DI era 2000-an, Liga Primer mengenal istilah big four, yakni klub-klub yang menjadi langganan empat besar. Mereka ialah Arsenal, Chelsea, Liverpool, dan Manchester United. Selama periode itu, terutama pada 2002 hingga 2009, mereka bergantian mengakhiri musim di empat tempat teratas. Bahkan, pada musim 2003-04, Arsenal mampu menjadi juara tanpa terkalahkan sehingga skuat mereka kala itu mendapat julukan the Invincibles. Pelatih senior Kevin Keegan ketika itu sampai melabeli Liga Primer sebagai liga membosankan karena mulai berjalan mirip La Liga dengan tim kuat yang itu-itu saja.
"Liga ini mulai menjadi kompetisi besar yang membosankan karena gap finansial membuat klub dengan bujet besar makin tak tertandingi," ungkap pria yang pernah menukangi Newcastle United itu. Untungnya, pada akhir musim 2009, muncul dua kekuatan baru yang mengganggu kenyamanan big four, yaitu Tottenham Hotspur dan Manchester City. Spurs merupakan tim pertama setelah Everton (2005) yang masuk empat besar. Sementara itu, the Citizen, julukan Manchester City, bernasib lebih baik karena mampu mengangkat trofi Liga Primer pada 2011-2012. Manchester Biru merupakan klub pertama di luar big four yang berhasil menjuarai Liga Primer setelah Blackburn Rovers pada 1994-95.
City kemudian meneruskan kedigdayaan di musim-musim berikutnya dengan selalu mengamankan tiket Liga Champions. Peta kekuatan big four pun bergeser, terlebih setelah Liverpool justru kerap tak mampu finis hingga empat besar, kecuali musim 2013-14 lalu. Tahun ini ada satu lagi tim yang mengacaukan sinyal big four, yaitu Leicester City yang mengakhiri 2015 sebagai pemuncak klasemen bersama Arsenal. Namun, pertanyaan besarnya, mampukah the Foxes yang dibesut Claudio Ranieri tampil sama ganasnya pada 2016? Leicester dan Arsenal Tak diragukan lagi pasukan Claudio Ranieri itu merupakan kisah Cinderella Liga Primer pada paruh pertama kompetisi 2015-16 ini. Banyak yang memprediksi kejutan Leicester di awal musim tidak akan bertahan hingga akhir 2015. Namun, Jamie Vardy dan kawan-kawan mematahkan perkiraan itu. Dengan mengumpulkan 39 poin, mereka hanya tiga gol lebih sedikit dari the Gunners sehinga menutup tahun sebagai runner-up. Namun, sinyal bahwa Riyad Mahrez dan kawan-kawan mulai kehabisan bensin mulai tampak dengan hanya meraih satu poin dalam dua duel akbar jelang akhir 2015 lalu.
"Kami kecewa, tapi (melihat tabel) kami mampu membuktikan bahwa kami bisa berkompetisi di (level) atas. Ini baru setengah perjalanan. Perjuangan kami masih panjang hingga akhir musim nanti," ujar kiper Leicester, Kasper Schmeichel. Pada awal tahun Monyet Api ini, Leicester berkesempatan membuka kembali lembaran baru dengan menghadapi Bournemouth di King Power Stadium, malam nanti. Bagi Vardy, klub itulah yang merupakan pijakan atas terciptanya rekor gol dalam 11 pertandingan beruntun. Saat bertamu ke kandang the Cerries, julukan Bournemouth, mantan striker tim amatir pada dua tahun lalu tersebut mencetak gol perdananya musim ini dari titik penalti.
Sayangnya, belakangan ketajamannya memudar dengan hanya menyarangkan satu gol dalam lima partai terakhir. Dengan kondisinya yang kini sudah mulai pulih dari flu, Vardy bisa menjadikan Bournemouth sebagai tim yang cocok untuk menghidupkan kembali mesin gol dalam dirinya. Namun, tetap saja, Ranieri mengingatkan pasukannya agar tetap memosisikan diri seperti awal musim ketika mereka bermain hanya untuk bertahan di Liga Primer. "Laga selanjutnya melawan Bournemouth akan lebih sulit. Kami tak boleh lupa bahwa kami bukan favorit juara dan bisa jatuh (dari klasemen) kapan pun," tandasnya.
Di sisi lain, meski Liga Primer tidak memiliki satu klub dominan di akhir 2015, Arsenal disebut-sebut sebagai kandidat terkuat juara musim ini. Penampilan konsisten the Gunners pada Desember lalu dengan mengumpulkan 12 poin dari lima pertandingan menjadi indikator kuat. Itu sesuai dengan perhitungan pelatih Arsene Wenger yang sudah mencium trofi juara meski liga baru berlangsung setengah jalan. Menurutnya, tantangan terberat ialah saat pasukannya menghadapi City yang kemudian dimenangi the Gunners dengan skor tipis 2-1.
"Kami memiliki mental juara. Jika kami bisa mengakhir tahun dengan baik, saya yakin 2016 akan menjadi tahun milik kami," tandas 'sang Profesor'. Optimisme Wenger mendapat ujian pertama dari Newcastle United di Emirates, malam nanti. Juru taktik asal Prancis itu meyakinkan pasukannya bakal bermain lebih lepas karena tidak lagi harus menggantungkan posisi di klasemen kepada tim lain. "Mengetahui kami memimpin tabel membuat satu faktor stres berkurang. Kini, yang menentukan hanyalah performa kami sendiri," katanya. Wenger akan berharap juga badai cedera pemainnya tidak bertambah parah jelang kompetisi yang memanas ini, terutama raja assist Mesut Oezil yang membukukan empat umpan plus satu gol dalam empat laga menyusul tidak fitnya bomber utama Alexis Sanchez. Jago kandang Satu tim lagi yang berharap menggantikan Chelsea merebut titel liga ialah Manchester City. Hanya terpaut tiga poin dari puncak klasemen, the Citizen akan memulai putaran kedua menghadapi Watford di Vicarage Road. "Kami hanya terpaut tiga angka, semoga 2016 menjadi tahun keberuntungan kami," ujar pelatih City Manuel Pellegrini. Musim ini, kendala terbesar yang harus diselesaikan Manchester Biru ialah menghilangkan predikat jago kandang. Meski berada di urutan ketiga klasemen, mereka tak pernah menang di luar Etihad sejak 12 September dari Crystal Palace 1-0.
Cederanya tiga pilar utama di tiap-tiap lini menjadi kambing hitam menurunnya permainan City. Di lini depan, cedera dialami Sergio Aguero, di lini tengah, cedera juga dialami gelandang David Silva, sedangkan di lini belakang, ada bek Vincent Kompany yang juga dihantam cedera. Dua nama pertama sudah kembali tampil meski belum juga menemukan permainan terbaik sampai akhir putaran pertama. Namun, Kompany tampaknya merupakan pemain yang paling dirindukan Pellegrini. Dalam sembilan pertandingan tanpa pemain asal Belgia itu, Manchester Biru sudah kejebolan 18 bola.
Itu amat kontras jika dibandingkan dengan ketika Kompany merumput bersama tim dalam delapan pertandingan, yaitu the Citizen hanya kemasukan satu gol. "Kami harus segera memperbaiki lini belakang. Saya harap Vincent segera pulih. Jika Vincent, David (Silva), dan Sergio (Aguero) sudah kembali ke permainan terbaiknya, kami yakin masih bisa mengejar defisit di jalur juara," tandasnya. Tidak seperti Leicester City, Watford memang tidak sampai melesat ke puncak klasemen.
Namun, mengingat predikat sebagai tim promosi, berada di posisi sembilan seperti sekarang sudah menjadi prestasi membanggakan yang ingin mereka pertahankan hingga akhir musim. "Kami berkembang pesat dalam empat bulan terakhir. Mental kami juga jauh lebih baik dan kami siap mempersembahkan kejutan tak menyenangkan ketika menjamu mereka di kandang," ancam pelatih Watford Quique Sanchez Flores.