19 Pompa Air Diaktifkan untuk Kurangi Dampak Banjir Bengawan Jero

M Yakub
15/1/2021 22:30
19 Pompa Air Diaktifkan untuk Kurangi Dampak Banjir Bengawan Jero
Pemkab mengaktifkan 19 mesin pompa air berkapasitas 5.500 liter perdetik untuk mengurangi dampak genangan banjir Bengawan Jero.(MI/M Yakub.)

Pemkab Lamongan, Jatim, mengaktifkan 19 unit pompa dengan kapasitas 5.500 liter per detik untuk mengurangi genangan banjir di kawasan Bengaean Jero. Pemkab juga telah membuka empat pintu pembuangan di
Wangen dan diharapkan  dapat mempercepat pembuangan air ke laut.

"Sebanyak 19 unit pompa air itu telah diaktifkan mulai kemarin," kata Kabag Infokom dan Protokoler Pemkab Lamongan, Arif Bakhtiar, Jumat (15/1) siang.

Upaya tersebut, terang dia, adalah wujud nyata Pemkab Lamongan yang berusaha serius mengatasi genangan banjir Bengawan Jero. Ke 19 pompa air dengan total kapasitas 5.500 liter per detik itu antara lain terdiri dari 3 unit pompa dengan kapasitas 500 liter per detik dan 2 unit pompa dengan kapasitas 125 liter per detik.

Selain itu juga ada 2 unit pompa kapasitas 1.000 liter per detik dan 8 unit pompa kapasitas 500 liter per detik di  Unit Pelaksana Teknis (UPT) Babat. Termasuk 2 unit pompa kapasitas 250 liter per detik di UPT Kuro dan 2 unit pompa dengan kapasitas 250 liter per detik di UPT Deket.

Menurut dia, dalam 10 tahun terakhir Pemkab Lamongan melalui berbagai mengatasi banjir di wilayahnya. Tak terkecuali genangan banjir tahunan di Bengawan Jero yang bisa berlangsung  beberapa bulan.

Saat ini dengan berbagai upaya pembangunan infrastruktur Bengawan Jero, pengadaan pompa banjir, serta usaha memperlancar pembuangan ke laut.

"Dan sejak beberapa hari lalu juga sudah diturunkan Backhoe Amphibi untuk mempercepat pembersihan eceng gondok.Diharapkan dengan berbagai upaya ini lama genangan banjir dapat dikurangi,'' paparnya.

Saat ini, lanjut Arif, empat pintu di Wangen telah dibuka secara maksimal, sehingga dapat mempercepat pembuangan air ke laut. Sebelumnya, empat pintu ini sempat terkendala masalah teknis sehingga tidak semuanya dapat dibuka.

Arif menambahkan perubahan lingkungan dan tatanan hidrologis di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo, serta penumpukan tanaman eceng gondok juga dapat dijadikan faktor terendamnya beberapa wilayah di Lamongan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga telah memprediksi adanya curah hujan tinggi di Indonesia sebagai akibat dari fenomena La Nina. BMKG sejak bulan Oktober 2020 telah memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2021.(YK/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya