Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
Pertemuan The 10th World Water Forum (WWF) akan digelar di Bali pada pada 18--24 Mei 2024. Namun, sebelum event itu berlangsung, di Pulau Dewata, digelar agenda The 2nd Stakeholders Consultation Meeting (SCM) pada 12–13 Oktober 2023.
“Forum semacam ini sangat penting dan strategis sebagai wadah berbagi pengetahuan dan pemahaman seluruh ilmuwan dan praktisi sebagai upaya untuk menemukan solusi atas isu-isu air,” ujar Penjabat Gubernur Provinsi Bali Sang Made Mahendra Jaya pada Acara Pembukaan The 2nd SCM di Hotel Intercontinental Bali Resort, Jimbaran, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, Kamis (12/10), seperti tertera dalam situs infopublik, Kementerian Kominfo.
Untuk diketahui WWF merupakan kegiatan pertemuan internasional terbesar di bidang air yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Bali secara resmi diputuskan sebagai tuan rumah pada WWF ke-9 di Dakar, Senegal pada 19 Maret 2022, dengan perolehan 30 dari total 36 suara Dewan Gubernur (Board of Governors) World Water Council.
Pelaksanaan The 2nd Stakeholder Consultation Meeting (SCM) di Bali merupakan lanjutan dari Kick Off Meeting atau The 1st Stakeholders Meeting (SCM) pada Februari 2023. Lewat proses tematik, politik, dan regional yang berlangsung, diharapkan akan muncul inisiasi dan ide-ide yang akan dibahas lebih lanjut pada World Water Forum pada 2024 mendatang.
Menurut Mahendra air merupakan hal yang penting bagi kehidupan, termasuk masyarakat Bali. “Kehidupan kita tidak bisa terlepas dari air, khususnya masyarakat Bali yang memiliki warisan budaya yang memuliakan air sebagai sumber kehidupan. Dengan menjaga keseimbangan air baik yang di Bhuana Agung (makrokosmos) maupun di Bhuana Alit (mikrokosmos),” ujar Mahendra.
Dia berharap forum tersebut tidak hanya berfungsi memfasilitasi pertukaran pengetahuan tetapi juga untuk meningkatkan teknologi inovatif, khususnya dalam sistem irigasi untuk menjamin ketahanan air dan pangan global.
Pada kesempatan tersebut dia juga mengajak seluruh peserta untuk meluangkan waktu mengunjungi destinasi wisata dan menyaksikan kehidupan tradisional masyarakat Bali serta keindahan lanskap Subak.
Mahendra turut menampilkan tayangan video yang memperlihatkan bagaimana masyarakat Bali begitu menjaga keberlangsungan air. Air selalu hadir dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, sehingga begitu penting untuk menjaga kemuliaan air.
“Masyarakat Bali menjadikan air sebagai bagian dari napas kehidupan dan budaya yang dapat dilihat dari dua sisi. Yakni air sebagai lingkar kehidupan, karena di mana ada air, kehidupan bersemai dan sejuk sebagai berkah kehidupan,” jelasnya.
Dipilihnya Bali sebagai tuan rumah Pertemuan ke-10 WWF tidak lepas dari budaya pengelolaan air di Bali yang dikenal dengan Subak. Subak merupakan sistem pengelolaan air yang diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Turut hadir dalam gelaran Opening Ceremony Stakeholders Consultation Meeting (SCM) ke-2, yakni Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Direktur Jenderal IKP KOMINFO Usman Kansong, Perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perwakilan dari Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta sejumlah organisasi internasional.
Mengangkat tema “Water for Shared Prosperity” atau “Air untuk Kemakmuran Bersama”, Pertemuan ke-10 WWF menargetkan peserta 30.000 orang dari 172 negara. (Ant/M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved