Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kisah tentang Lima Derajat Puncak Merbabu

Iis Zatnika
30/1/2022 22:49
Kisah tentang Lima Derajat Puncak Merbabu
Panorama Gunung Merbabu, Jawa Tengah.(Dok Istimewa)

Bayangkan berjalan di sabana nan mempesona dengan latar panorama tiga puncak gunung. Canro Simarmata, pria yang menyebut dirinya sebagai content creator mengisahkan perjalanannya ke Puncak Merbabu yang berada di ketinggian 3,145 mdpl itu. Ia mengisahkan, perjalanan ke Merbabu menjanjikan pengalaman kaya panorama namun juga sarat tantangan.

Salah satunya, dari hawa dingin yang terasa bahkan dari awal perjalanan dan bisa mencapai 5 derajat celcius di puncak gunung yang wilayahnya mencakup Kabupaten Boyolali, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Semarang itu. "Karena itu, gear atau peralatan yang kita bawa juga harus sesuai kondisi alam yang kita tuju, salah satunya jaket yang bisa melindungi dari risiko hipotermia yang rawan mengancam para pendaki," ujar Canro, mantan staf media sosial di perusahaan perbankan yang kini beralih memproduksi konten untuk Instagram dan YouTube. Canro ditemui dalam acara Goldvolution, pertunjukan ice skating oleh 14 skater sekaligus diskusi tentang  teknologi penghangat pada jaket Omni-Heat Infinity Columbia, pada Sabtu (22/1) di Ice Skeating Rink, Bintaro Xchange Mall, Tangerang, Banten. Sistem penghangat itu bekerja dari pola titik-titik logam berwarna emas di bagian dalam yang dapat memantulkan dan mempertahankan panas tubuh alami sekaligus memberikan kehangatan instan saat mendaki, perjalanan ke dataran tinggi, hingga mengeksplorasi negeri yang tengah mengalami musim dingin.

Canro bercerita, ia mendaki Gunung Merbabu via Suwanting pada November 2021. DI masa pandemic, ia rutin mendaki dua kali sebulan, dari semula sepekan sekali. "Gue lahir di Pulau Samosir, dengan keindahan alamnya yang begitu luar biasa. Berkegiatan dialam sudah jadi rutinitas sejak kecil. Jadi bisa dibilang sejak kecil memang sudah senang berpetualang mulai dari belajar renang di Danau Toba, ikut main main ke bukit disekitar rumah habis pulang sekolah," ujar Canro tentang perkenalannya dengan aktivitas di luar ruang.

Lulus kuliah pada 2016, lanjut Canro, ia memutuskan merantau ke Jakarta dan mulai menabung untuk mengeksplorasi keindahan Indonesia,  khususnya pantai. "Jadi gue dulu anak pantai, nggak suka gunung. Nah kebetulan teman ada yang aktif di Instagtram  dan menyarankan untuk coba mulai upload photo di Instagram. Eh ternyata banyak di-repost oleh akun-akun besar, salah satunya Pak Ridwan Kamil dan efeknya, follower saya mulai bertambah. Pada 2018 aku memutuskan untuk lebih fokus ke gunung berkat ajakan teman juga dan jadi tergila-gila sama pendakian sampai hari ini."

"Content creator saat ini sudah menjadi profesi gue dan ini sangat menyenangkan, selain punya penghasilan, gue juga punya kesempatan untuk ketemu dengan orang orang baru tentu dengan latar belakang yang berbeda, jadi sering berbagi pengalaman. Pastinya pekerjaan yang paling menyenangkan itu adalah hobi yang dibayar," ujar Canro yang kini bermukim di Jakarta.

Canro kini rutin mengisi konten di instagram-nya, @canro.simarmata  minimal 3-4 kali setiap minggunya, baik foto atau video. Sementara untuk YouTube yang titelnya sesuai namanya, satu video per dua minggu. "Alat untuk membuat konten yang selalu gue bawa hanya SmartPhone dan juga Drone DJI Mavic Air 2, tentunya bawa drone bikin beban lebih berat sih. Dari dulu sampai saat ini proses editing dilakukan sendiri, belum punya tim. Tapi, punya tim adalah salah satu impianku, agar gue bisa berbagi dengan orang lain," kata Canro yang memfavoritkan Gunung Rinjani dan Semeru, serta tengah menargetkan mendaki puncak tertinggi gunung di Indonesia, Cartenzt, pada tahun ini.

 

Saat berjalan, Canro mengaku memilih bergabung dalam open trip yang memungkinkannya bertemu teman teman baru. "Saranku, buat mereka yang ingin mulai mendaki atau menjadi content creator bertema alam, bekali diri dengan pengetahuan mumpuni soal alam. Keselamatan diri menjadi faktor utama, itu harus didukung dengan fasilitas, termasuk ketika di Merbabu, dengan jaket yang ringan tapi mampu mempertahankan suhu stabil, tidak gerah." (X-16)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya