Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Merawat Toleransi ala Temanggung (II): Menyemai Perdamaian dari Warung Kopi

20/3/2017 08:42
Merawat Toleransi ala Temanggung (II): Menyemai Perdamaian dari Warung Kopi
(MI/Tosiani)

SELAMA dua tahun Kepala Kepolisian Resor Temanggung dijabat AKB Wahyu Wim Hardjanto, tidak sekali pun pecah kerusuhan lantaran agama.

Wahyu mengaku memiliki pendekatan khusus untuk menjaga agar Temanggung tetap aman dan damai dengan kemajemukan yang ada. Berikut ini wawancara wartawan Media Indonesia Tosiani dengan AKB Wahyu Wim Hardjanto, belum lama ini.

Bagaimana gambaran situasi keamanan terkait dengan intoleransi di Temanggung?
Sebenarnya ada beberapa potensi kerusuhan juga yang dipicu SARA, tapi karena lebih cepat terbaca, langsung bisa diatasi, diredam.

Misalnya, soal vonis pengadilan terhadap bandar judi yang dinilai meringankan tersangka yang merupakan etnik Tionghoa dan kebetulan pula nonmuslim. Waktu itu juga sempat hampir pecah kerusuhan karena banyak yang tidak terima. Namun, akhirnya dapat diredam karena pe­ngadilan memberikan putus­an adil.

Bagaimana kiat Anda menjaga keamanan di Temanggung?
Kami rajin menjalin komunikasi dengan para pemuka agama dan tokoh masyarakat. Kepada mereka, tiap kali bertemu, saya selalu minta doa dan mengajak menjaga Temanggung.

Lalu, tiap malam saya ke warung-warung kopi yang biasa dikunjungi masyarakat. Di sana saya bisa berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Saya bisa ngobrol enak dengan mereka tanpa batasan dan dalam situasi yang tidak formil. Jadi lebih bisa dekat dan ­mendengarkan apa keluhan mereka. Dari warung-warung kopi, saya selalu menitipkan pesan dan ajakan untuk bersama-sama menjaga Temanggung.

Kebanyakan masyarakat di sini menyukai kopi. Jadi apa salahnya jika kita menebarkan toleransi melalui warung kopi.

Upaya apa yang dilakukan untuk merangkul kaum muda yang kerap jadi target rekrutmen paham radikal?
Untuk generasi muda, para perwira yang ada di Polres Temanggung diterjunkan mengajar di sekolah-sekolah dalam program Polri Goes to School. Salah satu materinya ada deradikalisasi dan toleransi. Jadi kita kenalkan pada para pelajar tentang hal itu. Saya juga aktif di hampir semua kegiatan olah­raga. Untuk pendekatan pesantren, kami buat grup rebana polwan dengan nama Wahyu Illahi yang masuk ke pesantren-pesantren, latihan rebana bareng dengan para santri. Kita juga sembari memberi penyuluhan dan sosialisasi soal radikalisme untuk membentengi para santri. (N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya