Headline

Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.

Stigmatisasi Membebani Penderita

MI
09/11/2020 02:10
Stigmatisasi Membebani Penderita
Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen(Dok. MI)

SELURUH masyarakat diimbau untuk tidak memberikan penilaian negatif terhadap penderita covid-19. Penyematan label tersebut dikhawatirkan dapat membebani psikologis warga yang sedang berjuang untuk sembuh.

Demikian dikatakan Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen kepada wartawan di Semarang, Sabtu (7/11). Menurut dia, stigma
negatif yang melekat di masyarakat tentang seseorang telah terinfeksi covid-19 justru membuat penderita itu enggan berterus terang.

Hal tersebut, terang dia, terjadi pula di pondok pesantren. Ketika pondok pesantren terbuka ada warganya yang sakit, mereka khawatir pondoknya mendapat stempel negatif. “Saya berharap, kalau ada yang sakit, jangan ditutup. Terbuka saja sehingga kita bisa memilah siapa yang sakit harus dikarantina,” kata pria yang karib disapa Gus Yasin itu.

Ia menambahkan, masa karantina 15 hari bukanlah waktu yang lama. Dengan catatan, santri bersedia menaati ketentuan protokol kesehatan. Selama itu pula akan dilakukan evaluasi oleh tim kesehatan daerah.

“Pondok diliburkan sementara dan yang sakit nggak usah dipulangkan, dievaluasi selama 15 hari. Kalau sudah tidak ada penularan lagi, silakan aktivitas lagi, tapi tetap jaga protokol kesehatan,” kata dia.

Selain menjaga jarak, warga pondok juga harus memakai masker dan rajin mencuci tangan dengan sabun. Penting pula mengetatkan akses keluar-masuk terhadap warga sekitar ke area pondok. Tujuannya bukan untuk melarang, tapi menjaga agar santri terutama para kiai tidak tertular. “Karena selama delapan bulan pandemi melanda Indonesia, sudah sekitar 100 kiai meninggal karena terinfeksi covid-19,” ujarnya.

Sementara itu, jumlah daerah dalam status zona kuning covid-19 di Jawa Timur dilaporkan mulai berkurang. Dari awalnya 19 daerah zona kuning, kini berkurang menjadi hanya 13 daerah. Meski begitu, masih ada 6 daerah yang kembali berwarna oranye dalam peta risiko satgas covid-19 pusat atau tergolong dalam risiko sedang penularan korona.

“Dengan menurunnya jumlah daerah di Jatim yang berstatus zona kuning, semua pihak belum saatnya menganggap covid-19 ini segera
selesai,” kata epidemiolog dari Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, kemarin.

Bahkan, imbuhnya, perbandingan masyarakat yang terjangkit covid-19 dengan total penduduk di Jatim juga belum menunjukkan  kemungkinan munculnya herd immunity (kekebalan kelompok). (HT/FL/J-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya