Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
“KITA punya satu kata yang hilang dalam dunia pendidikan, yaitu kemandirian. Yang saya maksudkan dengan kemandirian adalah kebebasan berpikir, bersikap, dan berpendapat.” Kalimat lugas itu dinyatakan Prof HAR Tilaar saat memberikan materi Filosofi Pendidikan pada para guru peserta Sekolah Guru Kebinekaan Yayasan Cahaya Guru pada 2016.
Kalimat itu merupakan satu dari sekian banyak ‘harta’ yang ditinggalkannya. Penghargaan terhadap usaha Prof HAR Tilaar (1932-2019) di Indonesia tidak sebesar apa yang didapatkannya dari luar negeri.
Namanya kurang banyak disebut para Menteri Pendidikan RI, bahkan sampai menteri yang sekarang sekalipun. Sementara itu, sejumlah 31 judul buku pendidikan ditambah beratus artikel peninggalannya merupakan harta berharga untuk dunia pendidikan Indonesia.
Guru pembawa nilai Pancasila
Prof Tilaar mengajak kita semua bangga menjadi guru. “Saya seorang guru!” begitu katanya selalu. Sebagai seorang guru yang memiliki kepercayaan tinggi tentang kekayaan pemahaman dan praksis pendidikan yang bersumber dari kebudayaan Indonesia, selalu mengingatkan pentingnya kehidupan berlandaskan nilai Pancasila. “Prinsip hidup bangsa Indonesia bukan di dalam persaingan, melainkan dalam nilai-nilai gotong royong.”
Gotong royong, yang juga disebut Soekarno sebagai perasan dari lima sila dalam Pancasila, diyakini Tilaar sebagai nilai penting yang perlu dinyatakan dalam laku pendidikan. Sejalan dengan hal ini, Prof Tilaar juga mengingatkan semua anak Indonesia perlu mendapatkan kesempatan mengikuti pembelajaran yang menumbuhkembangkan kemandirian mereka.
Pendapat Prof Tilaar bisa jadi tidak sejalan dengan mereka yang hanya berfokus pada ‘persaingan global’, apalagi bila proses pembelajaran direduksi menjadi hanya suatu penyiapan keterampilan bekerja.
Mengangkat pandangan Ki Hadjar Dewantara sebagai dasar acuannya, Prof Tilaar berpendapat bahwa seorang guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Pendekatan pamong dipandangnya merupakan pendekatan tepat. Sebagai pamong, guru berada di depan, memberikan contoh dalam keseharian.
Setelah mencapai tahapannya, guru bergeser berada di samping, memberi kesempatan peserta didik memecahkan masalahnya. Setelah itu, guru perlu mendorong siswa untuk mengembangkan berbagai talenta yang dimilikinya melalui berbagai kegiatan, termasuk pengalaman memimpin.
Perjalanan perbedaan posisi peserta didik merupakan pembelajaran berharga untuk persiapan masa depannya. Setiap peserta didik dengan waktu masing-masing perlu memiliki proses itu, dengan porsi dan waktu masing-masing.
Adil tidak berarti sama, sangat perlu dipahami setiap guru. Tilaar juga menekankan guru merupakan pemimpin sejati yang memandang siapa pun yang dipimpinnya sebagai mitra dalam mengambil keputusan bersama. Peserta didik bersama-sama dengan guru membangun ilmu pengetahuan.
Guru dan isu kebinekaan
“Guru adalah pemimpin pertama dari peserta didik yang melanjutkan dan mengembangkan tugas orangtua dalam lingkungan kebudayaannya dan menaburkan serta mengembangkan bibit nasionalisme.” Senantiasa mengingatkan peran guru dalam sejarah perjuangan bangsa. Dalam mengisi kemerdekaan dan menjawab tantangan secara kontekstual, beliau mengingatkan isu kebinekaan merupakan tantangan bangsa. Dari sedikit tokoh pendidikan nasional yang konsisten mengangkat isu ini, beliau ialah salah satunya.
Peran Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga yang menyiapkan para guru dipandangnya ‘harus mengarahkan dan mendidik warga negara yang bertanggung jawab, memiliki nasionalisme tinggi, dan bangga terhadap identitas bangsa sendiri. Intelektualisme yang hanya mementingkan akal manusia tanpa memiliki nilai susila sebagai arah memiliki kemungkinan menjadi bahaya untuk kelangsungan hidup manusia.’
Berulang kali pula Tilaar menyebutkan pentingnya membangun bangsa Indonesia yang berkepribadian Indonesia. Tugas LPTK ini mutlak mengingat guru merupakan ‘pemimpin pertama dari peserta didik, yang mengembangkan tugas orangtua, dalam lingkungan kebudayaannya dan menabur bibit nasionalisme.’
Kepedulian pada pentingnya mengembangkan rasa kebangsaan anak dipandangnya juga berhubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia. Karena itu, dalam satu tulisannya, Tilaar mengungkapkan keprihatinannya pada paud dan sekolah dasar Indonesia yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar. Meskipun beliau juga menyebutkan bahwa membangun ilmu pendidikan bernuansa lokal dengan berorientasi internasional menjadi suatu keniscayaan.
Watak Pancasilais yang ditumbuhkembangkan pada peserta didik, menurut Tilaar, akan menjamin ketenteraman dan perdamaian bermasyarakat. Sementara itu, peran strategis pendidikan ialah menjaga kerekatan yang merupakan modal sosial dan modal kultural dalam mengikat bangsa yang bineka menjadi suatu ‘kesatuan dinamis.’
Fungsi sekolah ialah menjadi pusat budaya dalam membangun peserta didik setiap anak Indonesia menjadi pancasilais. Secara spesifik Tilaar mengingatkan intoleransi merupakan bahaya internal dan bisa merontokkan kesatuan bangsa Indonesia, terutama dalam agama dan kepercayaan.
Adanya tendensi sekolah negeri bergeser menjadi lembaga pendidikan agama tertentu sangat penting untuk diatasi bersama. Ia mengusulkan agar para orangtua mendapatkan informasi nilai luhur keindonesiaan yang diangkat sekolah melalui Komite Sekolah.
Membuka ruang perjumpaan dengan mengangkat keragaman latar peserta didik dan pemangku kepentingan lain sangat mungkin dilakukan melalui penugasan di kelas.
Mendata dan menggunakan keragaman lingkungan untuk memperkaya materi ajar bisa menjadi jembatan untuk meretas prasangka dan menjalin kembali keutuhan bangsa.
Profesi guru, menurut Tilaar, ialah “profesi yang menjadi, terus-menerus diperkaya sesuai pengalaman.” Kebanggaan dan harapannya pada guru diperjelasnya dengan kutipan dari ungkapan Jepang yang artinya ‘budi guru lebih tinggi dari gunung tertinggi, lebih dalam dari laut terdalam.’
Terima kasih guru untuk mengajak kami semua bangga menjadi guru pula. (Dalam rangka 100 hari wafatnya Prof Henry Alexis Rudolf Tilaar)
Pendidikan pada usia dini merupakan fase yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
Dalam aturan baru ini, beban kerja tatap muka guru minimal 24 jam per minggu yang dapat dipenuhi dengan pemenuhan tugas pokok, tugas tambahan, dan tugas tambahan lain.
SEBANYAK 1.411 guru swasta kategori prioritas (R1D) di Jawa Tengah telah lulus seleksi pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sejak 4 tahun lalu, namun belum penempatan
GUBERNUR Kalimantan Timur Rudy Mas’ud (Harum) menyerahkan bantuan dan insentif melalui program Gratispol dan Jospol di tiga wilayah, yakni Bontang, Kutai Timur, dan Berau.
Keresahan terkait dengan status Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) bagi para guru.
Program ini memberikan banyak peluang agar mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved