Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
PENGURUS Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) meminta Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk mempertimbangkan kembali wacana mencoret angkat besi dari Olimpiade, menyusul keputusan komite untuk meniadakan cabang olahraga tersebut di Olimpiade Los Angeles 2028.
Angkat besi bersama dua cabang olahraga lainnya, yaitu tinju dan pancalomba modern atau pentathlon, untuk sementara tidak termasuk dalam 28 cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Olimpiade 2028, dan harus memenuhi kriteria tertentu untuk dapat diikutsertakan kembali.
Menurut Wakil Ketua Umum PB PABSI Djoko Pramono, Senin (13/12), keputusan tersebut diambil dengan alasan ketiga cabang olahraga tersebut rawan doping.
Baca juga: KOI Harus Bekerja Keras Agar Angkat Besi Tetap Dipertandingkan di Olimpiade
Djoko setuju bahwa doping merupakan sesuatu usaha atau kegiatan yang terkutuk bagi seorang olahragawan. Namun, dia meminta IOC untuk melihat lebih dekat.
"Mungkin benar boxing pernah ada yang kena doping, mungkin benar modern pentathlon juga ada yang kena doping, bahkan weight lifting sendiri pada dua tahun yang lalu ada seorang lifter kita yang juga kena doping, tetapi apakah ini sudah merupakan suatu penyakit di mana harus diganti? Ini yang harus kita pertimbangkan," kata Djoko dalam konferensi pers yang diikuti secara virtual.
IOC mengganti tiga cabang olahraga tersebut dengan tiga cabang olahraga baru untuk dipertandingkan di Los Angeles 2028, yaitu skateboarding, surfing atau selancar ombak, dan panjat tebing, yang ketiganya debut di Olimpiade Tokyo 2020.
"Bagi PABSI soal penambahan nomor-nomor Olimpiade, cabang-cabang yang baru saya kira tidak ada masalah, tapi mengapa yang dikorbankan yang belum tentu itu menjadi atau merupakan biang keladi terjadinya doping di cabang-cabang olahraga, ini yang penting kita perhatikan," kata Djoko.
"Memang IOC mempunyai hak, tapi hak IOC pun itu perlu dilihat dan dikoordinasikan karena ini IOC adalah atau Olimpiade ini adalah milik masyarakat sedunia," lanjutnya
Kembali ke awal mula diadakannya Olimpiade di Athena pada 1896, Djoko mengungkapkan, angkat besi termasuk cabang olahraga tertua, yang masuk dalam bagian dari cabang olahraga track and field atau atletik.
Angkat besi kemudian diperlombakan sebagai cabang olahraga tersendiri di Olimpiade 1914 di St Louis, Amerika Serikat.
Melihat perjalanan sejarah tersebut, Djoko sangat menyayangkan jika angkat besi benar-benar dicoret dalam Olimpiade.
"Apakah sudah demikian fatalnya atau jeleknya angkat besi itu sehingga harus dihilangkan dari cabang Olimpiade, ini yang perlu kita pikirkan bersama. Tapi memang ini belum diketok palu, tapi kita harus mewaspadai bahwa ini tidak boleh terjadi," kata Djoko.
Djoko mengungkapkan telah berkoordinasi dengan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI) mengenai wacana IOC tersebut.
"PB PABSI tidak berdiri sendiri untuk berusaha mengingatkan atau berjuang atau mengadakan diplomasi internasional untuk mengingatkan IOC bahwa keputusan ini tolong dipikir kembali, inilah intinya," pungkas Djoko. (Ant/OL-1)
Regulasi baru IWF menghapus sejumlah kelas lama di cabang olahraga angkat besi dan menggantinya dengan kategori baru.
Lokasi Pelatnas yang berada di lingkungan militer turut mendukung pengawasan terhadap para atlet secara intensif selama 24 jam.
Lifter Eko Yuli Irawan mendukung kehadiran Program Indonesian Student Athlete yang memperjuangkan pendidikan ramah untuk atlet di Indonesia.
Di angkat besi, latihan harus kontinu dan tidak boleh terputus. Program sudah dirancang sehingga atlet memang tidak pulang saat Lebaran.
Selama berpuasa, porsi latihan lifter Rizki Juniansyah dalam satu hari berkurang dari sebelumnya dua kali (pagi dan sore) menjadi hanya satu kali.
Sebanyak 16 atlet yang masuk pelatnas 2024 masih fokus berlatih intensif di Pelatnas Kwini Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved