Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG) Wilayah III Denpasar mengeluarkan peringatan dini akan adanya ancaman banjir rob di 26 titik di Bali.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo membenarkan jika ada 16 titik di Bali yang terancam banjir Rob.
"Ya, benar, ada 26 titik di Bali yang terancam Rob. Kondisi ini akan terjadi atau berpotensi terjadi sejak hari ini, 30 Mei hingga 7 Juni 2022i," ujarnya.
Ia meminta agar masyarakat tetap waspada dan tidak panik sebab jika hal ini akhirnya terjadi semuanya sudah diantisipasi. Adapun penyebab banjir rob karena adanya fase bulan baru pada tanggal 30 Mei 2022. Fase ini berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut.
Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut, banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Bali pada tanggal 30 Mei - 7 Juni 2022 di 26 titik. Bahkan, beberapa titik tersebut merupakan destinasi pariwisata terkenal di Bali, sehingga berpotensi bisa menggangu aktivitas pariwisata dan ekonomi.
Baca juga: Polemik Banjir Rob Pantura, Ini Penjelasan Ahli ITB
Sementara di beberapa titik lainnya merupakan aktivitas pariwisata dan bongkar muat pelabuhan rakyat. Hal yang sama juga terjadi di beberapa titik yang merupakan aktivitas nelayan yang juga akan ikut terganggu. Ada pun ke-26 titik tersebut adalah Pantai Pulukan, Pantai Pekutatan, Pantai Balian, Pantai Soka, Pantai Pasut, Pantai Kelanting, Pantai Yeh Gangga, Pantai Kedungu, Pantai Tanah Lot, Pantai Batu Bolong, Pantai Seminyak, Pantai Kuta, Pantai Jerman, Pantai Nusa Penida, Pantai Balangan, Pantai Padang-padang, Pantai Nuggalan, Pantai Pandawa, Pantai Nusa Dua, Pantai Serangan, Pantai Sanur, Pantai Sindu, Pantai Saba, Pantai Masceti, Pantai Lebih dan Pantai Kusamba.
Potensi banjir pesisir (rob) diprediksi berlangsung dengan waktu yang berbeda di tiap wilayah. Kondisi ini secara umum dapat mengganggu aktivitas keseharian masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.
"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari Pasang Maksimum Air Laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG Wilayah III Denpasar. Jangan terprovokasi dengan informasi yang tidak benar apalagi yang diperoleh melalui sumber yang tidak berkompeten dan tidak valid," ujarnya.(OL-5)
Gelombang pasang di pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi mulai terjadi sejak beberapa hari terakhir. Puncaknya terjadi pada Senin (11/3) sekitar pukul 20.30 WIB.
Fenomena alam itulah yang menyebabkan banjir rob di pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi sejak Senin (11/3) malam.
Banjir rob yang terjadi di pesisir pantai Rancabuaya menyebabkan 515 kepala keluarga terdampak bencana.
WARGA pesisir pantai selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih mewaspadai potensi gelombang pasang. Kekhawatiran itu menyusul terjadinya banjir rob pada Rabu (16/10).
Sejumlah hal akan diupayakan oleh Pemprov Jabar. Di antaranya normalisasi sungai, pembuatan tanggul, serta relokasi bertahap penduduk.
Meski rumahnya terendam banjir warga tetap menempati rumahnya karena tidak ada fasilitas untuk mengungsi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved