BANJIR lahar dingin Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur menjadi bencana susulan yang paling diwaspadai setelah gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut erupsi.
"Lahar dingin menjadi bahaya susulan yang harus diantisipasi. Banjir lahar dari puncak Gunung Semeru itu tidak bisa diperkirakan," tegas Kepala BPBD Kabupaten Lumajang Agus Triono, Kamis (3/12).
Ia menjelaskan saat ini hujan deras di puncak Gunung Semeru. Petugas BPBD sudah melaporkan aliran air bercampur material vulkanis masuk di Besuk Kobokan, Besuk Sat dan Gladak Perak. Debit air di sungai itu meningkat bercampur lumpur, batu dan material vulkanis.
Dalam kondisi ini, petugas dan warga yang bermukim di Supit Urang, Oro Oro Ombo, Sumberwuluh, Gladak Perak sampai Pasirian diminta siaga. Sebab, banjir lahar dingin merupakan ancaman serius selanjutnya kendati erupsi bisa saja terjadi lagi sewaktu-waktu.
Pantauan terkini, aliran lahar dingin terhenti di Curah Kobokan yang berjarak 11 km dari Gunung Semeru. Hujan intensitas tinggi, lanjutnya, ada sisi positifnya diharapkan mengalirkan endapan material vulkanis sekaligus membersihkan kawasan curah setempat.
Kondisi aktivitas vulkanis Gunung Semeru sudah mereda. Namun, BPBD tetap menyiagakan petugas dan mendirikan tenda pengungsian termasuk menetapkan tanggap darurat bencana selama tujuh hari sejak erupsi.
Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, meletus, Selasa (1/12) dini hari. Gunung tertinggi di Pulau Jawa setinggi 3676 Mdpl itu erupsi ditandai dengan guguran awan panas. Jarak luncur awan panas sekitar 2000 meter kearah Besuk Koboan. Saat ini, ancaman bencana susulan berupa terjangan banjir lahar dingin. (R-1)