Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
SEMANGAT mulia membangun PSSI telah bergeser jauh. PSSI semakin kering prestasi, tapi justru kental nuansa politis. Roh kompetisi terlihat tidak murni. Status rangkap jabatan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi. Padahal, pada awal kepemimpinannya, PSSI memiliki pondasi idealisme yang riil.
PSSI kini ibarat lagu sumbang. Beragam belitan problem masa lalu kini berpotensi terulang kembali. Pengorbanan hingga PSSI disuspend FIFA seolah lenyap. Elite PSSI mulai lupa dengan misinya duduk di struktur PSSI. Ketua umum PSSI malah semakin sibuk dengan ‘mainan barunya’ sebagai Gubernur Sumatera Utara. Saking ‘asyiknya’, desakan mundur pun tidak didengarnya.
Padahal, desakan agar Edy mundur terdengar di tiap pelosok negeri. Sama seperti daerah lain, desakan agar dia dan kroninya out
"Desakan Revolusi PSSI kini makin menguat. Di tiap daerah tetap muncul selebaran dan suara seperti ini. Setelah kepemimpinan Pak Edy Rahmayadi ini berjalan beberapa saat, sekaranglah waktu yang tepat direset ulang. Sebab, ada banyak regulasi yang ditabrak," ungkap pengamat sepakbola nasional Akmal Marhali dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (18/10).
Opsi jabatan rangkap tersebut memang menjadi sorotan. Selain sebagai ketua umum PSSI dan gubernur Sumut, lanjut Akmal, Edy juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina PSMS Medan.
“PSSI tidak boleh marah dengan reaksi publik. Sebab, ini menjadi akibat dari banyak sebab yang selama ini dilakukan. Kan tidak ada asap kalau tidak ada apinya. PSSI saat ini harus introspeksi diri. Publik ini sudah tidak bisa dibohongi lagi oleh kepura-puraan. Intinya, Revolusi PSSI ini menjadi solusi terbaik untuk menata ulang dan menghadirkan prestasi sebenarnya,” terang Akmal lagi.
Suara lain diperlihatkan publik Serang. Mereka juga memasang selebaran yang sangat menyentil. Bunyi dari selebaran itu, ‘Jabatannya Ganda, Prestasinya Tidak Ada... #EDYOUT!!!’.
“Lebih baik Pak Edy Rahmayadi legawa dengan memilih salah satu jabatan saja. Dengan begitu kan akan baik untuk semua. Energi untuk mengurus sepakbola Indonesia bisa dikatakan sama besarnya dengan mengurus Sumatera Utara. Sebab, keduanya membutuhkan keseriusan dan fokus yang sama,” pungkas Akmal. (O-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved