Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Tetap Bertahan Berkat Stimulus Bantuan

Lilik Darmawan/J-2
04/11/2020 03:45
Tetap Bertahan Berkat Stimulus Bantuan
Bupati Banyumas Achmad Husein (tengah) mencoba baju hazmat di salah satu usaha konveksi di Desa Tlaga, Kecamatan Gumelar, Banyumas.(MI/LILIEK DARMAWAN )

ZAKI Zakaria, 26, menatap penuh semangat saat melihat beberapa karyawannya terus bekerja membuat kaos pesanan pelanggan. Pemilik usaha konveksi Kecean Clothing di Banyumas, Jawa Tengah, itu optimistis bisnisnya tetap bertahan selama pandemi covid-19.

Ia mengakui wabah korona sempat membuat usaha yang dijalaninya terpuruk. Bahkan, omzet sebelum pademi yang mencapai Rp100 juta-Rp120 juta per bulan kini terjun bebas. Beruntung pemerintah memberikan banyak stimulan sehingga membuat pelaku usaha bisa sedikit bernapas.

"Sekarang paling maksimal hanya Rp40 juta hingga Rp50 juta. Anjloknya lebih dari 50%. Kenyataan seperti itu memang membutuhkan kreativitas agar tetap survive. Alhamdulillah, ternyata pemerintah memberikan stimulan yang membuat kami bisa bertahan," ungkap Zaki, Senin (2/11).

Menurut dia, pemberian stimulus tersebut bak angin segar. Zaki pun merespons dan langsung memanfaatkan salah satu bantuan, yaitu kredit mikro tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp10 juta. Pengembalian pinjamannya pun ditoleransi, tidak di bulan berikutnya, melainkan tiga bulan setelah dana diterima.

"Ini jelas sangat membantu kami sebagai pelaku usaha kecil. Di sisi lain, khususnya usaha konveksi, termasuk saya, mendapat pesanan masker dari Pemprov Jateng bisa menambah pemasukan," kata dia.

Kondisi serupa juga dirasakan Euis Rohaini, pemilik usaha Batik Rajasa Mas di Maos, Cilacap. Ia mengatakan rancangan bisnis yang telah dibuat awal tahun menjadi ambyar. Sebab, begitu muncul kasus covid-19 pada Maret lalu, usahanya sempat mengalami stagnasi.

"Bayangkan saja, pesanan seragam batik tidak ada. Tamu-tamu yang biasa datang ke sini juga tak ada lagi. Omzet mengalami penurunan sangat drastis. Padahal, untuk satu semester saja kami bisa melayani seragam batik dengan nilai Rp500 juta," tukas Euis.

Dalam kondisi serbasulit, Euis mengaku terbantu dengan adanya restrukturisasi perbankan. Dia pun mengikuti program relaksasi kredit sehingga sejak Maret lalu dirinya dapat menunda angsuran.

"Kami bisa bernapas panjang kembali. Dengan adanya relaksasi kredit, bebannya lebih ringan. Kami juga melakukan diversifikasi produk dengan membuat masker. Beberapa waktu lalu, kami terbantu karena Dinas Kesehatan Jateng pesan masker dengan jumlah 200 ribu," tandasnya. (Lilik Darmawan/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya