Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
SUNGGUH merupakan suatu kehormatan besar bagi saya pribadi, juga sebagai Ketua Umum Partai NasDem yang kini mendapat penghargaan dari Ikatan Alumni (ILUNI) Program Studi Pascasarjana Universitas Indonesia menyampaikan beberapa pokok pikiran tentang tantangan bangsa Indonesia kini dan di masa depan.
Sebab, momen ini merupakan kesempatan emas amat berharga bagi saya pribadi mendapatkan kepercayaan guna memberi sumbangsih lebih kepada bangsa ini melalui kontribusi gagasan dan konsepsi pemikiran positif, konstruktif, dan produktif demi terwujudnya visi-misi dan cita-cita proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia sebagi bangsa berdaulat, adil, makmur, dan sejahtera.
Baca juga: Surya Paloh Serukan Hormati Pluralisme
Oleh karena itu, rasanya tidak berlebihan bila pada kesempatan berbahagia ini, pertama-tama saya ingin mengekpresikan rasa kegembiraan serta rasa hormat dan terima kasih saya setinggi-tingginya kepada panitia penyelenggara serta salam hangat saya kepada segenap keluarga besar Universitas Indonesia, secara khusus insan ILUNI atas kepercayaan dan penghargaan ini, juga atas kebahagiaan yang hari ini kita rasakan bersama dalam suasana kekeluargaan yang harmoni, sehubungan dengan kehadiran kita sebagai bangsa yang dalam waktu tiga hari ke depan akan secara bersama-sama merayakan kegembiraan memperingati 74 tahun lahirnya negara bangsa Indonesia yang sama kita cintai dan banggakan ini.
Kita juga patut memanjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala nikmat dan karunia rachmat yang kita terima selama ini dalam perjalanan hidup di keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, hingga di usia ke 74 tahun kurang tiga hari ini.
Semoga dengan bertambahnya usia, bangsa ini dapat menjadi lebih dewasa dan matang, sehingga mampu menghadirkan semangat baru dalam membantu pemerintah dan negara untuk segera menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa yang dihadapi saat ini dan ke depan, agar cita-cita besar dan mulia bangsa ini untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, adil dan makmur, dapat segera dicapai.
Ketika mendapat undangan dari keluarga ILUNI ini untuk memberi kuliah umum dengan tema Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Di Masa Depan, selaku insan politik yang sungguh concern pada dunia pendidikan guna mencerdaskan generasi bangsa ini, jujur, saya menyambut gembira undangan tersebut.
Namun demikian, saya harus jujur pula menyampaikan di sini, bahwa saya sempat tertegun dan bertanya-tanya di dalam hati, apakah tidak keliru permintaan panitia dalam undangan ini?
Saya merasa bahwa tema yang ditawarkan oleh panitia sesungguhnya sangat tidak mudah untuk saya bahas dengan baik dalam forum ilmiah seperti ini, mengingat latar belakang saya yang kesehariannya lebih banyak menggeluti dunia politik dan bisnis, dan bukanlah seorang akademisi, apakah dosen atau peneliti.
Sedangkan tema yang ditawarkan oleh panitia ini, hemat saya, jauh lebih pantas dibahas oleh para akademisi. Karena memang jauh lebih dekat korelasinya dengan kawan-kawan akademisi, yang secara rutin sehari-harinya menggeluti tugas penelitian dan pengkajian.
Meskipun demikian, saya tentu harus tetap dengan sangat hormat menghargai niat dan kehendak baik panitia yang telah dengan kepercayaan penuh memberi tawaran tugas kepada saya untuk membahas masalah Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Di Masa Depan ini. Dan, saya akan mencoba membahas sejauh yang saya bisa lakukan, tentu saja dengan beberapa batasan catatan khusus.
Catatan pertamanya adalah bahwa, pada aspek substansi, saya tentu akan membatasi diri dalam memaparkan beberapa pokok pikiran saya ini, dengan hanya dari perspektif catatan singkat saya yang saya peroleh melalui observasi sederhana serta refleksi pribadi saya terhadap berbagai fenomena dan/atau peristiwa yang terpotret sepanjang perjalanan kehidupan sosial politik kebangsaan kita, terutama yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
Sedangkan catatan keduanya, adalah bahwa, pada aspek metode, tanpa harus mengajarkan itik berenang atau kodok dan tupai melompat, saya juga tentu tidak ingin menyampaikan pokok-pokok pikiran saya ini melalui pola perkuliahan sebagaimana dikehendaki oleh panitia.
Sebab, rasanya kurang elok apabila saya harus memberi kuliah umum kepada kalangan sangat terpelajar seperti para guru besar dan bapak/ibu sekalian yang saya banggakan ini. Saya merasa lebih pantas menyampaikannya dalam format yang ringan dan rileks namun memadai, sekadar sebagai sharing pengantar diskusi.
Ruang lingkup materi
Agar tidak menyimpang atau melebar ke sana-sini, maka ruang lingkup materi kita hanya akan difokuskan pada potret tentang kondisi Indonesia hari ini. Di samping itu, juga mengidentifikasi segenap potensi yang bisa menjadi peluang untuk menjadikan Indonesia ini negara maju, sekaligus berbagai potensi tantangan yang bisa menghambat upaya dan usaha-usaha kita memajukan bangsa ini di masa depan.
Semua ini tentu saja dengan terlebih dahulu meneropong dan menelusuri rencana-rencana dan cita-cita besar yang digagas dan dicanangkan, baik oleh the founding fathers dahulu maupun oleh pemerintahan yang kini berjalan sebagai tolok ukur. Bertitik tolak dari sanalah, kita akan secara jernih mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi kini dan ke depan.
Dari sana pulalah kita akan menemukan jawaban dan jalan keluar untuk menghantarkan bangsa ini keluar dari tantangan-tantangan tersebut guna dapat mewujudkan Visi Indonesia Maju, yang juga sejalan dengan mimpi dan cita-cita besar tentang Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya.
Tentang Visi Indonesia Maju
Bapak/Ibu Undangan dan Para Hadirin sekalian yang berbahagia, bangsa ini baru saja menyelesaikan sebuah perhelatan politik besar, yakni sebuah proses politik demokratik untuk melakukan seleksi kepemimpinan nasional, baik kepemimpinan di bidang eksekutif untuk menghadirkan Presiden dan Wakil Presiden pilihan terbaik rakyat, maupun para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (dari DPR RI hingga DPRD provinsi, kabupaten, dan kota).
Sebagai bangsa, kita telah melakukannya dengan sangat baik dan sukses (dalam perspektif tertentu), sehingga mendapatkan banyak apresiasi dari banyak negara, meskipun masih dijumpai beberapa kekurangan dan kelemahan, termasuk munculnya fenomena gesekan sosial politik yang kadang-kadang keras menjurus kepada lahirnya potensi konflik horisontal.
Namun kita mampu mengeliminasi potensi negatif itu dengan baik hingga di titik akhir. Untuk itu, kita sepatutnya bersyukur kepada Allah SAW, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan rida-Nya kepada bangsa ini, juga kepada pihak penyelenggara pemilu yang telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik. Melalui proses politik yang penuh dinamika tersebut, rakyat Indonesia akhirnya berhasil mendapatkan sepasang pribadi Presiden dan Wakil Presiden, yakni Jokowi dan KH Ma’ruf Amin, yang akan memimpin bangsa ini untuk periode lima tahun ke depan guna membangun dan merealisasikan mimpi besar Indonesia sebagai negara maju – visi yang sungguh menggambarkan harapan serta membangkitkan obsesi sekaligus optimisme besar dan kuat akan kemajuan Indonesia di masa depan, bahkan menjadi negara terkuat di dunia.
Tentu masih sangat segar dalam ingatan kita, terdapat lima poin utama yang selalu disampaikan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dalam visinya untuk membangun Indonesia Maju di periode kedua pemerintahannya.
Pertama, Jokowi menyebut akan melanjutkan pembangunan infrastruktur di periode kedua pemerintahannya, dengan fokus pada usaha menyambungkan infrastruktur-infrastruktur yang telah dibangun dengan kawasan-kawasan industri, kawasan, pertanian dan perkebunan serta kawasan ekonomi khusus, dan juga pariwisata.
Poin kedua yang disampaikan Jokowi adalah niat menggencarkan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Presiden terpilih Jokowi berpandangan bahwa pembangunan SDM adalah prasyarat kunci untuk menjadikan Indonesia negara yang lebih maju.
Di samping itu, di bidang kesehatan, Jokowi menekankan harus tersedia menjamin kesehatan ibu sejak hamil, bayi, balita, dan anak-anak sekolah yang memang diperlukan untuk bayi dan anak-anak guna mencetak manusia Indonesia yang unggul ke depan. Untuk itu, Jokowi beberapa kali menegaskan bahwa jangan sampai ada stunting, jangan sampai ada kematian ibu dan bayi yang meningkat. Tugas besar kita ada di situ.
Di sektor pendidikan, Jokowi juga berjanji akan terus meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa akan membangun manajemen talenta Indonesia untuk melakukan identifikasi, fasilitasi serta dukungan bagi anak-anak bertalenta.
Poin ketiganya, Jokowi menekankan tentang pentingnya investasi di negeri ini. Jokowi menegaskan bahwa pemerintahan ke depan harus fokus untuk mendatangkan investasi ke Indonesia. Keran investasi diperlukan untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Jokowi secara sangat tegas menyampaikan bahwa jangan sampai ada yang alergi terhadap investasi dan usaha-usaha menghambatnya.
Karena dengan cara inilah lapangan kerja akan terbuka sebesar-besarnya. Sebab itu, yang menghambat investasi semuanya harus dipangkas, baik itu perizinan yang lambat, yang berbelit-belit, apalagi yang ada punglinya.
Poin keempat, Presiden Terpilih Jokowi menyinggung pentingnya reformasi birokrasi dilakukan agar lembaga-lembaga negara semakin sederhana dan lincah. Jokowi berjanji akan memangkas birokrasi yang tidak efisien jika hal itu ditemukannya. Reformasi birokrasi dianggap penting karena dipercaya menjadi kunci untuk menarik minat investasi. Jokowi bahkan akan mengecek sendiri, kontrol sendiri, begitu dilihat tidak efisien atau tidak efektif, dipastikannya akan dipangkas dan pejabatnya dicopot. Oleh sebab itu, Jokowi akan menempatkan menteri-menteri yang berani. Kalau ada lembaga-lembaga yang tidak bermanfaat, bermasalah, Jokowi pastikan akan membubarkannya.
Terakhir, Jokowi menekankan pentingnya alokasi dan penggunaan APBN secara efektif dan efisien. Jokowi mengingatkan, bahwa setiap rupiah yang digunakan pemerintah dari APBN harus dipastikan memberi manfaat ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Menyadari hadirnya berbagai tantangan dalam mengelola roda pemerintahan untuk membangun negara besar seperti Indonesia, Presiden terpilih Jokowi mengingatkan bahwa mimpi-mimpi besar yang dicanang tersebut hanya bisa terwujud jika kita semua sebagai bangsa bersatu, optimis, percaya diri. 'Kita harus optimis dan percaya diri menghadapi tantangan-tantangan global. Kita harus yakin bahwa kita bisa menjadi salah satu negara terkuat di dunia," kata Jokowi.
Indonesia Dalam Impian Sejarah (Orde Lama)
Dalam jejak historis perjalanan bangsa Indonesia, kita pernah dikaruniai sosok pemimpin hebat sangat cerdas, tokoh berkharisma tinggi sangat visioner, berprinsip dan berpendirian sangat teguh, serta berkeyakinan sangat kuat dalam hal ideologi untuk membangun dan memperjuangkan kemajuan bangsa ini, sang Dwi Tunggal proklamator bangsa, Ir. Soekarno dan Drs. Mohamad Hatta.
Sebagai bangsa, saya kira kita sepakat, bahwa kita memang harus bersyukur kepada Tuhan Yang maha Kuasa karena telah pernah memiliki Ir. Soekarno, sosok pemimpin kaliber dunia yang sungguh sangat hebat, yang entah sampai kapan bangsa ini akan bisa melahirkan sosok pemimpin seperti ini lagi. Demikian juga Bung Hatta.
Mereka adalah sosok pemimpin ideal yang kita rindukan untuk hadir kembali di republik ini. Di bawah kepemimpinan mereka di era Orde Lama, bangsa ini pernah dibuatnya sebagai bangsa terpandang di mata bangsa-bangsa lain di dunia, dan disegani dunia internasional, karena kharisma kepemimpinannya yang sangat unggul hampir dalam segala aspek, terutama dalam visi besarnya untuk membangun dan memajukan bangsa Indonesia dan dunia pada umumnya.
Salah satu visi besar yang sempat menggemparkan dunia adalah desain gagasan untuk membuat bangsa-bangsa di dunia ini bersatu dan hidup berdampingan secara rukun dan harmonis sebagai suatu komunitas bersama dunia, dan menjadikan Pancasila sebagai landasan ideologi seluruh bangsa di dunia, yang disampaikannya secara terbuka di forum internasional saat menyampaikan pidato politiknya di Sidang PBB tahun 1956, dengan judul TO BUILD THE WORLD A NEW (Membangun Dunia Kembali).
Ini tentu saja harus dikenang sebagai sebuah pidato legendaris, yang sekaligus puncak dari seluruh usaha dan perjuangannya membangun harkat dan martabat bangsa ini. Ini adalah juga strategi Bung Karno dalam membangun nation pride bangsa ini.
Ideologi Pancasila dan isu persatuan dan kesatuan bangsa lalu menjadi tema sentral yang terus menerus digaungkan dalam seluruh program dan gerak pembangunan bangsa ini saat itu. Pancasila bahkan disebutnya bukan hanya sebagai ideologi dan dasar negara, namun harus juga menjadi the way of life dan the way of thinking/a philosphy system bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari hari. Karena Bung Karno begitu kuat meyakini, bahwa tanpa Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara serta menjadikannya sebagai the way of life dan the way of thinking/a philosphy system bangsa Indonesia yang diimplementasikan dalam keseharian hidupnya, bangsa ini pasti kehilangan pedoman dan pegangan hidup dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Bung karno dan Bung Hatta adalah sosok pemimpin bangsa yang sungguh menjadi panutan bangsa ini karena sangat berjasa baik meninggalkan jejak kepemimpinan, yakni jejak kepemimpinan tentang prinsip rela dan berani berkorban untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara ini, dengan senantiasa mengajarkan bangsa ini untuk berjuang tanpa pamrih; untuk senantiasa mendahulukan kepentingan umum rakyat – bangsa – dan negara di atas kepentingan pribadi – keluarga – kelompok dan golongan; untuk senantiasa memiliki jiwa patriotik dan semangat nasionalisme mencintai, rakyat, bangsa dan negara ini secara tulus tanpa batas; serta untuk senantiasa memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dengan terus menjaga dan menjaga ideologi bangsa Pancasila sebagai landasan untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara.
Realisasi ajaran ini dalam kehidupan Dwitunggal ini dapat dipotret dari jejaknya ketika berhadapan dengan kenyataan sejarah di mana mereka mengambil jalan berpisah dalam posisi kekuasaan. Meskipun tidak lagi berjalan bersama sebagai Dwi Tunggal dalam posisi kekuasaan karena suatu hal tertentu, namun mereka tetap bersahabat dan saling memberi support serta saling memberi respek satu sama lainnya.
Demikian juga saat Bung Karno menghadapi gejolak politik yang hendak menumbangnnya dari tampuk kekuasaan tertinggi sebagai Presiden di tahun 1965/1966, lalu mendapat perlakuan yang tidak pantas selayaknya Presiden yang pernah berjasa sangat besar kepada bangsa dan negara ini. Apa yang dilakukan oleh Bung Karno saat itu? Demi persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa dan negara ini, Bung Karno memilih menerima itu semua secara tulus dan ikhlas, dan tidak memberi perlawanan apapun untuk membebaskan diri dari perlakuan tidak pantas tersebut. Padahal, dengan kekuasaan dan kewenangan yang masih ada pada dirinya, Bung Karno bisa menggunakan kekuasaan itu untuk melakukan perlawanan.
Betapa indah dan luhur serta mulianya mimpi dan cita-cita besar serta perjuangan dan pengorbanan dari para leluhur pendiri bangsa ini yang ingin menjadikan Indonesia sebagai bangsa dan negara yang kuat, bersatu, damai dan tenteram, adil, makmur dan sejahtera, lahir maupun batin, saat mereka mendesain dan mendirikan bangsa dan negara ini.
Mereka sungguh menginginkan negara bangsa Indonesia yang secara riil menghadirkan persatuan dan kesatuan yang kuat serta kedamaian dan ketenteraman di dalamnya. Mereka sungguh menginginkan negara bangsa Indonesia yang secara riil menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya, bukan hanya untuk sekelompok atau segolongan orang tertentu. Mereka sungguh juga menginginkan negara bangsa Indonesia yang secara riil menghadirkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya, bukan kemakmuran dan kesejahteraan hanya untuk sekelompok atau segolongan orang tertentu di republik ini.
Pada intinya, leluhur bangsa ini serta the founding fathers kita dahulu sungguh menginginkan negara bangsa Indonesia yang secara riil menghadirkan kemajuan hebat di republik ini, yang oleh Presiden dan Wakil Presiden Terpilih saat ini, Jokowi dan KH Ma’ruf Amin ingin direvitalisasi dan diterjemahkan kembali sebagai INDONESIA MAJU melalui visi dan misi yang dirumuskannya.
Mimpi dan cita-cita besar untuk menghadirkan kemajuan hebat bangsa dan negara ini tidaklah berjalan mulus tanpa gangguan dan hambatan. Di masa lampau, justru sangat besar tantangan dihadapi bangsa ini, sejak periode prakemerdekaan, hingga di tahun-tahun pascakemerdekaan.
Meskipun demikian, berkat kecintaan yang tulus pada negeri ini dengan bermodalkan semangat persatuan yang kuat serta spirit nasionalisme dan jiwa patriotisme yang tinggi dan kuat, para leluhur dan pendiri bangsa ini bersatu-padu dan berjibaku berjuang melawan imperialisme dan mengusir para penjajah dari bumi pertiwi ini demi meraih kemerdekaan bagi anak negerinya, agar bisa membangun masa depannya secara mandiri dengan kekuatan sendiri. Mereka berjuang habis-habisan untuk mempertahankan kemerdekaan negara yang sudah mereka raih dan proklamirkan saat itu.
Mimpi dan cita-cita besar para leluhur dan pendiri bangsa ini untuk menghadirkan kemajuan hebat bangsa dan negara ini justru lantas membangkitkan semangat juang mereka untuk berusaha dan berjuang sangat keras mengeliminasi berbagai gangguan dan tantangan yang berpotensi menghambat usaha untuk membangun dan menghadirkan kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara ini. Pengorbanan tiada tara dengan cucuran keringat, darah dan air mata, telah mereka tumpahkan untuk mempertahankan dan menyelamatkan negeri ini.
Mereka juga berusaha dan berjuang sangat keras untuk menumpas berbagai gerakan pemberontakan dalam negeri yang pernah terjadi, seperti pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965; sebelumnya adalah peristiwa pemberontakan PKI tahun 1948 di Madiun, yang lebih dikenal dengan Peristiwa Madiun; gerakan pemberontakan DI/TII; gerakan pemberontakan Fretelin di Timor Timur (saat ini Timor Leste) tahun 1974-1984; Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berlangsung sejak 1976; Gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang didirikan tahun 1965, dan lain sebagainya.
Sekali lagi, syukur alhamdulillah, sebagai bangsa kita sepatutnya kembali bersyukur kepada Tuhan dan berterima kasih kepada para syuhada bangsa ini, karena pengorbanan tiada tara dengan cucuran keringat, darah dan air mata yang telah mereka curahkan untuk membela dan mempertahankan negeri ini, maka berbagai gangguan dan tantangan di masa lalu kepada bangsa ini telah dapat dilewati dengan baik dan selamat, sehingga hadirlah Indonesia seperti yang hari ini kita nikmati. Meskipun terdapat fakta menyedihkan, wilayah Timor Timur akhir terpisah dari NKRI.
Indonesia Dalam Impian Sejarah (Orde Baru)
Di era Orde Baru, pemerintahan di bawah pimpinan Presiden Soeharto ingin lebih cepat lagi mewujudkan mimpi dan cita-cita luhur bangsa ini. Dengan strategi mempelajari berbagai kelemahan yang terjadi selama periode pemerintahan Orde Lama, Soeharto berusaha keras memperbaikinya, sambil terus melakukan berbagai strategi kebijakan yang baik dari zaman Orde Lama. Termasuk dalam hal sistem pemerintahan dan demokrasi terpimpin era Orde Lama.
Tanpa banyak pihak sadari, sistem pemerintahan dan demokrasi di era Orde Baru sesungguhnya merupakan sistem pemerintahan dan demokrasi terpimpin, yang merupakan kelanjutan dari sistem pemerintahan dan demokrasi era Orde Lama. Hanya saja dalam desain kemasan berbeda. Semua itu dilakukan untuk mempermudah pemerintah mengendalikan keadaan untuk membangun negara ini dengan baik.
Guna memuluskan jalan menuju cita-cita bangsa, Soeharto lalu menggunakan teknokrat sebagai ujung tombak kekuatan pemerintahan yang dipimpinya untuk merancang dan merumuskan berbagai kebijakan pembangunan negara. Tiga jalur kekuatan utama yang digunakan adalah jalur ABRI, jalur Birokrat, dan jalur Golkar, yang sangat populer dengan sebutan jalur ABG.
Sedangkan desain strategi pembangunan yang ditempuh adalah melalui strategi Trilogi Pembangunan, yakni Stabilitas Nasional Yang Dinamis (berupa stabilitas politik dan keamanan), Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi, dan Pemerataan Pembangunan dan Hasil-hasilnya. Strategi ini menjadikan sektor stabilitas nasional (politik dan keamanan) sebagai tekanan utamanya. Mengapa demikian? Karena pemerintahan Orde Baru meyakini betul, bahwa tanpa stabilitas politik dan keamanan yang terjamin, pembangunan tidak bisa berjalan baik, dan pada akhirnya tujuan mulia yang dicita-citakan oleh bangsa dan negara ini di awal tidak akan mungkin bisa terwujud.
Dalam banyak aspek, strategi pembangunan selama era Orde Baru harus diakui keberhasilannya, meskipun meninggalkan beberapa kekurangan dan kelemahan. Kita harus jujur menyatakan itu. Misalnya saja, di era Orde Baru, bangsa ini pernah mencetak keberhasilan spektakuler di bidangan pertanian dengan produksi pangan berlebih, sehingga bisa swasembada beras saat itu. Di bidang moneter, inflasi yang tadinya berada di kisaran 500% dapat ditekan serendah mungkin sampai di kisaran 5%.
Itulah sekelumit kisah Indonesia di masa lalu dalam impian sejarah dengan sejumlah kisah heroik para syuhada bangsa yang menjadi panutan dan kebanggan kita semua.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia hari ini? Sudahkah kita sebagai bangsa telah berada pada level kehidupan yang adil, makmur, sejahtera sebagaimana yang dicita-citakan para leluhur pendiri bangsa dan negara ini? Masih adakah kisah heroik anak 'zaman NOW' yang mampu memberi kita rasa optimisme akan membawa bangsa dan negara ini mencapai cita-cita luhur untuk menghadirkan Indonesia Maju sebagai negara yang hebat di tengah persaingan global ke depan? Mari kita lihat.
Indonesia Kini (Era Reformasi): Peluang Kemajuan dan Tantangan Yang Dihadapi
Mencermati proses perjalanan kehidupan sosial kebangsaan kita selama ini, kita mesti secara jujur mengakui, bahwasannya Indonesia kita hari ini, dalam beberapa sektor, tentu masih jauh tertinggal dibandingkan negara lain di dunia, termasuk juga negara-negara tetangga kita, seperti Singapore, Malaysia, Filipina, Thailand, Jepang, dan yang lainnya. Kita mengalami ketertinggalan pembangunan di bidang infrastruktur, energi, pangan dan beberapa sektor lainnya seperti pendidikan dan kesehatan, sehingga terjadi kemerosotan ekonomi, buruknya fasilitas dan layanan pendidikan dan kesehatan.
Demikian juga dengan sumber daya manusia, kualitas sumber daya manusia bangsa kita masih jauh kalah dari bangsa lain. Indeks SDM kita menunjukkan bahwa di wilayah Asia saja, kita masih jauh berada di bawah Malysia dan Vietnam. Apalagi Singapura, Thailand, dan Jepang, kita masih sangat ketinggalan. Kita hanya unggul dari Laos, Kamboja, dan Myanmar.
Dalam peringkat Global Talent Competitiveness Index (GTCI) 2018 yang bertema keberagaman untuk meningkatkan daya saing, Indonesia juga berada di peringkat sangat rendah, yakni berada di urutan ke -77 dari total 119 negara di dunia.
Di bidang infrastruktur, meskipun fakta memperlihatkan adanya kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, namun semua yang kita raih belum cukup memadai, karena kita jauh tertinggal bahkan dari tetangga kita sendiri seperti Singapura dan Malaysia. Mirisnya, Indonesia juga jauh tertinggal dari China. Padahal, China belajar dari Indonesia untuk pembangunan infrastruktur.
Selama 40 tahun, Indonesia hanya membangun sekitar 1.000 km jalan tol. Sedangkan China, yang dulu belajar dari Indonesia, justru membangun ratusan ribu kilometer jalan tol. Tiongkok dan Malaysia yang dulu belajar dari Indonesia saat Jagorawi dibangun, kini, China sudah berhasil membangun 280 ribu km jalan bebas hambatan. Semua ini supaya kita menyadari dan bisa membandingkan seberapa jauh kita tertinggal.
Jadi, tanpa kita sadari, bahwa kondisi bangsa kita saat ini sesungguhnya mengalami sebuah kemunduran pesat dari era sebelumnya. Bangsa ini terlalu mudah tergiur menerima tawaran baru yang dikiranya dapat menguntungkan dirinya membawa perubahan ke arah kemajuan. Padahal sebaliknya, ke arah kemunduran yang membuat dirinya ketinggalan jauh di belakang, termasuk tawaran ideologi baru yang sudah usang dan busuk di negeri asalnya.
Kondisi ketertinggalan bangsa ini juga terefleksi dalam situasi di mana masih terdapat banyak anak bangsa di negeri ini yang 'terpaksa' menjalani hidup dan kehidupan dalam kondisi 'serba kekurangan', akibat kemiskinan ekonomi. Disamping itu, masih banyak pula penduduk dan anak negeri ini yang 'terpaksa' tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, serta tidak mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang baik dan memadai akibat keterbatasan kemampuan ekonomi dan finansial beserta sederet persoalan sosial lainnya yang melilit hidup mereka dalam menggapai mimpi akan kesejahteraan hidup.
Di sisi yang lain, korupsi dan berbagai praktik kejahatan serius lainnya yang merugikan keuangan dan perekonomian negara serta membawa implikasi terhadap kemiskinan dan kerusakan ekonomi bangsa ini, terus saja berlangsung dan cenderung semakin 'parah'. Berbagai praktik manipulasi dan pencurian sumber alam negeri ini pun masih marak terjadi. Mirisnya lagi, berbagai praktik 'bejat' dan tidak manusiawi ini, justru terjadi di tengah jeritan rakyat yang terimpit kesusahan hidup menggema di setiap pelosok negeri.
Itulah tantangan kita sebagai bangsa. Tantangan yang hari ini kita hadapi, akan terus terjadi ke depan, bahkan bisa semakin banyak dengan kompleksitas semakin rumit, sehingga akan semakin berat untuk kita hadapi dan kita atasi. Dan jika kita lengah dan terus biarkan tantangan yang mengancam bangsa ini, bukan tidak mungkin, sejarah kelam bangsa ini akan segera kita catat, di mana kita akan kehilangan Indonesia yang dahulu leluhur kita bangun melalui perjuangan dan pengorbanan berat dengan cucuran keringat, darah dan air mata. Yang tersisa, tinggal kenangan sejarah. Menyedihkan.
Meskipun demikian, kita juga tidak boleh pungkiri, bahwasannya di tengah keterbatasan dan kelemahan yang kita miliki sebagai bangsa yang membuat kita masih tetap berada dalam ketertinggalan, bangsa ini terus bergerak maju dan telah berhasil juga mambawa sejumlah kemajuan sangat berarti di hampir semua sektor kehidupan. Setidaknya, di sektor ekonomi misalnya, perkembangan pembangunan menunjukkan tingkat kemajuan itu. Di sektor pembangunan infrastruktur dan transportasi, kita mengalami kemajuan sangat berarti, terutama 5 tahun belakangan ini. Demikian pula di sektor penegakan hukum untuk memberantas korupsi, juga memperlihatkan kemajuan signifikan.
Kita sangat optimistis bahwa di suatu saat nanti bangsa ini akan mengalami kejayaan dan kegemilangan yang sungguh luar biasa, sebab negeri ini memiliki prasyarat lengkap sebagai negara maju yang hebat. Hampir tidak bisa diterima akal sehat apabila Indonesia tidak bisa menjadi negara maju yang hebat di dunia ke depan.
Optimisme ini hadir atas kesadaran yang melihat sejumlah fakta bahwa Indonesia adalah sebuah negara besar yang memiliki wilayah yang luas dan menyimpan kekayaan sumber daya alam melimpah; negara besar yang memiliki kekuatan demografis yang handal karena jumlah penduduk terbesar keempat di dunia; negara yang memiliki banyak sekali panorama alam indah dan dikagumi dunia merata hampir di semua provinsi-kabupaten-kota; negara dengan keragaman etnik dan budaya menakjubkan; dan sebagainya. Yang juga tak kalah hebatnya lagi, bahwa Indonesia adalah negara besar dengan letak geografis sangat strategis bagi lalu lintas ekonomi dan perdagangan dunia.
Itu semua membawa kita kepada sebuah harapan dan rasa optimisme sebagai bangsa. Memang mesti ada optimisme di dalam diri kita masing-masing yang terus menerus kita tumbuhkan, kita pupuk, dan kita gelorakan, sehingga mampu membangkitkan harapan bagi kita semua sebagai bangsa, bahwa negeri ini pasti akan terus bergerak maju sepanjang kita mau berusaha dan mampu memberikan kontribusi positip bagi kemajuan pembangunan bangsa ini ke depan.
Meskipun demikian hebatnya potensi sejumlah prasyarat menjadi negara maju yang hebat yang kita miliki, namun optimisme dan harapan besar akan tetap sebatas mimpi dan angan-angan, apabila dia berhenti hanya pada optimisme dan harapan itu sendiri. Optimisme dan harapan harus berubah wujud dari mimpi dan angan-angan menjadi kenyataan.
Agar berubah wujud, optimisme dan harapan haruslah juga disertai dengan perjuangan dan usaha serta kerja keras dan pengorbanan tinggi yang tulus dan konsisten. Sebab, hanya melalui perjuangan dan usaha serta kerja keras yang sungguh-sungguh dan pengorbanan tinggi yang tulus dan konsisten yang kita lakukan dan berikan kepada bangsa dan negara ini, maka seluruh cita-cita, mimpi, optimisme, harapan dan angan-angan akan Indonesia yang maju dan hebat, dapat terwujud dan terealisasikan.
Di sinilah sesungguhnya terjadi keseimbangan antara hak dan kewajiban. Sebagai bangsa, kita tentu berhak memiliki optimisme dan harapan untuk kita dapatkan, yakni sebuah negara bernama Indonesia yang maju dan hebat. Sedangkan pada sisi yang lain, kita mesti juga menyertainya dengan kewajiban untuk berjuang keras dan terus berusaha secara sungguh-sungguh menghadirkan kontribusi besar yang hebat pula untuk membangun bangsa dan negara Indonesia ini dengan baik pula.
Perjuangan dan usaha serta kerja keras yang sungguh-sungguh dan pengorbanan yang tulus dan konsisten untuk memajukan bangsa dan negara ini harus juga dapat dimanifestasikan dalam seluruh upaya kita bersama melawan segala bentuk usaha pihak manapun yang berusaha melemahkan sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara ini, yang mencoba-coba mengganggu dan menghambat ketenteraman perjalanan kehidupan kebangsaan kita. Ini adalah bahagian dari tantangan kita.
Paradoksal terhadap seluruh niat dan usaha menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang hebat di masa depan, di sana memang masih terdapat sejumlah tantangan yang patut kita waspadai dan mesti kita hadapi sebagai bangsa untuk kita berantas bersama sebagaimana saya singgung di atas. Ada tantangan ekonomi di sana yang berpotensi melahirkan kemiskinan dan pengangguran. Ada tantangan pragmatisme politik di sana yang berpotensi melahirkan permusuhan, pertikaian dan perpecahan karena penggunaan dan penyebaran informasi palsu atau hoax serta ujaran kebencian secara masif.
Ada tantangan desain kurikulum dan sistem pendidikan yang kurang tepat sehingga berpotensi melahirkan output sumber daya manusia bermutu rendah, yang pada akhirnya tidak mampu menghasilkan produk-produk unggulan nasional berdaya saing tinggi ke depan berhadapan dengan produk-produk barang dan jasa yang dihasikan bangsa dan negara lain. Ada pula tantangan berupa dekadensi moral dalam praktik penyelenggaraan negara yang berpotensi melahirkan berbagai praktik penyelewengan kekuasaan dan wewenang, sehingga memunculkan praktik-praktik korupsi, yang pada gilirannya bisa melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama sendi-sendi perekonomian negara.
Yang tidak kalah ekstremnya lagi, adalah adanya tantangan ideologis yang menyimpang, serta tawaran-tawaran ideologi baru untuk mengganti ideologi bangsa ini dan melahirkan radikalisme serta sikap intoleran pada sebahagian anak negeri ini, yang pada akhirnya memunculkan berbagai peristiwa dan praktik teror, kekerasan, intimidasi dan persekusi berdaya rusak sangat dahsyat bagi kehancuran bangsa ini.
Fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita sebagai bangsa beberapa tahun belakangan ini memperlihatkan itu semua. Terutama terkait tantangan ideologis dan pragmatisme politik, nuansa ancaman perpecahan bangsa sangat terasa dan nyaris terjadi perpecahan sungguhan, terutama pada kedua momen politik besar di republik ini, yakni di momen pilkada Jakarta 2017 dan momen pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI 2019 yang baru saja bangsa ini lewati. Sekali lagi, sebagai bangsa, kita patut bersyukur karena kita masih bisa melewati ancaman perpecahan itu dengan baik, meskipun potensinya sangat besar terjadi.
Itulah kondisi kebangsaan kita hari ini yang ternyata masih jauh ketinggalan disertai sejumlah tantangan permasalahan bangsa sangat serius yang menjadi pekerjaan besar kita bersama untuk kita selesaikan hari ini dan ke depannya, agar seluruh mimpi dan cita-cita besar yang menjadi harapan kita, dapat segera kita raih. Karena ke depan, bangsa ini pasti masih akan terus menghadapi tantangan berikutnya yang dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan eksistensi kehidupan bangsa dan negara di republik ini, yakni tantangan sekaligus ancaman globalisasi.
Globalisasi dan Tantangan Mewujudkan Indonesia Maju
Tantangan lain yang tentu saja perlu kita sadari adalah kehadiran globalisasi beserta berbagai dampak dan pengaruh buruk yang menyertainya. Globalisasi tidak bisa ditolak atau dihindari. Dia hadir seiring perkembangan peradaban manusia, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hingga kini, belum ada satupun negara di permukaan bumi ini yang mampu menolak atau menghindari dirinya dari pengaruh globalisasi. Baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Sebagai bangsa, kitapun tidak bisa menolak atau menghindari diri dari globalisasi ini. Sehingga segala dampak dan pengaruh buruknya patut kita sadari agar segera dapat melakukan langkah antisipatif menghadapinya. Sebab, meskipun di satu sisi tentu saja membawa manfaat dan keuntungan secara signifikan bagi perkembangan kemajuan, namun di sisi yang lain, globalisasi juga turut membawa pengaruh buruk yang dapat menghambat perkembangan kemajuan suatu bangsa, terutama bangsa yang tidak memiliki keunggulan untuk bersaing dengan bangsa-bangsa lain secara baik di arena pasar bebas.
Manfaat dan keuntungan yang dapat dirasakan dari lahirnya zaman baru yang disebut globalisasi ini, antara lain adalah hadirnya digitalisasi sistem dalam dunia kerja, termasuk di dalamnya adalah percepatan sistem komunikasi dan aliran informasi. Sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan produktifitas. Karena segala sesuatunya menjadi jauh lebih cepat, lebih efisien, dan efektif.
Namun, di sisi lain, kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut dapat disalahgunakan oleh organisasi teror yang ingin membangun kekuatan gerakan radikalisme transnasional berbasis penyimpangan paham keagamaan untuk mempercepat dan memperluas penyebaran aneka ragam paham dan aliran keagamaan yang menyimpang tersebut ke seantero jagat, termasuk ke Indonesia, yang akhirnya memudahkan organisasi teror tersebut menjalankan misinya di Indonesia.
Globalisasi juga dapat memengaruhi pola perilaku serta cara berpikir anak bangsa dalam memandang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebab, globalisasi di dalamnya juga melekat proses transformasi sistem nilai yang tidak akan pernah dapat dibendung, dan akan terus belanjut sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pola perilaku yang hingga saat ini masih ditemukan di negeri ini dan merupakan warisan leluhur negeri ini di antaranya adalah pola perilaku yang dirangsang oleh suatu sistem nilai paguyuban atau kekeluargaan dan kebersamaan, musyawarah untuk mencapai mufakat, juga nilai gotong royong. Semua ini telah menjadi ciri khas kepribadian bangsa Indonesia yang berakar pada Pancasila dalam proses interaksi sosialnya.
Akan tetapi, seiring semakin derasnya arus globalisasi dewasa ini, terjadi juga pergeseran nilai yang tidak menampakkan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia tersebut, karena telah terpengaruh atau terkontaminasi oleh corak sistem nilai kebudayaan asing yang tidak lagi mencerminkan nilai-nilai paguyuban atau kekeluargaan dan kebersamaan, musyawarah untuk mencapai mufakat, dan nilai gotong royong, namun lebih mengedepankan praktik nilai individualisme dan formalisme, dan lain sebagainya. Dalam konteks inilah, globalisasi telah menjadi ancaman bagi kelangsungan eksistensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di republik ini.
Itulah berbagai tantangan bagi bangsa Indonesia hari ini dan di masa depan, termasuk yang lahir dari pengaruh buruk globalisasi. Tantangan-tantangan itu, terutama yang muncul dari pengaruh buruk globalisasi, tidak mungkin kita tolak atau kita hindari. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi dan menyiasatinya secara arif dan bijaksana, dan turut serta memainkan peran dalam setiap tantangan dan peluang yang tersedia di dalam pergaulan global. Pilihan lain tidak tersedia di sana.
Dengan tantangan-tantangan yang kita bahas di atas, kini kita bertanya bagaimana dengan Indonesia di masa depan yang kita impikan? Masihkah tantangan-tantangan sebagaimana kita hadapi kini terjadi di masa depan? Jika ya, bagaimana skala tantangannya, makin ringan ataukah justru semakin berat?
Jika tantangan semakin berat, lalu, bagaimana dengan masa depan Indonesia yang kita impikan? Masihkah kita berharap dan optimis akan hadirnya Indonesia sebagai negara maju yang hebat? Mari kita lihat Indonesia kita di masa depan. Seperti apakah?
Indonesia di Masa Depan
Bertitik tolak dari referensi pembahasan di atas, maka sesungguhnya tidaklah sulit untuk kita temukan jawaban atas berbagai pertanyaan yang dikemukakan di atas tadi. Apakah ke depan kita mampu mewujudkan dan merealisasikan mimpi dan cita-cita besar menghadirkan Indonesia sebagai negara maju yang hebat atau tidak, tentu akan sangat tergantung dari sejauh mana kita sebagai bangsa mampu mengakhiri dan melenyapkan seluruh tantangan dan potensi tantangan yang dihadapi bangsa dan negara kita saat ini. Sebab kondisi kebangsaan kita di masa depan akan sangat ditentukan oleh apa yang kita lakukan dan kerjakan hari ini bagi bangsa dan negara yang sama kita cintai ini.
Artinya, jika hari ini kita mampu melakukan hal besar yang hebat untuk mengakhiri dan/bahkan bisa melenyapkan berbagai potensi tantangan serius yang menghambat gerakan kita dalam usaha memajukan bangsa dan negara ini, maka Indonesia di masa depan akan menjadi bangsa dan negara yang maju dan hebat.
Demikian sebaliknya, jika hari ini saja kita sebagai bangsa tidak bisa melakukan hal besar yang hebat untuk mengakhiri dan/bahkan bisa melenyapkan berbagai potensi tantangan serius yang selama ini menghambat gerakan kita sebagai bangsa dalam usaha memajukan bangsa dan negara ini, maka akan terjadi tiga kemungkinan berikut. Pertama, Indonesia di masa depan akan menjadi bangsa dan negara stagnan, yang artinya sama saja seperti kondisi hari ini, tidak mengalami kemajuan apa-apa.
Kedua, Indonesia di masa depan akan mengalami kemajuan yang luar biasa sehingga bisa menjadi negara maju yang hebat.
Ketiga, Indonesia di masa depan akan menjadi negara yang luluh lantak, bahkan mungkin tertercabik-cabik atau terpecah berkeping-keping, sebab, kompleksitas permasalahan bangsa di tengah kompetisi global dan tantangan yang dihadapi bangsa ini di masa depan pasti akan semakin bertambah, dan bangsa ini akan semakin mengalami kesulitan untuk mengatasinya.
Oleh karena itu, sebagai bangsa, kita mesti terus menerus menyadari secara sungguh-sungguh dan saling mengingatkan, bahwa saat bangsa dan negara ini ingin berlari cepat melepaskan diri dari belenggu ketertinggalan untuk meraih kemajuan yang hebat, negara dan bangsa lain juga berlari, bahkan mungkin berlari lebih cepat dari kita. Nah, kalau kita ingin berlari, namun sejumlah tantangan yang kini menghambat tidak kita selesaikan terlebih dahulu, maka kita tidak mungkin bisa berlari, apalagi berlari cepat.
Dalam kondisi seperti itu, kita bisa pastikan, bahwa sebagai bangsa, Indonesia akan semakin jauh tertinggal dari bangsa lain. Sebab, tidak mungkin bangsa ini bisa bersaing dengan bangsa lain dan meraih kemajuan ketika bangsa ini masih terus menerus berkuta dan disibukkan dengan pertikaian akibat mempersoalkan perbedanaan pandangan dan aliran politik dan/atau keagamaan misalnya, atau gontok-gontokan memperebutkan posisi kekuasaan, atau yang lainnya, sementara bangsa dan negara-negara lain sudah jauh di depan dengan serentetan kesibukkan mengembangkan berbagai penelitian dan berhasil melakukan penemuan-penemuan spektakuler yang membawa manfaat besar bagi kemajuan bangsa dan negaranya.
Tidaklah mungkin kita bisa bersaing dengan bangsa lain yang kini bersaing di tingkat global menghadapi berbagai perubahan serba cepat dengan pertumbuhan industri generasi terbaru yakni industri 4.0 apabila kita masih sibuk berkutat dengan soal-soal ideologis yang seharusnya sudah selesai ketika negara ini didirikan. Tidak mungkin itu.
Sekali lagi saya harus katakan, bahwa dalam kondisi seperti itu, kita bisa pastikan, bahwa sebagai bangsa, Indonesia tidak akan bisa meraih kemajuan apapun untuk menuju Indonesia yang hebat di dunia. Justru sebaliknya, Indonesia akan menjadi negara yang semakin jauh tertinggal dari bangsa dan negara lain.
Kalau demikian yang terjadi, lalu kapan bangsa ini bisa meraih mimpi dan cita-cita besarnya akan menghadirkan Indonesia sebagai negara maju yang hebat?
Prasyarat Penting Mewujudkan Indonesia Maju Yang Hebat
Indonesia Maju bukan sekadar visi pasangan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih, Jokowi dan KH Ma’ruf Amin. Indonesia Maju adalah sebuah impian seluruh bangsa dan negara Indonesia yang dilahirkan kembali oleh pasangan Presiden dan Wakil Presiden Terpilih dalam versi yang baru, yang pada intinya adalah sama dengan visi bangsa Indonesia di mana pondasi awalnya diletakkan oleh the founding fathers dahulu pada landasan konstitusi kita ketika merumuskan pembentukan dan pendirian bangsa dan negara ini.
Syarat mutlak menjadikan Indonesia sebagai negara maju di dunia, bangsa ini harus mampu menaklukan berbagai tantangan yang ada sebagaimana diuraikan di atas, baik tantangan politik, ekonomi, budaya, pendidikan dan sumber daya manusia, dan juga tantangan ideologis serta tantangan globalisasi dan radikalisme. Jika tidak mampu menaklukan tantangan-tantangan ini, sulit bagi kita sebagai bangsa untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang hebat di dunia.
Oleh karena itulah, telah menjadi kewajiban kita bersama sebagai bangsa untuk secara bersama-sama berjuang menaklukkan tantangan-tantangan ini agar kita dapat dengan mudah mewujudkan dan merealisasikan mimpi dan cita-cita besar kita bersama, yakni menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang hebat di dunia di masa depan. Untuk itu, hal-hal berikut ini mutlak dilakukan bangsa ini, kini dan ke depan:
1. Internalisasi dan Penguatan Nilai Luhur Pancasila
Pancasila harus dapat dijadikan 'rujukan utama' dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila harus direaktualisasikan, sebagai sumber inspirasi yang implementatif (tidak sekadar normatif) bagi pembangunan dan proses demokrasi bangsa. Pancasila juga harus direjuvenasi, disegarkan kembali sebagai jati diri, karakter, sekaligus pemersatu bangsa.
Dalam kondisi multikrisis dewasa ini, Pancasila harus diletakkan dan dikuatkan kembali serta diimplementasikan secara aktif sebagai ideologi pemersatu bangsa. Seluruh kebijakan pembangunan nasional harus berpegang dan didasarkan pada spirit Pancasila sebagai ideologi bangsa dan dasar negara, sehingga arah dan tujuan pembangunan bangsa dapat dengan benar dan mudah dicapai.
Semua itu tentu membutuhkan komitmen yang tegas dan sungguh-sungguh segenap warga bangsa Indonesia, baik masyarakat, para elite pemimpin bangsa, baik di daerah maupun tingkat nasional. Pemahaman akan hakikat dan realitas pluralisme bangsa, sebagai bagian penting dari nilai-nilai dasar Ke-Indonesiaan perlu senantiasa dipelihara, dirawat dan dijaga, dalam wujud kehidupan bersama sebagai bangsa yang terus-menerus mengedepankan sikap yang toleran, non-diskriminatif, non-primordial, objektif, adil, taat dan patuh pada hukum, serta berwawasan kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi.
2. Memerangi dan Membumihanguskan Paham dan Ideologi Radikal
Realitas kehidupan sosial kebangsaan kita saat ini terus mengalami ujian di mana tragedi kemanusiaan yang merusak harmoni kehidupan warga-bangsa terus terjadi, bahkan seolah-olah semakin sulit dihindari. Bangsa ini seakan dibikin sulit membangun pandangan kebangsaan di antara anak bangsa sendiri yang berbeda-beda itu. Bangsa ini merasa seperti trauma karena mengalami goncangan akibat merebaknya tindakan terorisme oleh sekelompok orang dengan tujuan menghancurkan pihak lain, sehingga seakan terjadi 'perang sesama anak bangsa'.
Ledakan bom dengan target rumah ibadah dan membunuh orang karena perbedaan keyakinan, serta target anggota kepolisian dan pemerintah yang dianggap sebagai penghalang misi perjuangan kelompok radikal, menjadi bukti yang tak terelakkan.
Kondisi seperti ini tentu saja tidak boleh diabaikan, sebab akan menjadi menjadi besar dan besar lagi dari waktu ke waktu, dan pada akhirnya akan menjadi masalah besar bagi bangsa ini di masa depan, yang pada akhirnya bangsa ini bisa rubuh dan hancur lebur. Paham dan ideologi radikal harus diberantas hingga ke akar-akarnya dan dibumihanguskan dengan menerapkan prinsip zero talerance to radicalism and terrorism di Indonesia.
Bangsa ini tentu tidak bisa membangun negaranya dengan baik apabila paham dan ideologi radikal ini terus dibiarkan berkembang di republik ini. Karena akan terus dihambat dengan berbagai praktik teror, kekerasana dan intimidasi. Peristiwa yang dialami oleh negara-negara di berbagai belahan dunia yang sudah terlanjur pesat perkembangan paham dan ideologi radikal ini membenarkan sinyalemen ini. Karena banyak energi dan sumber daya finansial telah habis dihamburkan sia-sia hanya karena ingin melawan berbagai praktik tindakan teror dan intimidasi yang dilakukan oleh para pelaku teror di negara mereka. Lalu mereka kehilangan kesempatan membangun negaranya untuk hidup lebih baik.
3. Membangun Sumber Daya Manusia Berkualitas Tinggi Melalui Pengembangan Sistem Pendidikan Nasional dengan Desain Kurikulum Yang Hebat Agar Mampu Bersaing di Era Global
Pendidikan menjadi aspek penting dalam usaha memajukan suatu bangsa di dunia. Bahkan dengan sistem pendidikan serta desain kurikulum yang bagus, akan dihasilkan sumber daya manusia yang hebat dan berkualitas tinggi pada masyarakat suatu negara, sehingga mampu bekerja secara baik untuk menghasilkan berbagai produk bermutu tinggi yang mampu memiliki daya saing di pasar global. Karena tantangan pada sistem pasar bebas di era globalilasasi ini menuntut adanya persaingan produk-produk nasional (barang dan jasa) bermutu, agar mampu diterima pasar dunia.
Dalam konteks nilai budaya dan peradaban, negara dengan sumber daya manusia berkualitas tinggi yang dihasilkan melalui sistem pendidikan yang di-desain sacara baik, akan lebih mudah bagi negara tersebut mengendalikan atau melakukan filtrasi kepada nilai-nilai budaya yang tidak baik akibat globalisasi, menuju kepada tingkat peradaban yang tinggi, oleh karena didukung dengan ilmu pengetahuan yang bermutu dan memadai pada masyarakat bangsanya.
4. Memperkuat dan Mempertebal Rasa Nasionalisme dan Patriotisme Untuk Mencintai Bangsa dan Negara Ini
Mencermati perkembangan kehidupan sosial kebangsaan kita akhir-akhir ini, rasanya sangat tepat momentum pelaksanaan diskusi ilmiah untuk membahas kondisi Indonesia kini dan di masa datang ini, terutama terkait berbagai tantangan yang dihadapai bangsa. Mengapa?
Karena kondisi empirik memperlihatkan beberapa gejala melemah serta merosotnya jiwa patriotisme dan rasa nasionalisme kebangsaan untuk sungguh-sungguh mencintai negeri ini. Pemahaman dan penghayatan anak bangsa ini akan nilai-nilai kebangsaan yang bersumber pada Pancasila juga melemah, bahkan merosot drastis dan tajam.
Beberapa riset yang dilakukan sejumlah lembaga secara terang benderang mengkonfirmasi fakta tersebut. The Wahid Institute misalnya, menemukan perkembangan kuantitatif arus intoleransi dalam ranah kebangsaan kita. Dari survei yang dilakukan tahun 2016 ditemukan bahwa sebanyak 11 juta orang Indonesia yang mengaku sebagai pemeluk dan penganut ajaran agama Islam bersedia melakukan radikalisme agama dengan cara kekerasan. Jumlah ini menguat dari temuan sebelumnya, di mana ada kenaikan jumlah rakyat Indonesia yang menyetujui tindakan radikal.
Sebagai anak bangsa yang sungguh mencintai negeri ini, saya tentu merasa resah dan sangat terganggu oleh keadaan semacam ini. Hal yang melandasi keresahan hati saya adalah ketika nilai-nilai Pancasila yang menjadi dasar negara sekaligus ideologi bangsa serta sumber hukum negara bangsa ini tidak lagi dijadikan pegangan dan pedoman dalam praktik-praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Segelintir komunitas masyarat mulai kehilangan semangat toleransi dan kebhinnekaan dalam relasi kehidupan dengan komunitas masyarakat yang lain. Segerombol orang juga tidak lagi memperlihatkan rasa solidaritas dan soliditas serta kegotongroyongan di antara mereka.
Sebagian lagi memperlihatkan sikap arogansi yang 'membabi-buta' melalui aksi-aksi yang kerap memaksakan kehendak sendiri kepada pihak lain, termasuk dalam urusan keagamaan dan keyakinan, merasa paling benar dan paling kudus. Suatu sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tidak lagi mencerminkan nilai luhur Pancasila, bahkan sangat jauh dari nilai-nilai ideal Pancasila.
Padahal, sebagai dasar negara, Pancasila adalah pondasi rumah kebangsaan Indonesia dan landasan berdirinya bangunan besar nan megah, bernama Indonesia. Di atas pondasi Pancasila, bangsa ini telah membuktikan diri berdiri tegak sebagai bangsa yang kokoh dan teguh bergerak maju.
Demikian pula, sebagai pedoman hidup bangsa, Pancasila adalah pemberi arah kemana bangsa ini hendak menuju. Pancasila dengan sangat jelas memberikan bangsa ini arah menuju ke suatu titik puncak bernama keadilan dan kesejahteraan.
Sedangkan sebagai ideologi negara, Pancasila adalah landasan jiwa bangsa yang membawa spirit cita-cita bagi anak bangsa ini untuk melahirkan pikiran-pikiran dan gagasan besar untuk membangun bangsa dan memajukan negeri ini. Jiwa yang mengobarkan semangat untuk terus berusaha mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini.
Semuanya itu adalah sumber energi yang menghidupkan semangat anak bangsa ini untuk senantiasa hidup dalam kebersamaan sebagai negara kesatuan, hingga hari ini.
Pancasila, sebagai dasar dan ideologi negara serta sebagai falsafah dan pedoman hidup bangsa Indonesia, haruslah tetap dijaga dan dirawat, agar bangunan negara bernama Indonesia tetap utuh sebagai negara bangsa.
Mengabaikan Pancasila, apalagi terdapat upaya-upaya untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain yang tentu tidak cocok dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa Indonesia, hanya akan membuka ruang bagi runtuhnya bangunan negara bangsa, bernama Indonesia kita cintai ini.
Oleh karenanya, seyogianya tidak boleh lagi ada tempat di negeri ini bagi tumbuh kembangnya paham-paham dan ideologi lain, apalagi paham-paham dan ideologi tersebut merupakan paham dan ideologi radikan yang bertentangan dengan Pancasila.
5. Memupuk Solidaritas dan Soliditas Untuk Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Nilai-nilai solidaritas dan soliditas yang merupakan warisan leluhur bangsa ini haruslah terus dijaga, dipelihara, serta terus dirawat dan diimplementasikan dalam keseharian hidup kita sebagai bangsa, agar persatuan dan kesatuan bangsa ini menjadi kokoh, sehingga bangsa dan negara ini tidak mudah dirongrong oleh pihak mana pun juga.
Tanpa terus menjaga, memelihara, serta merawat dan mengimplementasikan nilai-nilai solidaritas dan soliditas, bangsa ini akan rapuh dalam hal ketahanan sosial yang menjadi pilar utama kekuatan persatuan dan kesatuan, sehingga akan mudah sekali digoyahkan dan dirong-rong, terutama oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab yang ingin menawarkan paham dan ideologi lain pengganti Pancasila.
6. Ketauladanan Menggelorakan Semangat Pengorbanan Demi Bangsa dan Negara
Sikap ketauladanan dalam menggelorakan semangat berkorban demi kepentingan bangsa dan negara mutlak dibutuhkan di negeri ini. Sikap ini haruslah diejawantahkan dalam praktik kehidupan sehari-hari dengan spirit lebih banyak memberi kepada bangsa dan negara. Bukan sebaliknya malah lebih banyak mengambil atau meminta dan menggerogoti bangsa dan negara.
Sikap hidup dengan spirit lebih banyak berkorban demi kepentingan bangsa dan negara dengan cara lebih banyak memberi kepada bangsa dan negara adalah sikap hidup yang mencermikan rasa kecintaan kepada bangsa dan negara serta rakyat yang hidup di dalamnya. Sebuah sikap hidup patriotik yang senantiasa mendahulukan dan mengutamakan kepentingan rakyat, bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, keluarga, kelompok dan golongan. Sikap hidup semacam ini sudah sangat jarang ditemui di negeri ini dewasa ini.
Dalam praktik tertentu, para elite dan elemen anak bangsa saat ini justru lebih banyak meminta dan menggerogoti negara, sibuk dengan perebutan kekuasaan dan bertindak untuk kepentingan pribadi, keluarga, golongan dan kelompoknya, tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat banyak. Bahkan jika perlu, masyarakat yang dikorbankan demi mewujudkan ambisi pribadi dan/atau kelompok masing-masing. Demikian pula dengan partai-partai politik.
Banyak partai politik tidak mampu menjalankan fungsinya secara baik dalam mengagregasi dan mengartikulasikan kepentingan masyarakat, namun sebaliknya masyarakat hanya dijadikan obyek bagi kepentingan mereka. Fakta yang mudah kita lihat dalam tayangan media cetak maupun elektronik dewasa ini, para elit sering melontarkan pernyataan yang 'terkesan' membela tindakan teror oleh kelompok radikal dengan alasan hak asasi manusia yang memanfaatkan sentimen keagamaan untuk meraih dukungan politik, terutama menjelang pemilihan umum atau pun pilkada.
Hal ini tentu saja memberi angin segar kepada kelompok-kelompok radikal untuk terus melakukan tindakannya karena merasa mendapat dukungan dari sebagian elit. Bahkan peristiwa tragedi kemanusiaan yang diakibatkan tindakan radikalisme dijadikan sebagai senjata untuk menyerang kepemimpinan pemerintahan yang berkuasa, tanpa peduli penderitaan anak bangsa yang menjadi korban kebrutalan tindakan terorisme.
7. Sungguh-sungguh Membangun dan Mengembangkan Sistem Pemerintahan Bersih dan Kuat
Sistem pemerintahan yang bersih, kuat dan transparan harus secara sungguh-sungguh dibangun, dikembangkan dan diimplementasikan secara konsisten di negeri yang kita sama cintai ini. Pemerintahan dengan kualifikasi seperti ini amat sangat kita butuhkan agar mampu menjalankan roda administrasi pemerintahan yang baik dalam pelayanan publik untuk dapat segera menghadirkan keadilan, kemakmuran dan kesejateraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam urusannya dengan usaha kita untuk melakukan penegakan hukum yang baik serta pemberantasan korupsi untuk membersihkan negeri ini dari berbagai praktik penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan, maka kehadiran pemerintahan serta unsur penegak hukum serta penyelengara negara yang bersih, kuat dan transparan mutlak kita perlukan dan segera perlu kita hadirkan.
8. Menyiapkan Diri Sebaik Mungkin Untuk Menyikapi Pengaruh Perkembangan Globalisasi Secara Arif dan Bijaksana
Globalisasi telah menerpa berbagai belahan bumi dan tidak satupun negara yang dapat menghindarinya. Pemicunya adalah kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Bagi masyarakat Indonesia, proses globalisasi ini bisa berdampak positif dan negatif. Dan yang amat penting untuk diwaspadai adalah dampaknya di bidang sosial budaya.
Pecahnya bangsa-bangsa menjadi kelompok-kelompok etnis karena dorongan kepentingan ekonomi global, merupakan ancaman yang fatal bagi kelangsungan hidup bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, kita harus menerapkan kebijakan dan strategi yang pada prinsipnya mengarah pada upaya-upaya memperkokoh ketahanan sosial budaya sesuai jati diri dan kepribadian bangsa kita, bangsa Indonesia yang kita cintai ini, di samping menyiapkan sumber daya manusia bangsa ini sebaik mungkin melalui pendidikan yang dirancang secara sadar untuk menghasilkan sumber daya manusia yang penuh keunggulan.
Penutup
Demikian beberapa pokok pikiran yang dapat saya sampaikan sebagai sharing di acara pertemuan ilmiah ini. Semoga bermanfaat.
Jika terdapat kekurangan, terutama kata, ucapan dan sikap saya yang salah atau kurang berkenan selama menyampaikan pokok-pokok pikiran di forum ini, maka secara pribadi, saya menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya.
* Pidato Ketua Umum Partai NasDem Surya Dharma Paloh yang disampaikan dalam Kuliah Umum Kebangsaan yang digagas dan diselenggarakan oleh keluarga besar Ikatan Alumni (ILUNI) Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, Rabu (14/8/2019).
Para konsultan ini sebenarnya memiliki opini-opini, terlebih saat diskusi. Namun, untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan tetap perlu diasah.
Sebagaimana dirumuskan para pendiri bangsa, demokrasi Indonesia dibangun di atas kesepakatan kebangsaan—yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Hasan mengemukakan pemerintah tak pernah mempermasalahkan tulisan opini selama ini. Hasan menyebut pemerintah tak pernah mengkomplain tulisan opini.
Perlu dibuktikan apakah teror tersebut benar terjadi sehingga menghindari saling tuduh dan saling curiga.
Dugaan intimidasi terjadi usai tayangnya opini yang mengkritik pengangkatan jenderal TNI pada jabatan sipil, termasuk sebagai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Yogi Firmansyah, merupakan aparatur sipil negara di Kementerian Keuangan dan sedang Kuliah S2 di Magister Ilmu Administrasi, Universitas Indonesia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved