Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Kampung Adat Kawa Bisa Dukung Wisata Premium Labuan Bajo

Ignas Kunda
23/10/2020 08:05
Kampung Adat Kawa Bisa Dukung Wisata Premium Labuan Bajo
Keindahan Kampung Kawa di Kabupaten Nagekeo, NTT(MI/Ignas Kunda)

TIM Overland Wonderful Flores dari Direktorat Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menjajagi potensi pariwisata di Kabupaten Nagekeo, NTT dengan mengunjungi Kampung Kawa, yang dikelilingi savana dan masih terjaga ritual adat di wilayah itu, Kamis (22/10).

Ketua Tim Overland Wonderful Flores dari Direktorat Wisata Alam Budaya Dan Wisata Buatan, Ismayanti bersama terpesona dengan keunikan Kampung Kawa yang masih sangat  tradisonil dan terjaga keasliannya. Kampung Kawa masuk dalam daya tarik pola perjalanan dan bisa mendukung pariwisata premium di Labuan Bajo. Ia memaparkan segala masukan dan penuturan terkait kawasan Kampung Adat Kawa akan menjadi bahan bagi tim untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya kedepan.  Termasuk kalender budaya, adat istiadat, keadaan alam, cuaca dan iklim serta kehidupan masyarakat di Kampung Kawa. 

"Flores bukan hanya Labuan Bajo sebenarnya. Daerah lain seperti Kampung Kawa ini bisa mendukung wisata premium di Labuan Bajo, karena itu kami butuh penuturan dan masukan dari warga kampung soal kelender budayanya, kebiasaan, ritual dan bentang alamnya," kata Ismayati.

Ina Djamhur anggota tim Overland memuji kekayaan dan keindahan alam Flores mulai dari adat, budaya, masyrakat serta tenunnya. Ia mendukung pola perjalanan di Kampung Kawa bisa diangkat dan diperkenalkan pada wisatawan manca negara dan domestik.

"Flores sangat aksotik. Besar potensinya. Ketika kami survey dari Labuan Baj sampai Larantuka selalu dikejutkan. Flores kaya dengan kampung adatnya, budaya masyrakatnya, tenun, dan kekayaan alam. Dan saya tidak pernah habis untuk terheran-heran. Pola perjalanan ini bisa diangkat nantinya. Kita akan bawa untuk diperkenalkan kepada wisatana manca negara," kata Ina Djamhur.

Menanggapi hal itu Sekretaris Dinas Pariwisata Nagekeo, Olivia Monika Mogi mengatakan bahwa Kampung Kawa perlu pengembangan dan paket wisata serta perbaikan infrastruktur dari pusat mendukung pariwisata premium Labuan Bajo. Ia berharap tim yang datang ini bisa mendapat masukan yang lengkap dari masyrakat sehingga bisa menjadi masukan ke pusat. 

"Agar menjadi pola perjalanan atau paket wisata kita berharap warga di sini bisa memberi segala masukan baik cerita budaya aktivitas mereka sendiri," terang Olivia.

Ada 12 rumah adat yang masih berdiri di kampung ini. Bagi Orang Kawa, rumah adat yang dibangun bukan hanya bangunan kosong, benda mati namun memiliki jiwa dan roh selayaknya anak manusia yang dibangun secara hati-hati dan gotong royong. Tetua adat Kampung Kawa, Don Bosco Doko menuturkan setiap rumah dibangn harus mendapat restu dari nenek moyang. Untuk membangun rumah adat, harus memakai upacara adat kurban babi.

Setiap rumah yang dibangun dikerjakan secara gotong royong oleh seluruh laki-laki penghuni kampung. Kesemrawutan, ketidak teraturan dalam membangun penanda melapetaka dan kesialan bagi penguhuni rumah. Karena itu dalam membangun rumah orang Kawa percaya akan kedamaian tanpa percecokan sehingga perlu kedamaian dan sukacita hati dalam membangun rumah selayaknya membangun surga di bumi.

"Harus dengan damai tidak ada baku marah antar kita dalam bangun rumah," katanya. 

baca juga: REI NTB Soroti Tata Ruang Kota Mataram

Dalam catatan Don, selama setahun ada 12 ritual adat yang dilakukan oleh orang Kawa. Permulaan tahun adat budaya mulai September dengan upacara adat sewe li'e uta atau tanam pangan di salah satu suku di kampung tersebut. Pola ritual mengikuti tanaman yang ditanam oleh warga seperti jagung dan kacang-kacangan dengan filosofinya tersendiri. Selain itu ada ritual tolak bala gua ru serta atraksi tinju adat Etu dan berburu adat tanpa harus membakar sebagai penutup kalender adat.

"Kalau kami awal tahun itu bukan Januari tapi September sekitar tanggal 12. Karena setiap bulan selalu ada acara adat. Ada acara gua ru seperti tolak bala atau hama lalu ada acara goreng jagung, makan kacang dan penutupnya ada tinju adat Etu dan berburu atau dai. Kalo berburu kami tidak bakar-bakar sesuai aturan leluhur," pungkasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik