Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
SATUAN Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat akan mengkaji kembali pembelajar tatap muka yang sudah dilaksanakan sejumlah lembaga pendidikan keagamaan sejak pertengahan tahun ini. Kebijakan itu menyusul ditemukannya klaster baru covid-19 di Pesantren Unggul Al Bayan, Kecamatan Cibadak.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Rika Mutiara, mengatakan kasus ditemukannya ratusan santri Pesantren Unggul Al Bayan yang terkonfirmasi positif covid-19 harus menjadi contoh bahwa pembelajaran tatap muka masih cukup berisiko di masa pandemi covid-19. Karena itu, perlu ada pembahasan lebih lanjut menyangkut keberlangsungan pembelajaran tatap muka.
"Perlu ada pembahasan lebih intensif mengenai penanganan di Pesantren Al Bayan dan juga pesantren-pesantren lain karena memang sudah ada yang melaksanakan (pembelajaran) tatap muka sejak pertengahan tahun," terang Rika, Minggu (8/11).
Sejatinya, kata Rika, pada kondisi pagebluk covid-19 saat ini, pembelajaran secara daring tentu dirasa akan cukup aman dari potensi penularan virus korona. Rika menuturkan sejak dibukanya pembelajaran tatap muka, memang belum ada laporan terjadinya penularan di lingkungan pendidikan keagamaan.
"Memang sudah ada beberapa pesantren yang sudah tatap muka sejak pertengahan tahun ini. Baru kali inilah ada yang positif," tuturnya.
Rika mengaku, Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi telah melakukan upaya 3T yakni pemeriksaan (testing) serta enelurusan dan pelacakan (tracking dan tracing) di pesantren bersangkutan. Pun bagi santri lain yang dinyatakan negatif wajib mengikuti tes usap kali kedua.
"Kami juga di Satgas tentu akan melakukan tes usap bagi para guru di lingkungan pesantren," kata Rika.
Informasi terakhir hingga Sabtu (7/11) malam, jumlah santri di Pesantren Unggul Al Bayan yang terkonfirmasi positif covid-19 mencapai 282 orang. Saat ini tinggal menunggu hasil pemeriksaan sampel tes usap dari 3 orang santri yang belum kelar.
"Jumlah seluruh santri yang menjalani tes usap sebanyak 334 orang. Sebanyak 282 orang terkonfirmasi positif, 59 orang negatif, dan 3 orang belum keluar hasilnya," jelas Rika.
Saat ini mereka yang positif menjalani isolasi mandiri di lingkungan pesantren. Pun bagi yang dinyatakan negatif, mereka harus menjalani
karantina.
"Kalaupun ada yang harus dirawat rumah sakit, kami sudah menyiapkan ruangan di RSUD Sekarwangi Cibadak dan RS Hermina. Ada 25 tempat tidur yang disiapkan di dua rumah sakit," pungkasnya.\
baca juga: Usai Libur Panjang , Pasien Positif di Kalteng Meningkat
Pjs Bupati Sukabumi, Raden Gani Muhamad, memerintahkan Satgas Penanganan Covid-19 dan Dinas Kesehatan mengambil langkah-langkah konkret terhadap kasus klaster baru di Pesantren Unggul Al Bayan. Pad Sabtu (7/11), Gani memimpin langsung rapat koordinasi penanganannya di Pendopo Sukabumi.
"Diperlukan langkah cepat agar penyebarannya tidak meluas," kata Gani.
Satu di antara langkah antisipatif, kata Gani, Pemkab Sukabumi menginstruksikan agar segala aktivitas di lingkungan pesantren dihentikan
sementara waktu. Selain itu, segera dibangun posko di sekitar lingkungan pesantren dengan melibatkan tenaga kesehatan, TNI, Polri, serta satgas tingkat kecamatan.
"Posko ini untuk memantau perkembangan di lapangan selama upaya pemulihan dan dekontaminasi," tegasnya.
Pemkab Sukabumi pun segera berkoordinasi dengan Kementerian Agama yang membawahi lingkungan pendidikan keagamaan. Koordinasi itu untuk mengantisipasi kejadian serupa di sejumlah pesantren lain yang melaksanakan belajar tatap muka. (OL-3)
PEMERINTAH Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, masih menunggu instruksi Pemerintah Pusat untuk melakukan penanganan Covid-19.
Presiden Joko Widodo akan membubarkan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 setelah pemerintah resmi mencabut status kedaruratan pandemi di Indonesia.
Jika memungkinkan, kapan pun berada di ruang publik atau di gedung, pastikan ventilasi alami dengan membuka jendela.
Langkah ini untuk mengoptimalkan kebijakan berlapis dengan pendekatan digital demi pengendalian covid-19, termasuk antisipasi masuknya virus varian baru ke Indonesia.
PROGRAM vaksinasi Covid-19 terus berlanjut di Sumatra Selatan, difokuskan untuk kalangan pelajar.
PELAKSANAAN protokol kesehatan (prokes) Covid-19 harus menjadi kewajiban dalam keseharian masyarakat, untuk menghadapi potensi sebaran varian baru virus korona di tanah air.
Meskipun survei serologi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan antibodi pada penerima booster pertama, hal itu tidak serta merta mengabaikan booster kedua
Vaksin booster kedua sangat penting untuk meningkatkan imunitas masyarakat yang pada booster pertama memiliki jarak yang jauh.
Terbitnya vaksin dengan platform mRNA tersebut menambah pilihan vaksinasi primer untuk anak dengan rentang usia 6 bulan sampai kurang dari 12 tahun, selain vaksin Sinovac/Coronava
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved