Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Puluhan Ton Ikan di Waduk Saguling Mati Keracunan

Depi Gunawan
27/1/2021 22:35
Puluhan Ton Ikan di Waduk Saguling Mati Keracunan
Keramba jaring apung di Waduk Saguling, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.(ANTARA/Raisan Al Farisi)

SEJUMLAH petani ikan keramba jaring apung (KJA) di Waduk Saguling, Bandung Barat, Jawa Barat mengalami kerugian hingga ratusan jutaan rupiah akibat puluhan ton ikan mati mendadak.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat, Unang Husni Thamrin mengakui fenomena matinya ikan di perairan waduk Saguling terjadi sejak sepekan terakhir. "Sejak Selasa sampai Jumat pekan lalu, kematian ikan KJA terjadi di blok Bunder, Perlas dan Gombong. Totalnya sekitar 40 ton ikan mati," kata Unang, Rabu (27/1)

Unang menjelaskan, fenomena kematian puluhan ton ikan ini disebabkan faktor cuaca serta curah hujan yang tinggi memicu arus di perairan. Arus di perairan mengakibatkan bekas pakan ikan yang mengendap dan mengandung zat yang bisa menyebabkan ikan mabuk terangkat ke atas permukaan air.

"Hujan yang turun berhari-hari mengakibatkan arus balik sehingga berdampak pada kualitas air menurun drastis, kandungan oksigen rendah mendekati 0 Ppm dan aroma air waduk berbau belerang (H2S)," ungkapnya.

Melihat kondisi cuaca yang kurang mendukung, Dispernakan menerjunkan petugas untuk sosialisasi dan memberikan peringatan dini serta meminta petani ikan menyetop sementara penebaran benih ikan baru. "Mereka juga diminta mengurangi intensitas pemberian pakan, mempercepat panen ikan dan mengangkat ikan yang telah mati dari perairan waduk," lanjutnya.

Pihaknya memprediksi, kerugian yang dialami para petani ikan mencapai ratusan juta rupiah. Sebelum mengalami kerugian yang lebih besar, sejumlah petani berhasil memanen ikan dan menjualnya.

Sementara itu, para petani ikan yang sudah terbiasa menghadapi kondisi cuaca seperti itu mempercepat masa panen. Sebagian petani ada yang melakukan panen lebih dini untuk menghindari kerugian.

"Hujan yang setiap hari turun ditambah kurangnya sinar matahari membuat ikan mabuk. Tanda-tanda ikan mabuk bisa terlihat dari mulutnya yang terus mengap-mengap dan sering keluar dari permukaan air, kemudian gerakannya pun kurang lincah," ucap seorang petani ikan KJA Waduk Saguling, Asep Sudrajat.

Menurut Asep, walaupun masih hidup, harga ikan dalam kondisi mabuk menjadi anjlok. Dari normalnya Rp24.000-Rp26.000 per kilogram turun menjadi Rp15.000 per kilogram. "Harganya turun dibawah pasaran, tapi daripada enggak terjual akibat mati, ya lebih baik dijual seadanya," lanjut Asep. (OL-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik