Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kopi Lokal Kalsel, di Antara Antusias Petani dan Kendala Birokrasi

Denny Susanto
01/10/2022 11:10
Kopi Lokal Kalsel, di Antara Antusias Petani dan Kendala Birokrasi
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin, melakukan proses budi daya kopi lokal(MI/DENNY SUSANTO)

HALAMAN Kedai Biji Kopi di Kampung Kopi Sidodadi, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, pagi itu cukup ramai. Belasan mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarmasin, bergotong royong memindahkan bibit kopi lokal berbagai jenis dari persemaian ke polibag.

Para mahasiswa ini tergabung dalam organisasi International Association of Student in Agricultural and Related Sciences (IAAS). Sebagian besar dari mereka merupakan peserta magang budidaya dan bisnis kopi di kedai Biji Kopi.

"Komoditas kopi ini sedang naik daun dan generasi muda cukup antusias mempelajari bisnis kopi ini. Selain cukup menjanjikan dari sisi ekonomi juga sejalan dengan kampanye lingkungan," tutur Azahra Aprillia Noor Risky, Wakil Ketua Umum IAAS, Universitas Lambung Mangkurat.

Mahasiswi semester 7 ULM ini menambahkan peningkatan SDM pertanian menjadi fokus utama dan program kerja IAAS, termasuk dalam rangka pembangunan IKN.

Ada beberapa kegiatan IAAS terkait peningkatan SDM pertanian. Di antaranya ialah Exchange Program Nasional (EXPRONAS) yang merupakan kegiatan pertukaran pengetahuan dan pengalaman di bidang pertanian berupa program magang dan volunteering di berbagai kota di Indonesia. Juga kegiatan Youth Agricareture yang bertujuan mengajak pemuda untuk peduli terhadap dunia pertanian.

Kopi Lokal Meratus

Antusiasme terhadap pengembangan komoditas kopi ini tidak hanya muncul di kalangan mahasiswa. Petani di hampir seluruh kabupaten/kota di Kalsel juga meliriknya. Bahkan pas setahun lalu pada saat peringatan Hari Kopi Internasional 1 Oktober, Pemkab Hulu Sungai Tengah telah meluncurkan kopi lokal yang disebut Kopi Meratus.

Bupati Hulu Sungai Tengah, Aulia Oktafiandi menegaskan ada dua poin penting dari momen peluncuran kopi meratus yaitu upaya mengatasi deforestasi akibat praktek pembabatan hutan. Selain itu juga peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan dengan penanaman komoditas kopi.

"Kita ingin pengembangan kopi dapat dilakukan menyeluruh dari hulu ke hilir. Di masa datang Hulu Sungai Tengah akan memiliki brand kopi lokal Kopi Meratus yang dapat bersaing dengan produk kopi lain di Indonesia seperti Aceh, Sulawesi dan Bali," ungkapnya.

Bagi Pemkab Hulu Sungai Tengah yang selama ini gencar mengkampanyekan penyelamatan dan pelestarian kawasan Pegunungan Meratus  melalui gerakan Save Meratus, pengembangan komoditas kopi dipilih karena kopi punya nilai ekonomi tinggi, ramah lingkungan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.

Komoditas kopi bagi masyarakat petani Kalsel bukanlah sesuatu yang baru karena komoditas ini masuk ke Kalimantan atau tanah Borneo pada zaman penjajahan Belanda. Bahkan di era 1980-an pemerintah melakukan penanaman besar-besaran komoditas kopi dan cokelat di kawasan Pegunungan Meratus.

Kendala Pengembangan Kopi

Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalsel, Dwi Putera Kurniawan mengakui kopi khas Kalsel atau dikenal kopi borneo mulai banyak dikenal masyarakat dan dilirik konsumen dari berbagai daerah di tanah air bahkan pasar ekspor. Namun pengembangan kopi khas Kalsel ini banyak menghadapi kendala, di antaranya masalah sertifikasi bibit.

"Kopi khas Kalsel ini kini banyak diminati tidak hanya pecinta kopi lokal tapi dari berbagai daerah. Bahkan permintaan untuk pasar ekspor cukup tinggi," ujarnya.

Sejauh ini pihaknya belum bisa memenuhi permintaan pasar ekspor karena keterbatasan produksi kopi petani.

Menurut Dwi ada banyak permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengembangan kopi khas Kalsel ini antara lain masih rendahnya minat petani menanam kopi, serta ketentuan sertifikasi bibit.

"Pemda seolah kurang melirik pengembangan komoditas kopi ini, tidak seperti karet dan sawit yang dikembangkan secara masif. Padahal kopi sangat potensial baik dari sisi ekonomi maupun komitmen penyelamatan lingkungan," tegasnya.

Di Kalsel, menurut dia, akibat anjloknya harga kopi dan ekspansi perkebunan sawit besar-besaran telah menyebabkan ribuan hektare tanaman kopi tergusur. Namun kini seiring harga kopi yang terus naik pertanian komoditas kopi mulai menggeliat.

Kopi khas Kalsel ini kini banyak diminati, tidak hanya pecinta kopi lokal tapi dari berbagai daerah. Bahkan permintaan untuk pasar ekspor cukup tinggi. Karakteristik lahan di Kalsel yang beragam dapat ditanam empat jenis kopi yaitu Liberika, Ekselsa, Robusta dan Arabika. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya