Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Memberdayakan Peternak Milenial di Astomulyo

Eva Pardiana
05/9/2020 00:15
Memberdayakan Peternak Milenial di Astomulyo
Generasi milenial belajar berternak sapi untuk mengubah ekonomi desa dan masa depan mereka.(MI/Eva Pardiana)

DESA Astomulyo, Punggur, Lampung Tengah, menyisakan masalah ekonomi yang terjadi secara turun-temurun. Sebagian besar penduduk di daerah ini bermatapencaharian sebagai petani dan peternak. Namun, kemampuan mereka dalam memanajemen usaha sangatlah minim, sehingga penghasilan mereka pun hanya cukup untuk kebutuhan hidup.

Sarjono, warga Astomulyo, yang sejak tahun 2003 terjun di dunia peternakan sapi lewat Kelompok Limousin terus mempelajari usaha yang menjadi andalannya itu, khususnya mengenai tata cara manajemen bisnis. Fasilitas dari PT Great Giant Livestock (GGL) yang saat itu menjadi mitra dia pelajari secara optimal.

Lambat laun, berkat pendampingan dan penyuluhan dari perusahan yang merupakan unit bisnis Great Giant Food (GGF) itu, produktivitas ternak Sarjono menunjukkan peningkatan.

"Sejak awal berdiri, kelompok ini hanya punya 16 orang. Sekarang, warga yang sudah bergabung mencapai 85 orang," kata Ketua Kelompok Sapi Limousin Astomulyo itu, kemarin.

Lewat arahan PT GGL, Sarjono memang diajak untuk memberdayakan masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam usaha bisnisnya. Namun, dalam prosesnya, Sarjono mengakui kendala yang paling sulit dihadapi selama menjalankan
program itu adalah merangkul masyarakat untuk mengubah pola pikirnya.

"Kebanyakan masyarakat di sini adalah petani tua konvensional yang sulit berubah dari kebiasaan mereka beternak selama ini," katanya.

Maka itu, sasaran Sarjono tertuju kepada para pemuda di kampungnya. Terlebih, di sisi lain, banyak pemuda di kampungnya yang masih berstatus pengangguran.

"Anak muda di sini kalau tidak petani, biasanya kerja ke luar negeri jadi TKI. Waktu pulang ke kampung, duitnya habis begitu saja, karena tidak terkelola dengan baik," ucapnya.

Lantaran itu, Sarjono berupaya menggandeng peternak milenial yang cara berpikirnya lebih terbuka untuk menerima perubahan. "Alhamdulillah, total sudah ada 30-an pemuda milenial yang bergabung. Sisanya adalah peternak
usia produktif," kata dia.

Eko Purwanto, anggota kelompok peternak milenial yang mengikuti jejak Sarjono, mengaku tertarik bergabung dengan Kelompok Limousin setelah melihat pencapaian yang telah diraih Sarjono.

Selain itu, hal yang paling Eko rasakan manfaatnya, selain mendapatkan bantuan secara materi, PT GGL juga banyak memberikan penyuluhan dan pelatihan yang membuat kemampuan dan performanya sebagai peternak terus meningkat.

"Kami dibekali kemampuan personal branding, leadership, berkomunikasi, membangun reputasi, penyuluhan manajemen pakan, pelatihan kesehatan hewan, mengubah mindset, administrasi usaha, manajemen keuangan, sampai diberikan motivasi agar performa kami terus meningkat," kata Eko, didampingi Sarjono.

Dengan segala bekal dan modal dari PT GGL tersebut, Kelompok Astomulyo Punggur, Lampung Tengah, khususnya peternak milenial, berharap pola kemitraan ini berlanjut dengan strategi yang terus diperbaharui sehingga dapat mampu makin meningkatkan kemampuan petani untuk menjadi peternak yang mandiri dan berkelanjutan.

Junior Manager Sustainability GGF Gilang M Nugraha memaparkan apa yang dicapai Kelompok Sapi Liomusin Astomulyo sejalan dengan tujuan program kemitraan creating shared value (CSV) yang dilaksanakan Great Giant Food (GGF) selaku induk usaha PT GGL.

Konsep kemitraan CSV menyinergikan antara aset dan kapabilitas yang dimiliki GGF dengan kebutuhan sosial setiap mitra dan peluang bisnis yang ada.

Komitmen GGF memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat tidak hanya sebatas memberikan bantuan, tetapi lebih menekankan pada program pemberdayaan masyarakat yang komprehensif dan
berkelanjutan. GGF percaya bahwa bisnis akan tumbuh beriringan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.

"Penerapan CSR  GGF bukan seperti model filantropi yang hanya memberikan donasi tanpa mengukur manfaat yang diberikan ke masyarakat. GGF ingin membangun masyarakat yang mandiri dengan pola kemitraan dan pengembangan bisnis perusahaan bersama masyarakat," ujarnya.

Gilang melanjutkan ada tiga pilar komitmen GGF, yakni memberikan produk yang sehat bagi masyarakat (Great Life), bertanggung jawab menjamin kesejahteraan karyawan dan masyarakat sekitar (Great People), bertanggung
jawab terhadap lingkungan (Great World).

"Perusahaan terus menjalin kerja sama dengan mitra sebagai untuk mewujudkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat," tandasnya. (OL-13)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya