Cuaca Ekstrem Buat Insfrastruktur Transportasi Rentan Rusak

Ardi Teristi Hardi
02/2/2025 13:51
Cuaca Ekstrem Buat Insfrastruktur Transportasi Rentan Rusak
Ilustrasi jalan berlubang(MI/Heri S)

FENOMENA kenaikan suhu udara dan curah hujan yang tidak menentu akibat cuaca esktrem membuat konstruksi jalan lebih rentan mengalami kerusakan. Bisa dilihat belakangan ini ketika banyak jalan yang rusak saat memasuki musim penghujan.

Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada Ikaputra mengatakan, perlu strategi untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim terhadap fasilitas infrastruktur transportasi. "Pengembangan inovasi bahan dan konstruksi dalam mendukung daya tahan infrastruktur sangat diperlukan," kata dia dalam siaran pers dari Humas UGM, Minggu (2/2).

Beberapa tindakan juga dapat dilakukan di antaranya penggunaan material yang tahan terhadap perubahan iklim, pemberian air untuk pendingin pada saat udara panas, mengurangi periode penggantian jalan, manajemen lalulintas terutama pengaturan kendaraan berat, dan pengaturan mengenai standar desain perkerasan dan kendaraan. Namun demikian, strategi tersebut tidak mudah untuk dilakukan karena butuh pendanaan yang tidak sedikit untuk kebutuhan riset dan pengembangan.

“Setidaknya memerlukan waktu dan biaya. Belum lagi adanya hambatan politis dan institusional karena adanya konflik kepentingan dan keterbatasan institusi untuk menerapkan teknologi baru,” ungkapnya.

Butuh kolaborasi antarakademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan guna berbagi pengetahuan tentang praktik terbaik dari berbagai negara, seperti Slovakia yang telah berhasil mengimplementasikan teknologi inovatif seperti High Modulus Asphalt Concrete (HMAC) dan Porous Asphalt.

"Kami berharap diskusi hari ini dapat menginspirasi penerapan teknologi serupa di Indonesia,” ucapnya.

Menurutnya, para peneliti perlu membuat solusi inovatif untuk meningkatkan daya tahan jalan melalui penggunaan material ramah lingkungan seperti nanokomposit, teknologi Warm Mix Asphalt (WMA), serta metode desain berbasis data iklim. Dengan pendekatan ini, ketahanan infrastruktur tidak hanya dapat diperkuat tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.

Anggota Tim Ahli Pustral UGM sekaligus Ketua Program Studi Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM Latif Budi Suparma menyampaikan, infrastruktur ramah lingkungan didesain dan dibangun dengan prinsip meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, misalnya sumber daya alam, polusi baik udara, air, tanah dan lainnya. Termasuk dampak sosial terhadap masyarakat.

Infrastruktur ramah lingkungan, disebutnya, bertujuan untuk meningkatkan umur pemakaian infrastruktur dan mengurangi kebutuhan perawatan. “Beberapa bentuk perkerasan jalan yang ramah lingkungan di antaranya penggunaan recycled materials untuk meminimalkan bahan terbuang, Permeable Pavement berpotensi mengurangi limpasan dan meningkatkan kualitas air, Biogenic Asphalt Technology yang mengurangi emisi karbon dioksida selama produksi, serta Warm Mix Asphalt yang memerlukan energi yang suhu yang lebih rendah selama pemrosesan,” kata Latif.

Latif mengakui perubahan iklim berdampak terhadap perkerasan. Misalnya, perubahan curah hujan yang berpengaruh terhadap kualitas permukaan dan stabilitas jalan khususnya pada tanah lempung atau air tanah tinggi yang meningkatkan risiko banjir.

"Secara tidak langsung, perubahan iklim yang menurunkan kualitas permukaan dapat berpengaruh pada pengurangan keselamatan, peningkatan penggunaan kendaraan, namun mengurangi kecepatan. Hal ini tentunya dapat berpengaruh pula pada peningkatan kebisingan lalu-lintas,” tutup dia.(M-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya