia digital dan sains, mereka memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, pengorbanan yang tak terbatas. Serta, memiliki kekuatan untuk berbagi dan belajar dari alam. 

Penggabungan antara dunia digital, sains dan alam menjadi fokus pengembangan generasi ini. Maka akan terjadi sebuah budaya baru yang nantinya memiliki dampak pemerataan ekonomi dunia.

Bagaimana dunia pendidikan dan parenting mempersiapkan mereka? Dunia pendidikan dan parenting sampai saat ini masih meraba-raba bagaimana mendidik atau mendampingi generasi Alpha. 

Apakah mereka harus sejak dini diperkenalkan teknologi atau justru penekanannya pada imajinasi, kreativitas dan kerja sama melalui melukis, menyanyi dan olah raga?

Generasi Charlie perlu mendapatkan pendampingan yang tepat. Misalnya, buatlah mereka selalu bahagia di ruang terbuka, alam semesta, seperti pegunungan, pantai, pertanian dan yang lain. 

Buatlah pendidikan yang membuat mereka mampu menjelajahi alam, bukan lagi pendidikan di dalam kelas yang terbatas, bukan memahami alam dengan tayangan-tayangan video.

Mereka harus dipertemukan secara langsung dengan fakta. Anak-anak generasi Charlie  memiliki sikap lebih santun, plural dan memiliki spiritualitas yang baik sebagai bentuk keseimbangan hidup. 

Motto generasi Charlie "di mana kita berada, di situlah kita belajar". Adanya keharmonisan antara apa yang dilakukan dengan tempat mereka berada.

Konteksnya, dalam rangka balance harmony. Sehingga, ide-ide kreatifnya dapat digunakan untuk memelihara alam semesta. 

Tema buat anak-anak generasi Charlie adalah keharmonisan, keterbukaan, pemeliharaan dan kesinambungan. Ke depan, anak-anak generasi paling muda ini diharapkan dapat menjadi perwujudan masa depan dan dunia yang lebih baik.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya