Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

Klaster Rumah Penyumbang Tinggi Pandemi

(Ins/Fer/X-11)
03/12/2020 03:50
Klaster Rumah Penyumbang Tinggi Pandemi
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo,(haryanto mega)

KLASTER rumah menjadi salah satu penyumbang tinggi kasus covid-19 di Jawa Tengah.

Ini terkuak dari pertemuan Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulih an Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, kemarin.

Ganjar tidak merinci berapa kasus yang disumbangkan dari klaster rumah tangga. Angka kumulatif kasus penyakit menular di Jawa Tengah itu mencapai lebih 56 ribu kasus. “Bersama dengan berbagai asosiasi, kami buat gerakan masuk ke rumah untuk menyosialisasikan mengenai protokol kesehatan dan pentingnya isolasi terpisah karena tingginya klaster rumah tangga,” jelas Ganjar.

Ganjar mengatakan, pihaknya akan menggenjot upaya-upaya menekan penyebaran covid-19 termasuk menambah fasilitas isolasi terpusat. “Dalam tiga hari ini kami minta untuk gas pol, termasuk isolasi mandiri karena kalau di rumah tidak merasa diisolasi.

Saya minta kepada para bupati mencari hotel untuk isolasi mandiri, kita bayar,” ujarnya.

Mengenai tingginya angka kematian, beberapa direktur RS di Jawa Tengah membeberkan salah satu penyebabnya ialah keterlambatan penanganan pasien. “Pasien masuk ke kami kasusnya sudah sangat berat dan terlambat masuk ICU,” ujar Direktur RS Kariadi Semarang, Agoes OP.

Parahnya kondisi pasien saat masuk RS dan keterbatasan ruang ICU untuk isolasi pasien dituturkan perwakilan dari RSUD Temanggung.

Luhut lalu meminta Pangdam, kapolda, dan gubernur untuk memperhatikan hal yang dibeberkan pihak rumah sakit tersebut.

Pada kesempatan terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan Indonesia memang kembali mengalami kenaikan kasus
pada minggu kedua November.

“Meski demikian, saat ini angka kasus aktif di Indonesia masih di bawah rata-rata dunia dengan selisih sebesar 15,27%,” kata Wiku, Selasa (1/12).

Menurut dia, pemerintah memahami masyarakat sudah jenuh dan lelah. “Namun, bukan berarti kita harus kalah. Tetap jaga semangat untuk terus memutus rantai penularan,” tegasnya. (Ins/Fer/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya