Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BANJIR di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, meluas ke 21 desa di tiga kecamatan. Total 56.785 jiwa (15.126 KK) terdampak dan 547 jiwa (173 KK) masih mengungsi karena rumah mereka terendam banjir hingga ketinggian 1 meter.
Pemantauan Media Indonesia, Senin (10/2) meskipun banjir merendam jalur Pantura Semarang-Demak sudah menurun dibandingkan sebelumnya, secara umum banjir dengan ketinggian 30-100 sentimeter masih merendam puluhan desa di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Sayung, Karangtengah, dan Bonang, Kabupaten Demak.
"Kami terpaksa bertahan di sini, karena rumah kami llmasih terendam banjir setinggi dada orang dewasa," ujar Asmuni, 50, warga Perampelan, Kecamatan Sayung.
Hal serupa juga diungkapkan Sholihin, 55, warga Timbulsloko, Kecamatan Sayung, yang mengaku sudah berhari-hari bersama warga lain bertahan di musala desa ini karena rumahnya belum dapat dihuni. Bahkan untuk dapat keluar masuk desa, warga kembali menggunakan perahu akibat banjir merendam sejak awal bulan Februari itu setinggi 1 meter.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak Haris Wahyudi Ridwan mengatakan akibat cuaca ekstrem dan air laut pasang (rob) yang masih berlangsung hingga hari ini Senin (10/2), banjir di Kabupaten Demak kian meluas dibandingkan sebelumnya dan jumlah warga terdampak juga meningkat.
Berdasarkan data terakhir dihimpun BPBD Demak, ungkap Haris, banjir telah merendam 21 desa di tiga kecamatan, selain merendam kawasan pemukiman warga banjir di Demak ini, banjir juga merendam jalur Pantura, 7 gedung perkantoran, 44 sekolah, 50 tempat ibadah, 2 pasar tradisional, dan 1 fasilitas kesehatan.
"Banjir ini juga mengakibatkan 56.785 jiwa (15.126 KK) terdampak dan 547 jiwa (173 KK) masih bertahan di pengungsian karena rumahnya terendam banjir hingga ketinggian 60-100 sentimeter," kata Haris.
Ratusan pengungsi yang hingga kini masih bertahan tersebar di berbagai lokasi pengungsian seperti, Desa Prampelan sebanyak 183 jiwa di Gor Balai Desa, 55 jiwa di pondok pesantren, 128 jiwa di musala, 5 jiwa di balai pertanian, 25 jiwa di rumah kosong, 84 jiwa di rumah warga, Desa Batu sebanyak 15 jiwa di balai desa, 38 jiwa di musala, dan Desa Loireng sebanyak 14 jiwa di Masjid Jami' Attqwa.
"Ada tujuh desa banjir akibat rob yakni Desa Purworejo, Gebang, Tridonorejo (Kecamatan Bonang) dan Desa Purwosari, Tugu, Timbulsloko, Sidorejo (Kecamatan Sayung)," tambahnya. (AS/J-3)
Gelombang pasang di pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi mulai terjadi sejak beberapa hari terakhir. Puncaknya terjadi pada Senin (11/3) sekitar pukul 20.30 WIB.
Fenomena alam itulah yang menyebabkan banjir rob di pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi sejak Senin (11/3) malam.
Banjir rob yang terjadi di pesisir pantai Rancabuaya menyebabkan 515 kepala keluarga terdampak bencana.
WARGA pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih mewaspadai potensi gelombang pasang. Kekhawatiran itu menyusul terjadinya banjir rob pada Rabu (16/10).
Sejumlah hal akan diupayakan oleh Pemprov Jabar. Di antaranya normalisasi sungai, pembuatan tanggul, serta relokasi bertahap penduduk.
Meski rumahnya terendam banjir warga tetap menempati rumahnya karena tidak ada fasilitas untuk mengungsi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved