Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
SEBAGAI negara kepulauan yang mempunyai beragam suku, Indonesia sejatinya kaya akan budaya. Kebudayaan itu bukan saja dalam bentuk seni atau karya, melainkan juga makanan.
Sayangnya keaneragaman makanan khas Nusantara itu belum terekspos dengan baik. Jangankan sampai ke luar negeri, bahkan untuk tingkat nasional pun, banyak kuliner Nusantara yang belum dikenal.
Baca juga: Ingkung Gurame yang Terbaru Kuliner Lezat di Imogiri
Berangkat dari situ, dalam rangka merayakan World Food Travel Day yang jatuh pada 18 April, Omar Niode Foundation mencoba mengangkat keunikan ekosistem alam, budaya dan potensi wisata kuliner dari kawasan Wallacea.
“Kawasan Wallacea yang meliputi Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara dan pulau-pulau kecil sekitarnya, selain kaya akan ekosistem biologis juga punya daya tarik dari sisi kuliner. Hal itu membuat Omar Niode Foundation bersama The Climate Reality Project Indonesia tertarik untuk mengekspose kembali kawasan ini bertepatan dengan World Food Travel Day,” ujar Amanda Katili Niode dalam acara Webinar bertajuk Jelajah Alam dan Kuliner Wallacea, pada Minggu (18/4).
Amanda menambahkan, meskipun makanan di Kawasan Wallacea beraneka macam, tetap ada persamaan, karena kuliner di satu daerah merupakan hasil akulturasi penduduk dan pendatang. Amanda mencontohkan, beberapa daerah di Sulawesi mempunyai sup hitam sebagai makanan tradisional dengan kluwak sebagai salah satu bahannya, ditambah berbagai jenis bumbu dan rempah.
Pantollo'Pamarasan dari Toraja dengan 13 jenis bahan, daging pilihan, bumbu rempah dan kluwak. Pallu Kaloa dari Makassar menggunakan 16 jenis bahan, termasuk ikan, kelapa sangrai dan kluwak. Serta Sop Konro juga dari makassar yang terdiri dari 23 jenis bahan, termasuk bumbu rempah dan kluwak, masih punya kemiripan dengan Tabu Moltomo dari Gorontalo yang menggunakan 30 jenis bahan termasuk bumbu dan rempah. Bedanya dengan sup hitam daerah lain, warna hitam Tabu Moitomo diperoleh dari kelapa sangrai.
Ragam kuliner Wallacea yang lain, juga dipaparkan oleh Meilani Batubara dari Nusa Indonesia Gastronomy. Selain tentang ragam kuliner, webinar juga membahas tentang pengalaman ekspedisi Wallacea dari jurnalis kompas Aris Prasetyo, dan tips bepergian hemat ke Wallacea yang disampaikan Fitria Chaerani dari Campa Tour.
Pangan berkelanjutan yang memerhatikan krisis iklim, budaya dan masyarakat setempat juga dibahas pada webinar ini oleh M Firdaus dari Konsorsium Pangan Bijak Nusantara.
Direktur Eksekutif World Food Travel Association, Erik Wolf dalam video sambutannya menceritakan kesannya saat berkunjung ke Indonesia. “Ketika perjalanan saya ke Indonesia beberapa tahun yang lalu, saya menikmati kuliner yang luar biasa, dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa juga.”
Erik menjelaskan, World Food Travel Association, yang didirikannya pada 2003, kini merupakan organisasi tertua dan terbesar di dunia dalam bidang ini. Sedangkan World Food Travel Day yang dirayakan setiap 18 April, adalah hari yang dirancang untuk merayakan budaya kuliner dunia dan kegembiraan kita bepergian untuk menikmati makanan dan minuman. “Kami memulai hari peringatan ini beberapa tahun yang lalu, yang kini menjadi sangat populer. Setiap tahun ada puluhan ribu posting yang diberi tagar, untuk merayakan hari itu di seluruh dunia.
Erik juga mengajak pelaku usaha maupun pelancong wisata kuliner dari seluruh dunia berpartisipasi dan berbagi cerita dan pengalaman mereka tentang kuliner. “Kami berharap dapat melihat kiriman Anda yang di tag ke @worldfoodtravelassn di instagram dan @worldfoodtravelassociation di facebook, dengan tagar #worldfoodtravelday. Kami akan dengan senang hati menyukai (like) dan membalas pesan Anda,” ajaknya
Mengakhiri sambutannya, Erik menyampaikan harapannya untuk dapat segera berkunjung kembali ke Indonesia untuk mencoba lagi makanan dan kopi Indonesia, selepas pandemi berakhir. (Ant/A-1)
Dunia kuliner dan hiburan Bandung resmi naik kelas dengan kehadiran Karbon, destinasi terbaru yang menyala di rooftop lantai 16 Hotel Indigo Bandung Dago Pakar.
Tahun ini, Le Grand Chef 2025 mengangkat tema Bring Eat On, sebuah ajakan untuk menjadikan memasak sebagai proses mengenal dan mengekspresikan diri.
Selain steak, tersedia pula menu-menu kreatif seperti beef curry rice dan salmon grill, yang menggabungkan sentuhan rasa lokal dengan teknik memasak modern.
Chili’s telah berkembang menjadi jaringan restoran global dengan lebih dari 1.600 cabang di 30 negara, termasuk Malaysia, Filipina, India, dan Taiwan.
BANDUNG dikenal sebagai salah satu kota di Indonesia yang kaya akan sajian kuliner lezat. Restoran dan rumah makan mudah ditemukan di pusat perkotaan dan selalu ramai dikunjungi.
Golden Tulip Pontianak menghadirkan promo menarik “BUY 5 GET 1 FREE” yang berlaku setiap hari Minggu sepanjang bulan Agustus.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved