Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Bermitra dengan PTPN, Petani Tebu asal Bondowoso ini Kini Bisa Hidup Mapan

Mediaindonesia.com
12/6/2023 09:45
Bermitra dengan PTPN, Petani Tebu asal Bondowoso ini Kini Bisa Hidup Mapan
Teguh Cahyono di lahan tebu miliknya(dok PTPN)

Dulu, Teguh Cahyono hanyalah pekerja di perusahaan kontraktor bangunan dengan gaji Rp1,6 juta per bulan. Meski pendapatannya tidak besar, pekerjaan tersebut terus dia tekuni. Wajar, ia hanya lulusan SMK, sehingga harus berpikir dua kali jika ingin keluar dari sumber nafkah yang telah digelutinya sejak 2005 tersebut.

Namun, seiring meningkatnya kebutuhan, pada akhir 2009, ia memberanikan diri ikut ajakan orangtuanya yang bekerja di perkebunan tebu untuk beralih profesi menjadi petani. Saat itu, pria yang tinggal di  Desa Prajekan Kidul, Kecamatan Prajekan, Kabupaten Bondowoso. itu, hanya mengelola lahan seluas 2 hektare yang dia sewa Rp2,5 juta per hektare per tahun. Itu pun, tanah yang dikelolanya merupakan lahan berbatu yang ditanami pohon jati.

Berbekal ilmu yang didapat dari internet, dia mencoba melakukan upaya penggemburan. “Jadi, di tahap pertama sampai musim panen ketiga, saya melakukan eksperimen pupuk terlebih dahulu,” ujarnya seperti tertera dalam rilis pihak PTPN, akhir pekan lalu.

Berkat kegigihannya, Teguh mendapatkan hasil yang baik dan terus memperluas lahan tebunya, hingga mencapai 80 hektare. Keberhasilan Teguh terletak pada konversi lahan sengon dan jati menjadi lahan tebu yang produktif. Meskipun lahan awal yang dikelolanya berbatu dan tanahnya tidak subur, dia berhasil mencapai produktivitas tebu yang luar biasa, yakni sekitar lebih dari 185 ton per hektare, jauh di atas rata-rata Indonesia yang hanya sekitar 75 ton per hektare.

Selain itu, kunci kesuksesan ayah dua orang anak ini juga terletak pada praktik bertani yang tepat, penggunaan bibit berkualitas, pemupukan yang lengkap, dan penyediaan air dari sumur bor. Dengan asumsi rendemen tebu sebesar 8,5%, Teguh bisa menghasilkan sekitar 15,7 ton gula per hektare, lebih dari tiga kali lipat rata-rata produksi gula di Indonesia.

Dengan perjanjian bagi hasil gula sebesar 70:30 %, Teguh dapat memperoleh sekitar 10,99 ton gula atau hamper setara  Rp132 juta. Di samping itu, Teguh juga mendapatkan tambahan pendapatan dari bagi hasil tetes sebesar 3 persen per kuintal tebu, yang menambahkan Rp11,1 juta.

Dengan demikian, total pendapatan Teguh mencapai sekitar Rp144 juta. Setelah mengurangi biaya sewa lahan, tanam, pemeliharaan, dan ongkos tebang muat angkut, ia memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp62,1 juta per hektare per tahun. “Dari penghasilan itu, sebagian buat operasional kebun, buat keperluan sehari-hari, dan sisanya buat perluasan sewa,” ujarnya.

Saat ini, Teguh mengatakan sudah ada empat orang binaannya yang merasakan manisnya menjadi petani tebu. Teguh mengatakan, kesuksesannya tersebut tak lepas dari peran serta dan dukungan dari PTPN Group, melalui PT Sinergi Gula Nusantara (SGN)/SugarCo, termasuk yang berkaitan dengan biaya garap dan pembelian hasil panen.

“Selama ini pola kemitraan kita berjalan dengan baik. Kami berharap, ke depan harga gula bisa terus naik dan harga pupuk juga bisa lebih rendah lagi, sehingga kami sebagai petani lebih semangat,” ungkapnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya