MAYORITAS masyarakat Sumatra Utara tentu sudah akrab dengan andaliman atau sambal andaliman. Sambal andaliman sangat akrab bagi masyarakat yang mendiami wilayah pantai timur, pantai barat, hingga wilayah
Bukit Barisan, dengan istilah yang beragam.
Sejumlah literatur mencatat andaliman, tuba atau itir-itir adalah bumbu
masak khas Asia yang berasal dari kulit luar buah beberapa jenis tumbuhan anggota marga Zanthoxylum. Bumbu ini di Indonesia hanya dikenal untuk masakan Batak, sehingga dikenal orang luar daerah ini sebagai merica Batak.
Selain bahan untuk pembuatan sambal, penggunaan andaliman bahkan sudah
menjadi bagian dari budaya pada sejumlah etnis di Sumut. Saking
turun-temurunnya, keberadaan dan penggunaan andaliman sudah dianggap
menjadi salah satu kekhasan Sumut.
Namun siapa sangka, andaliman ternyata juga bisa diolah menjadi jenis
asupan yang biasa dikonsumsi dengan ringan sehari-hari, yakni menjadi teh. Bahkan produknya sudah menjadi salah satu komoditas ekspor dari Sumut.
Adalah Intan Damanik, sosok yang menggagas dan mengawali pengolahan
andaliman menjadi produk yang dinamakannya The Bloom Andaliman Artisan Tea.
Menurut dia, inovasi andaliman tea ini dibuat pada 2020 saat pandemi
Covid-19.
"Saat itu saya mikir kenapa harus sambal apalagi kalau sambal, susah
dikirim ke luar negeri karena volumenya berat," tutur Intan, Senin (27/3).
Kemudia dia membuat percobaan mengolah andaliman menjadi teh dan hasilnya diberikan secara cuma-cuma kepada kerabat dekat sebagai tester. "Tenyata luar biasa responsnya, katanya ini unik," ujar dia.
Intan juga memberikan produk inovasi ini kepada orang sekitarnya yang
memiliki riwayat sakit, seperti stroke. "Alhamdulilah, tidak ada keluhan. Seperti itu uji coba dan testimoninya dan Alhamdulilah, tidak ada masalah."
FI Powerboat
Pada saat penyelenggaraan event dunia FI Powerboat di kawasan Danau Toba beberapa waktu lalu dia menyuplai minuman teh andaliman. Hasilnya, produk tersebut menuai sambutan positif dari para peminumnya, termasuk peserta lomba.
"Peserta mengatakan minuman ini unik," imbuh Intan.
Antusiasme itu menjadi penyemangat dirinya, sebagai Founder The Bloom
Andaliman Artisan Tea, untuk terus mengembangkan produk ini. Sejauh yang dia lihat, ini masih menjadi produk pioner di Sumut sehingga berharap mendapat dukungan dari semua pihak.
Terutama daerah-daerah yang wilayahnya berada di kawasan Danau Toba untuk menjadikan ini sebagai produk khas dan komoditas ekspor dari daerahnya.
Intan sendiri telah mengirim The Bloom Andaliman Artisan Tea ke luar
negeri, seperti Singapura, Belanda, Australia dan terakhir ke Tokyo.
"Meski pengirimannya masih skala kecil tetapi mendapat sambutan yang sangat bagus. Saat ini kami sedang mengurus surat legalitas IPCC untuk ekspor," tandasnya. (N-2)