Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Kemitraan Pertamina, Bantu Usaha Mikro dan Kecil Ditengah Pandemi

Dwi Apriani
17/9/2020 20:20
Kemitraan Pertamina, Bantu Usaha Mikro dan Kecil Ditengah Pandemi
Wibowo Supriyadi, owner UKM Mulia Lele di Palembang.(MI/Dwi Apriani)

TERTATIH, itulah yang dirasakan usaha kecil dan mikro (UKM) ditengah pandemi virus korona baru (Covid-19). Tidak sedikit, usaha mikro dan kecil yang gulung tikar. Karenanya tidak hanya dituntut untuk bisa bertahan di saat pandemi Covid-19 melanda Tanah Air, namun juga harus bisa lebih berinovasi dalam mengembangkan usaha dan bisnis yang digeluti.

Inovasi pemikiran terhadap orientasi bisnis menjadi hal penting, dan tak kalah pentingnya tentu mengenai kucuran modal. Banyak pengusaha atau pengrajin yang terjebak harus berurusan dengan rentenir ataupun pinjaman bank yang bunganya cukup tinggi.

Inilah yang membuat para pelaku usaha mikro dan kecil, maju mundur dalam mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Sebagai upaya membantu para pelaku usaha yang terseok-seok dalam mengembangkan rintisan usahanya,Pertamina menggencarkan program kemitraan dan program bina lingkungan BUMN.

Wibowo Supriyadi (47 tahun), owner UKM Mulia Lele di Palembang, mengaku, pandemi sangat berdampak terhadap usaha budidaya lele miliknya yang sudah berjalan selama 23 tahun ini. Bukan hanya kesulitan dalam pemasaran, namunmemang sejak pandemi terjadi, pelanggan sudah banyak yang berlari.

‘’Pandemi ini sangat kami rasakan. Sejak 23 tahun lalu, baru di masa pandemic ini kami benar-benar jatuh. Pelanggan selama ini, sudah tidak lagi mengambil ikan lele dari produksi kami. Kami benar-benar terpuruk,’’ jelas Wibowo.

Dijelaskan Wibowo, biasanya perhari pihaknya bisa menjual ikan lele diatas 40 kilogram. Namun sejak pandemi pendapatan pun sangat merosot, hanya bisa menjual dibawah 15 kilogram perharinya.

Baca juga : Ketua Dewan Komisaris OJK : Ekosistem Syariah Harus Teritegrasi

Diketahui Wibowo memiliki beberapa kolam produksi lele dibelakang rumahnya. Dimasing-masing kolam, sudah terbagi dengan waring atau jaring pembatasikan lele yang jumlahnya ada puluhan waring.

Meski menjadi kebutuhan pangan, namun nyatanya, selama pandemi cukup banyak lele yang tidak terjual. Bahkan harga jual pun jatuh.

Efeknya, pendapatannya pun terseok-seok untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan 3 orang karyawannya. Suami Dewi Handayani itupun mengaku, adanya kucuran dari berbagai pihak baik berupa bantuan benih, bantuan pangan ternak lele, hingga modal usaha menjadi berkah tersendiri baginya.

Apalagi setelah Pertamina menggandengnya sebagai mitra, cukup membantu Wibowo mengembangkan usahanya. Pertamina mendukung usahanya melalui pemberian benih ikan, dan modal usaha melalui program kemitraan dan binalingkungan.

‘’Yang paling membantu kami itu adalah pinjaman modal dari Pertamina. Banyak keuntungan yang kami dapat. Alhamdulillah, imbasnya usaha kami tetap berjalan dan bertahan ditengah pandemi ini,’’ ujar dia.

Dijelaskan Wibowo, dirinya mengajukan pinjaman sebesar Rp100 juta untuk 3 tahun, meski sebenarnya ia ditawari untuk mengambil kredit dengan plafon Rp200 juta. Kelebihannya, kata dia, mengajukan pinjaman dengan Pertaminaini tidak ribet seperti dirinya meminjam di bank umum lainnya.

‘Prosesnya pun cepat, kami pinjam Rp100 juta tanpa syarat yang ribet. Sebelumnya kami pernah pinjam di bank umum, tapi bunga nya cukup besar meski KUR. Bukan hanya itu, prosesnya pun panjang dan syarat yang disertakan cukup berbelit,’’ jelasnya.

Baca juga : Penjualan Mobil Tetap Naik Saat Pandemi

Melalui program kemitraan itu juga, cicilan yang harus dibayar tiap bulannya tidak begitu besar. Lantaran bunganya hanya sekitar 3 persen menurun dari saldo pinjaman awal tahun. ‘’Dengan pinjaman dari Pertamina ini, kami merasa tidak tercekik,’’ jelasnya.

Bukan hanya itu, dengan jalinan kemitraan itu, Wibowo pun mendapat pelatihan-pelatihan terkait budidaya ikan miliknya. Pelatihannya pun tidakberbiaya, dan memberikannya ilmu dalam mengembangkan usahanya.

‘’Pembekalan ilmu dari pelatihan yang diberikan oleh Pertamina ini sangat bermanfaat bagi kami. Karena memang budi daya ikan lele ini susah-susah gampang, dan memiliki resiko besar jika gagal panen ikan,’’ jelasnya.

Pinjaman modal yang diberikan Pertamina pun dimanfaatkan oleh Wibowo untuk membangun usaha baru yakni usaha kuliner pecel lele. Selama ini tidak terpikir olehnya untuk membuka usaha kuliner sendiri.

‘’Bantuan modal dari Pertamina, kami putar untuk membuka usaha kuliner di pinggir jalan. Setidaknya usaha ini membantu pemasukan untuk kami meski pandemi masih terjadi hingga saat ini,’’ terang ayah dari 2 anak itu.

Sementara itu, Derici Wasikem (57 tahun), pemilik UKM Kerajinan Rici Handbags di Musi Rawas, mengaku, pandemi Covid-19 juga membuat usahanya mengalami penurunan omset yang sangat tajam. Hal itu lantaran usaha kerajinan tas anyam bambu miliknya kesulitan dalam pemasaran.

‘’Biasanya kita banyak pemasukan dan produksi melimpah, jika kita mengikuti pameran-pameran kerajinan di luar Sumsel. Tapi pandemi ini membuat kita sulit untuk mencari pangsa pasar baru,’’ jelasnya.

Itu pula yang membuatnya harus memaksimalkan usaha melalui media sosial. Namun tidak berdampak besar.

‘’Kerajinan tas kita ini biasanya kita kirim juga ke luar negeri, tapi sebelumnya tentu kita ikut pameran dulu. Sekarang sulitnya akses keluar kota pun berdampak pada omset kita yang turun. Biasanya rata-rata omset kami sekitar Rp20-25 juta per bulan,’’ jelasnya.

Usaha UKM yang terletak di Kecamatan Purwodadi, Musi Rawas itu menjual berbagai macam tas anyaman dari bambu. Mulai dompet, hingga tas wanita. Bahkan selama Covid-19, pihaknya pun mulai mengolah anyaman bambu menjadi peralatan dapur, seperti keranjang makanan, piring dari anyaman bambu dan sebagainya.

‘’Pangsa pasar kita setidaknya saat ini hanya di area Sumsel dan sejumlahkota besar di Indonesia. Itupun untuk penjualan ecer bukan grosir, beda dengan sebelum pandemi, biasanya banyak yang pesan secara partai besar,’’ jelasnya.

Kondisi ini pula yang membuatnya harus bisa mendapatkan modal tambahan. Dengan adanya program kemitraan dari Pertamina membuatnya dapat bernafas lega. Ia pun mengajukan pinjaman kredit sebesar Rp150 juta untuk dapat mengembangkan usaha miliknya.

‘’Kita kan butuh modal untuk bahan baku, dan membayar para ibu rumah tangga yang membantu dalam produksi produk anyaman kita. Karena itu, kami pun sepakat mengambil pinjaman di Pertamina yang memang lebih ringan jika dibanding bank,’’ jelasnya.

Peraih Local Hero Pertamina 2020 ini pun bukan hanya mendapat modal pinjaman, melainkan juga pelatihan dan fasilitas pameran. Dengan pinjaman modal itu, ujar Derici, dimanfaatkannya untuk pembelian mesin, alat kerja,dan lainnya.

‘’Dari pinjaman yang kami dapat, sebagian sudah terpakai. Kami bersyukur dengan pinjaman dari program kemitraan ini bisa didapat dengan proses yang cepat dan tidak ada potongan. Ini jelas beda jika kami pinjam di bank,’’ jelas Derici.

Baca juga : BKPM: Fokus Kelola UMKM, Ekonomi RI Bisa Tumbuh 4%

Sementara itu, Region Manager, Communication, Relation, and CSR Sumbagsel Dewi Sri Utami mengatakan, program kemitraan dan program bina lingkungan BUMN di wilayah Sumbagsel cukup berjalan lancar. Sebab pihaknya kian gencar mensosialisasikan kepada para pelaku usaha untuk bergabung dengan program kemitraan tersebut.

‘’Kami selalu melakukan berbagai upaya untuk membantu mitra binaannya kembali bangkit selama pandemi. Dan memang kami secara aktif memberikan pembinaan kepada mitra untuk melakukan inovasi dalam perubahan bisnis agar tetap berjalan selama masa pandemi ini,’’ kata Dewi.

Pertamina berharap dengan adanya program kemitraan dan program bina lingkungan BUMN ini dapat menjadi penggerak roda perekonomian masyarakat dimasa adaptasi kebiasaan baru, dengan tujuan akhir menjadi pengusaha mandiri.

‘’Untuk di wilayah Sumsel, sudah cukup banyak yang bantuan kemitraan yang dikucurkan. Ada sekitar Rp770 juta hingga Agustus 2020 ini. Sementara untuk di wilayah Sumbagsel, kita sudah kucurkan sekitar Rp19,9 miliar,’’ jelas Dewi.

Dijelaskan Dewi, dalam program tersebut, para pelaku UKM tentunya akan mendapat banyak kemudahan dan manfaat. Namun tentunya ada berbagai criteria calon mitra binaan yang harus dipenuhi, diantaranya berdiri sendiri, perseorangan/badan usaha, aset bersih maksimal Rp500 juta, omset maksimal Rp2,5 miliar, WNI, memiliki potensi atau prospek yang bisa dikembangkan, kegiatan usaha minimal 6 bulan dan non bankable.

‘’Menariknya, dengan program ini, para pelaku usaha bisa mendapatkan pinjaman hingga Rp200 juta. Jasa administrasi pinjaman ditetapkan satu kali pada saat pemberian pinjaman yakni sebesar 3 persen per tahun menurun dari saldo pinjaman awal tahun,’’ jelasnya.

Dalam program ini, Pertamina memberikan pinjaman untuk berbagai usaha diantaranya peternakan, perikanan, industri, perdagangan, jasa, perkebunan dan pertanian. Langkah yang dilakukan Pertamina ini sebagai bentuk upayauntuk memberikan pelayanan kepada seluruh negeri dengan sepenuh hati. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik