Robusta Dampit Pertahankan Pamor Kopi Berkelas Dunia

Bagus Suryo
01/9/2022 08:51
Robusta Dampit Pertahankan Pamor Kopi Berkelas Dunia
Biji kopi robusta Dampit(MI/Bagus Suryo)

KOPI robusta Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mempertahankan pamornya sebagai komoditas berkelas dunia. Biji kopi petik merah daerah setempat kian diminati konsumen menjadi primadona sejak 1922. Petani pun menyatakan robusta dampit melegenda sekaligus bukan kopi kelas dua.

"Kopi robusta bukan kopi kelas dua, bedanya dengan Arabika itu soal varietas," kata Mahaguru kopi dunia Manuel Diaz saat berdiskusi dengan petani Kopi di Dampit, Kabupaten Malang, Rabu (31/8).

Diaz sengaja diundang Akartana untuk mengedukasi petani. Akartana sebagai penerus perkebunan dan pengolahan kopi Margosuko mengakui kapasitas Diaz sebagai ahli cupping dan roasting. Instruktur Coffee Quality Institute (CQI) itu berpengalaman memberi pelatihan sejak 1988 di berbagai negara seperti USA, Guatemala, Italia, Uganda, Korea Selatan hingga Indonesia.

"Petani tidak perlu minder dalam membudidayakan kopi robusta," imbuhnya.

Hasil panen berkualitas, lanjutnya, diperoleh dari upaya terbaik mulai proses tanam, perawatan, panen sampai pascapanen. Alhasil, petani akan mendapatkan harga yang bagus.

"Di Dampit ini punya sejarah yang kuat, usia perkebunannya sudah 100 tahun, itu menjadi nilai lebih," kata Diaz pemilik lembaga ONA Consulting di Meksiko.

Sementara itu, Chief Executive Officer Akartana Rizal Kertosastro menyatakan petani memiliki kearifan lokal petik merah yang diatur peraturan desa (perdes). Perdes itu diterapkan era perkebunan Margosuko. Guna menghasilkan biji kopi berkualitas, aturan diterapkan secara ketat.

"Jadi kalau misalkan pekan ini petani memanen sebatang pohon pada hari Senin, maka harus dikasih jeda satu pekan lagi untuk panen selanjutnya atau Senin depannya. Kalau tidak, petani bisa kena sanksi," ujarnya.

Baca juga: Mentan SYL: Dongkrak Ekspor Melalui Pengembangan Benih Kopi Unggul

Kini, Akartana memiliki rencana matang menghidupkan kembali perkebunan Margosuko yang sempat terhenti. Pabrik itu beroperasi sejak sebelum era Kemerdekaan RI lalu vakum beberapa tahun terakhir. Dalam waktu dekat ini pabrik direvitalisasi guna membantu menyejahterakan petani dari sisi pengolahan dan pemasaran biji kopi.

Tahun ini, pihaknya akan menanam 9 hektare kopi robusta. Perluasan lahan kopi terus dilakukan bertahap di lahan perkebunan yang beralih fungsi kebun tebu.

Haryono, seorang petani di Dampit membenarkan keberadaan perdes petik merah biji kopi. Ia menerima manfaat dari aturan itu dengan harga yang layak dan sepadan dari pabrik Margosuko.

"Mungkin kelihatannya ribet, tapi ya tidak apa-apa, karena jerih payah petani mendapatkan harga yang layak," ungkap Haryono.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya