Headline

Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.

Pekanbaru Darurat Demam Berdarah

Rudi Kurniawansyah
11/2/2015 00:00
Pekanbaru Darurat Demam Berdarah
(ANTARA/Saptono)
Dinas Kesehatan Pekanbaru memberlakukan kondisi kejadian luar biasa (KLB) penyakit demam berdarah dengue (DBD) menyusul kian banyaknya jumlah penderita penyakit yang disebabkan nyamuk Aedes aegypti tersebut.

"Penetapan status KLB demam berdarah tinggal menunggu tanda tangan surat keputusan (SK) dari Wali Kota Pekanbaru," kata Kepala Dinas Kesehatan Pekanbaru Helda S Munir, kemarin.

Ia menyebutkan dari data sementara hingga kini tercatat sedikitnya 160 penderita DBD di Pekanbaru. Dari jumlah itu, sebanyak tiga penderita menjadi korban meninggal. Korban meninggal berasal dari tiga daerah endemis DBD, yaitu Tenayan Raya, Tampan, dan Umban Sari Rumbai.

"Sepanjang Februari sudah ada tiga korban anak-anak yang meninggal akibat demam berdarah. Angka kematian itu cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tidak ditemukan korban meninggal," ungkapnya.

Penetapan DBD, lanjutnya, dipandang perlu sebab penyakit DBD telah menelan korban jiwa sehingga dianggap bisa menimbulkan keresahan pada masyarakat.

Kondisi cuaca ekstrem yang tidak menentu melanda wilayah Riau dan Pekanbaru khususnya sejak awal tahun diperkirakan dapat memperburuk dampak penyebaran penyakit DBD yang disebabkan perkembangan nyamuk Aedes aegypti.

Helda menambahkan, pihaknya saat ini berupaya untuk menggenjot sosialisasi bahaya DBD dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan juru pemantau jentik (jumantik) pada 12 kecamatan dan 58 kelurahan di seluruh wilayah Pekanbaru. Langkah itu diharapkan dapat mengantisipasi dampak terburuk berkembangnya kasus DBD.

Di Yogyakarta, selama Februari yang belum genap setengah bulan ini kasus DBD sudah mencapai 82 buah. Angka itu jauh lebih tinggi daripada pada Januari yang hanya sekitar 40 kasus. Meski terjadi lonjakan, Kota Yogyakarta belum akan menetapkan status KLB.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dr Fita Yulia Keswara menjelaskan kondisi KLB harus mempertimbangkan banyak faktor. "Nanti orang justru akan takut berkunjung ke Yogyakarta karena mengira banyak nyamuk. Padahal, kondisi sekarang ini merata hampir di semua daerah," ujarnya, kemarin.

Di Sulawesi Utara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulut, dr Grace Punuh, melalui Kabid Promkes, dr Inggrit Giro, mengatakan berdasarkan data selain lima orang pasien meninggal akibat kasus demam berdarah di Kota Manado, penyakit ini juga telah merambah di Kabupaten Minahasa Utara, Sitaro, dan Kota Bitung, masing-masing satu pasien.

Bermutasi
Di sisi lain, nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor virus dengue penyebab DBD di Kebumen, Jawa Tengah, telah bermutasi. Dinas kesehatan (dinkes) setempat lebih memilih untuk mengintensifkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) jika dibandingkan dengan pengasapan.

Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Kebumen Tri Anggorowati mengungkapkan berdasarkan penelitian pada 2014 lalu, nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor DBD telah mengalami mutasi.

"Sehingga nyamuk tersebut telah kebal terhadap pengasapan atau fogging. Hal ini terjadi karena terlalu seringnya upaya fogging sehingga membuat nyamuk menjadi resisten," kata Tri, kemarin.

Ia menambahkan, upaya untuk menekan kasus DBD di Kebumen dengan cara gerakan PSN, yakni upaya menguras, mencuci, dan menutup. "Artinya, masyarakat diminta untuk hidup bersih dengan membuat lingkungan sehat dan jangan sampai ada genangan air. Genangan air menjadi tempat berkembang biak nyamuk," ujarnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya