Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Temu Bisnis OPOP Capai Transaksi Rp136,5 Miliar

Bayu Anggoro
16/12/2021 23:20
Temu Bisnis OPOP Capai Transaksi Rp136,5 Miliar
Santri menyortir bibit lele di pondok pesantren Darul Ma'arif Lohbener, Indramayu, Jawa Barat.( ANTARA/Dedhez Anggara)


TRANSAKSI temu bisnis One Pesantren One Product (OPOP) 2021 yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat menembus angka Rp136,5
miliar hingga Kamis (16/12) siang. Transaksi OPOP sudah dimulai sejak Agustus.

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat Kusmana
Hartadji mengatakan, transaksi temu bisnis kali ini didominasi  produk
pertanian dan pangan. "Transaksi hari ini saja tembus hingga Rp6,2
miliar. Pertanian dan pangan sangat mendominasi transaksi ini," katanya
saat Temu Bisnis dan penyerahan Bantuan Usaha/hadiah bagi 3 (tiga) Juara OPOP Tingkat Provinsi Jawa Barat, di Bandung, Kamis (16/12).

Program OPOP  (One Pesantren One Product) yang diluncurkan akhir 2018
hingga 2021 telah diikuti 2.574 pesantren dari target 5.000 pesantren
hingga akhir 2023.  Program ini pada 2020 mendapatkan penghargaan dari
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, sebagai 45 Top Inovasi Pelayanan Publik tingkat Nasional.

"Program ini dinilai sangat strategi terutama dalam  menciptakan
pesantren unggulan di Jabar di bidang bisnis dan kemandirian ekonomi.
OPOP juga mendorong  seluruh pesantren  di Jabar memiliki produk
unggulan dan memiliki komunitas bisnis sehingga menciptakan kemandirian
ekonomi umat," tutur Kusmana.

Jumlah pesantren di Jawa Barat sekitar 10.000 dan 8.000 di antaranya
memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP). Selama ini, banyak
pesantren yang mengandalkan pendapatannya dari iuran dan bantuan
pemerintah maupun masyarakat.

"Dengan OPOP, Pemprov Jabar ingin pesantren selain sebagai lembaga
pendidikan, lembaga dakwah, juga mampu menjadi lembaga pemberdayaan
ekonomi umat," katanya.

Untuk mengikuti program OPOP, pesantren harus mendaftarkan diri secara online melalui www.opop.jabarprov.go.id.

Selanjutnya pesantren diseleksi administrasi dan wawancara secara
offline sebelum pandemi, dan secara online pada pandemi covid 19.
Pesantren yang lolos seleksi akan mengikuti pendampingan oleh tenaga
pendamping OPOP.

Selanjutnya, peserta yang lolos audisi I akan mengikuti pelatihan dan pemagangan serta mendapatkan bantuan modal usaha kisaran Rp 25 Juta-Rp30 Juta.

Pesantren lolos audisi I akan melanjutkan dengan mengikuti seleksi audisi tahap II di kabupaten/kot. Tim juri akan melakukan visitasi untuk menentukan juara serta akan mendapatkan bantuan usaha dengan  kisaran Rp75-Rp200 juta.

Peserta lolos Audisi II selanjutnya akan mengikuti  seleksi untuk
mengikuti Audisi Tahap III (provinsi) dan 3 juara tingkat provinsi akan mendapatkan bantuan usaha Rp400 juta tiap pesantren.

Kusmana mengatakan, kunci sukses program OPOP salah satunya dari pendampingan.

Untuk itu, pendamping juga diharapkan dapat berperan sebagai
fasilitator, inisiator, dinamisator, motivator sekaligus katalisator
pelaku usaha di lingkungan pesantren. Mereka harus mampu menjawab tantangan global ke depan, serta menjadi fondasi kekuatan ekonomi pesantren, terutama dalam menghadapi krisis multidimensi di era pandemi.

"Pendamping OPOP tahun 2021 sebanyak 130 orang bertugas mendampingi
pesantren di lapangan. Tenaga pendamping ini telah diberikan pembekalan
dalam melakukan pendampingan kepada pondok pesantren melalui bimbingan
teknis pendamping OPOP. Tenaga pendamping OPOP  dibekali keterampilan
dan teknik pendampingan efektif untuk mengawal kelanjutan dari hasil
pelatihan dan magang pesantren, sekaligus memfasilitasi koperasi dan UKM dampingan dalam mengimplementasikan business plan pesantren," ujar Kusmana. .

Selain itu, Program OPOP yang melibatkan berbagai pihak diharapkan
melalui sinergitas lintas program antara pemerintah, perguruan tinggi
dan lembaga-lembaga teknis strategis bisa bersama-sama menghasilkan
pelaku usaha pesantren  yang mandiri,  kreatif,  inovatif,  
berkarakter, memiliki wawasan bisnis yang luas, pangsa pasar yang
terbuka serta siap  berproduksi. Kondisi itu diharapkan dapat menunjang
implementasi  visi misi pembangunan Jawa Barat untuk menciptakan  
lapangan kerja yang lebih  produktif berbasis wirausaha sesuai harapan
pembangunan daerah. Produk pesantren OPOP pun didorong agar bisa go
internasional dan go digital.

"Kita mendorong produk pesantren untuk promosi di luar negeri. Sebelumnya kamis sudah melakukannya di Expo Turki 2019 dan Expo Dubai 2021," jelasnya.

Pada Senin (13/12) ekspor perdana produk pesantren OPOP berupa jengkol, rambutan, salak dan manggis ke Dubai yang dipenuhi oleh Kopontren Al Itifaq dan ekspor fesyen sarung, peci, baju anak, dipenuhi Kopontren Daarut Tauhid. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya