Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
HAL-HAL nonteknis sebaiknya lebih diperhatikan oleh para pebulu tangkis Indonesia ketika tampil di ajang yang sangat penting. Jangan sampai sesuatu yang tidak berkaitan dengan pertandingan jadi mengganggu ketenangan ketika bertanding di level internasional.
Saran tersebut disampaikan legenda bulu tangkis nasional Christian Hadinata saat dimin-tai pendapatnya mengenai pemain Indonesia yang sudah harus angkat koper lebih dulu dari Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2019 yang kini tengah berlangsung di Swiss.
Salah satu yang gugur bahkan jadi andalan Indonesia untuk mendapat medali emas, yakni Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo. Mereka secara mengejutkan kalah di babak pertama oleh pasangan ganda putra Korea Selatan, Choi Sol-gyu/Seo Seung-jae.
"Aspek nonteknis jadi sangat penting mengingat faktor tekanan yang harus dialami Marcus/Kevin yang digadang-gadang merebut medali emas Olimpiade 2020," kata Christian kepada Media Indonesia, kemarin.
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, ganda putra Indonesia yang bisa melaju hingga semifinal, dianggap cocok untuk dicontoh. Namun, menurut Christian, Ahsan/Hendra tidak memiliki tekanan lebih disebabkan mereka bukanlah pemain yang ikut program pemusatan latihan nasional (pelatnas) Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Di sisi lain, mereka juga sebenarnya lebih berpengalaman karena merupakan pasangan senior.
Ahsan/Hendra juga sudah pernah menjadi juara dunia. Berbeda dengan Marcus/Kevin yang belum pernah sekalipun merasakan titel tersebut. "Ada target pribadi karena (Marcus/Kevin) belum pernah juara dunia dan ini kegagalan ketiga ya. Aspek psikis mereka harus benar-benar diperhatikan supaya tekanan bisa dikurangi," pungkas Christian.
Hingga berita ini diturun-kan, Ahsan/Hendra masih menunggu giliran bermain. Mereka akan melawan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Siapa pun yang menang akan berhadapan dengan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi, pasangan asal Jepang atau pasangan asal Tiongkok Li Jun Hui/Liu Yu Chen yang juga masuk babak empat besar.
Selain dari ganda putra, Indonesia juga memiliki wakil di semifinal yang turun di sektor ganda putri, yakni Greysia Polii/Apriyani Rahayu.
Ulangi kesalahan lama
Pendapat berbeda disampaikan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI Susy Susanti mengenai kekalahan sejumlah wakil Merah Putih kemarin. Menurut Susy, faktor sama yang kerap menerpa para atlet, yakni kalah adu konsentrasi dengan lawan. Dia mencontohkan saat Gregoria Mariska yang turun di nomor tunggal putri, kalah atas Ratchanok Intanon, wakil Thailand.
Permainan Gregoria, disebut Susy, sudah menampilkan permainan luar biasa karena bisa menekan Intanon dan membuat lawannya itu terpontang-panting. "Gregoria sudah main bagus, cuma yang harus dibenahi ialah jangan terburu-buru untuk menyelesaikan pertandingan," tutur Susy.
Dia menambahkan, jika masih berkutat pada permasalahan kurangnya konsentrasi serta fisik hanya membuat pemain itu menyesal di akhir pertandingan. "Para pemain harus bisa lebih kerja keras saat di lapangan. Jangan menyerah sebelum pertandingan selesai," tutur peraih emas tunggal putri di All England 1990 itu. (R-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved