Tak Cuma Berita, Jurnalis Bisa Dorong Orang Bergerak Positif

Lilik Darmawan
18/10/2020 17:05
Tak Cuma Berita, Jurnalis Bisa Dorong Orang Bergerak Positif
Jurnalis(Ilustrasi )

PEKERJAAN sebagai wartawan sesungguhnya tidak sekadar memberikan informasi, tetapi dapat mendorong masyarakat untuk bergerak secara positif. Jadi, jangan pernah meremehkan pekerjaan sebagai jurnalis, sebaliknya profesi wartawan harus terus diperjuangan.

Demikian disampaikan wartawan senior Media Group Andy F Noya dalam acara Bincang Jurnalistik yang digelar Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng) pada Sabtu (17/10).

‘’Dengan pekerjaan jurnalis, dapat mendorong masyarakat untuk bergerak dalam berbuat baik. Jadi sesungguhnya, seorang wartawan tak hanya memberikan informasi, melainkan juga dapat memberikan inspirasibagi masyarakat dalam berbuat baik,’’jelas Andy.

Andy kemudian menceritakan berbagai pengalaman yang dia lakukan selama ini. Misalnya saja, ada kisah Buyung dari Padang, Sumatera Barat. Kemudian ada juga Sugeng Siswoyudono yang memberikan pengaruh positif bagi masyarakat untuk berbuat baik.

‘’Karena itulah, kemudian muncul berbagai gerakan kaki palsu, gerakan buku, gerakan sepatu anak Indonesia, dan lainnya. Sebagai wartawan, aku tidak punya uang, tetapi aku punya akses. Bagiku ngamen untuk mereka yang miskin tidak pernah malu,’’katanya.

Tetapi dalam perkembangannya, perjalanan pers saat sekarang makin membingungkan. Satu sisi, pers yang harus tetap memegang teguh kode etik jurnalistik dihadapkan kenyataan di mana media perlu juga hidup dengan iklan.

Baca juga : Destinasi Bahorok, Surga Alam yang Memikat Wisman

‘’Apalagi, perkembangan industri digital yang memudahkan orang dapat membuat informasi apapun. Lalu, posisi jurnalis di mana, media di mana? Di sinilah tantangan media mainstream, di mana kemudian muncul berita-berita hoaks. Bahkan, kita semakin tidak tahu lagi mana yang benar dan tidak benar,’’ungkapnya.

Dengan kondisi seperti ini, media mainstream memiliki musuh bersama yakni berita yang tidak benar atau hoaks.

‘’Kalau dulu, persaingannya adalah antarwartawan dan antarmedia, tetapi saat sekarang media memiliki musuh bersama yakni berita hoaks, termasuk para buzzer yang penyebar hoaks,’’tegasnya.

Tantangan lainnya adalah anak-anak muda yang kini mulai meninggalkan media, terutama media cetak dan bahkan televisi. Inilah dampak perkembangan teknologi yang sedemikian dahsyat.

Sementara di tempat yang sama, Kepala Perwakilan BI Purwokerto Samsun Hadi mengatakan bahwa media memang memiliki tantangan yang berat termasuk ke depannya, terutama media cetak.

‘’Ada koran yang dulu bisa sampai 50 halaman, kini hanya 16 halaman. Selain itu, dengan adanya

perkembangan teknologi yang demikian pesat, maka wartawan juga memiliki tantangan berat,’’ujarnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya