RUAS tol Indralaya-Prabumulih (Indraprabu) yang merupakan bagian dari Tol Trans Sumatra sudah mulai dibangun. Pengerjaan tol sepanjang 65 kilometer ini sudah mulai dikerjakan pada 3 Juli 2020 dan saat ini progresnya mencapai 29,5 persen. Tol yang menghubungkan Indralaya hingga ke Prabumulih itu nantinya tersambung dengan tol Palembang-Indralaya dan tol Prabumulih-Muara Enim. Pembangunan tol ini dibagi menjadi enam zona.
“Kita bagi enam zona pengerjaan di sepanjang tol Indraprabu. Total seluruhnya progres pengerjaan kita mencapai 29,5 persen,” ungkap Project Director Hutama Karya (HK) Jalan Tol Indralaya-Prabumulih, Hasan Turcahyo, Selasa (16/3)
Ia menjelaskan, untuk zona 1 progresnya mencapai 74,04 persen, zona 2 mencapai 31,62 persen, zona 3 mencapai 11,57 persen, zona 4 mencapai 5,54 persen, zona 5 mencapai 0,07 persen, dan zona 6 mencapai 2,22 persen.
“Semuanya masih dalam proses pembebasan tanah. Setelah proses pembebasan lahan selesai, tentu kita langsung kejar proses pembangunan. Kita yakin dan optimis target selesai di pertengahan 2022 bisa tercapai,” ucapnya.
Untuk kondisi pembebasan lahan sendiri, Hasan menuturkan tidak ada masalah berarti karena masyarakat di Sumsel cukup antusias dan mendukung proyek pengerjaan tol ini. Karenanya, masyarakat yang tanahnya terkena pembangunan tol menerima ganti untung dengan ikhlas, sehingga mempermudah dalam proses pembangunan tol ini sendiri.
“Tidak ada masalah selama pembebasan lahan, semua masyarakat lahannya terkena pembangunan tol sudah diproses,” ucapnya.
Secara keseluruhan, pihaknya mencatat ada 45,23 kilometer lahan siap konstruksi, 12,88 kilometer lahan validasi, 11,7 lahan inventarisasi dan 4,115 kilometer lahan dalam proses konsinyuasi.
Hasan menerangkan, untuk pembangunan jalan tol dilakukan dengan konstruksi pile slab dan konstruksi timbunan biasa. Berbeda dengan tol lain di Sumsel yang menggunakan sistem vakum, Hutama Karya memilih pengerjaan tol dengan pile slab atau tiang pancang di atas lahan rawa.
Hal itu dipilih karena bangunan atau konstruksinya lebih mantap dan minim pemeliharaan setelah selesai pengerjaan. “Kita menggunakan sistem pile slab sepanjang 7,73 kilometer di tol ini. Kita menggunakan pile slab lebih mantap konstruksinya, minim biaya pemeliharaan setelah selesai. Namun memang lebih mahal konstruksinya dibanding vakum,” jelas Hasan.
Ia menyebutkan, rata-rata untuk pengerjaan tol 1 kilometer dengan pile slab membutuhkan anggaran sekitar Rp100 miliar, sementara untuk pengerjaan konstruksi timbunan biasa atau timbunan dengan preloading atau perbaikan tanah dengan konsolidasi per 1 kilometernya membutuhkan sekitar Rp80 miliar.
“Untuk semua proyek pembangunan tol ini sudah memiliki Amdal,” ucapnya. Diketahui, proyek tol Indraprabu ini memiliki nilai kontrak mencapai Rp6,67 triliun. Adapun sepanjang 65 kilometer tol ini hanya akan memiliki satu rest area yakni di Desa Payaraman, Ogan Ilir.
Hasan menyebutkan, jika nantinya tol ini sudah selesai dan terhubung tentunya akan mempersingkat waktu perjalanan. Selain itu, mempermudahkan pengiriman atau penyaluran distribusi barang, dan tentunya akan meningkatkan perekonomian di daerah lain yang terhubung tol.
“Akan banyak sekali fungsinya. Jika yang selama ini dari Indralaya ke Prabumulih membutuhkan waktu 2-3 jam, dengan adanya tol cukup hanya 25-30 menit saja. Karena waktu yang terpangkas akan semakin banyak. Dan akan membuka akses baru di daerah-daerah lain, yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian di daerah tersebut,” kata Hasan.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa pembangunan jalan tol dapat memiliki beragam manfaat dan keuntungan, diantaranya menghemat waktu tempuh. "Ini jadi lompatan besar karena menghemat waktu tempuh. Dan efisiensi ini akan memberikan kontribusi pada penurunan biaya logistik dan kompetitifness daya saing yang besar bagi daerah yang dilintasi," ujar Presiden, di Palembang, beberapa waktu lalu.
Kerena itu, Jokowi pun meminta kepada pemerintah daerah untuk menyambungkan ruas jalan tol ini ke sentra ekonomi di daerah yang dilewati maupun daerah terdekat. Hal itu sebagai upaya agar perekonomian di daerah yang berada di sekitar tol bisa lebih hidup dan maksimal. Terutama dalam hal pertanian, perkebunan, pertambangan, hingga pariwisata.
“Jalan tol ini tidak hanya menghubungkan antarwilayah antardaerah, tapi juga untuk membangkitkan perekonomian di Pulau Sumatra, khususnya di Sumsel, serta menghidupkan pertumbuhan ekonomi baru, atau simbol pertumbuhan ekonomi yang baru. Karena itu saya titip kepada Gubernur, Bupati dan Walikota, agar jalan tol ini disambungkan ke sentra ekonomi, baik sentra pertanian, pariwisata, perkebunan dan sebagainya. Berikan akses penghubung kesana, manfaat ekonominya akan lebih maksimal. Ini tugas pemerintah provinsi dan pemerintah daerah,” jelasnya.
Jokowi mengatakan, di sepanjang koridor tol ini memiliki banyak lahan yang bisa dikembangkan sebagai lahan produktif, baik di bidang pertanian, perkebunan, pariwisata maupun pertambangan. Tol ini akan meningkatkan nilai ekonomi dari produk yang dihasilkan.
“Jalan tol ini saya lihat akan menguntungkan karena lokasinya dekat dengan pulau Jawa, lahan masih sangat luas, masih kompetitif harganya. Juga tenaga kerja yang tersedia sangat besar, sehingga aktivitas bisnis bisa dilakukan dengan biaya yang bersaing dengan provinsi yang lain dan bersaing dengan negara yang lain,” kata Jokowi.
Diakui Jokowi, hal ini untuk pemerataan pembangunan dan membuka lapangan pekerjaan di daerah yang sebaik-baiknya sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia meminta kepada pemda baik provinsi maupun kabupaten dan kota, agar lebih agresif untuk menawarkan potensi di daerahnya, meningkatkan daya tarik kepada investor untuk mengembangkan potensi di Sumsel. (OL-13)