Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SEJAk empat hari terakhir, harga cabai merah di kawasan Provinsi Aceh, melonjak. Perbedaan harga cukup jauh dibandingkan tiga hari lalu, sehingga mengurangi daya beli warga.
Amatan Media Indonesia, di pusat Pasar Sayur Pante Teungoh, Sigli, Ibu Kota Kabupaten Pidie, Minggu (3/19), misalnya, harga cabai merah telah menyentuh Rp48.000 per kg (kilogram) hingga Rp50.000 per kg. Harga tersebut lebih mahal dari tiga hari lalu yaitu Rp27.000 hingga Rp30.000 per kg.
"Saya jual Rp48.000 per kg, kalau teman lain ada yang menjual sampai Rp50.000 per kg. Tentu tergantung kualitas dan modal pembelian," kata Fajri,45, pedagang cabai merah di Pusat Pasar Pante Teungoh, Kota Sigli kepada Media Indonesia.
Baca juga: Pemkot Tasikmalaya Instruksikan ASN Beli Telur
Tingginya bahan bumbu dapur pemedas masakan itu diduga karena produksi cabai merah menurun. Apalagi dipengaruhi cuaca buruk yang terkadang terik matahari, lalu tiba tiba langsung turun hujan deras hingga 2 jam.
Kondisi tidak jauh berbeda juga terjadi di Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen, Lhokseumawe, dan Aceh Utara.
Bahkan, di Banda Aceh, harga jual cabai merah di tingkat pedagang eceran sudah mencapai Rp50.000 per kg.
Catatan Media Indonesia, kawasan produksi cabai merah di Provinsi Aceh sebagian besar dari Kabupaten Pidie. Tanaman yang memasuki masa produksi setelah berumur sekitar 75 hari itu banyak dibudidayakan di Kecamatan Delima, Batee, Padang Tiji, Grong-Grong, Muara Tiga, Simpang Tiga, Keumala dan Tangse.
Hasil panen petani dari Pidie biasanya dipasok untuk kebutuhan pasar ke berbagai kabupaten/kota di Aceh. Bahkan tidak jarang cabai merah dari Pidie menyentuh pasar Medan di Provinsi Sumatra Utara. (OL-1)
“Masyarakat jadi mengurangai jumlah pembelian dan itu mengakibatkan stok cabai di pedagang lambat habisnya,”
DUA pekan pascahari raya Idul Fitri atau Lebaran 2025 yakni pada Senin (14/4) harga cabai di Purwokerto, Jawa Tengah masih bertahan di angka yang tinggi.
Sejak beberapa hari terakhir sebelum hari Nyepi hingga tiba hari Idul Fitri, harga cabai rawit masih bertahan tinggi yakni Rp130 ribu/kilogram (kg).
Harga cabai rawit merah di sejumlah pasar di Bali tembus hingga Rp120 ribu hingga Rp130 ribu per kilogram menjelang Hari Raya Nyepi dan Idul Fitri 2025.
Menurut Nasir, kenaikan harga cepat berubah selama Ramadan ini. "Kenaikan harga terjadi dalam sebulan ini,” kata Nasir.
Turunnya harga cabai ini disebabkan oleh pasokan cabai yang mulai melimpah.
Komoditi tersebut di antaranya beras kualitas I dan II, daging ayam broiler, telur ayam ras, cabai rawit, cabai merah dan kacang tanah.
Lalu harga cabai merah kualitas sedang (standar) dari pekan lalu Rp40.000/kg, kini naik menjadi Rp48.000/kg. Itu juga sudah dua kali naik sejak sepekan terakhir.
Misi dagang kali ini diawali dengan penandatangan pasokan jenis hortikultura cabai, di antaranya cabai merah keriting, cabai rawit merah dan bawang.
Menyikapi tingginya harga cabai rawit merah di tingkat konsumen, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional bersama Kementerian Pertanian menggelar aksi stabilitas pasokan harga pangan.
Bersamaan naiknya harga sejumlah cabai dan bawang, terdapat juga komoditas yang harganya turun. Di antaranya tomat kecil dari Rp8 ribu menjadi Rp6 ribu per kg dan tomat besar dari Rp10 ribu
HARGA kebutuhan pokok setiap pasar tradisional Tasikmalaya merangkak naik terutamanya terjadi pada bawang merah, telur, cabai merah, daging ayam potong dan sayuran
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved