Headline

Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Bencana Kemarau mulai Datang

PO/JI/AD/LD/N-3
10/8/2020 05:10
Bencana Kemarau mulai Datang
Kekeringan di NTT terus meluas.(ANTARA FOTO/KORNELIS KAHA)

KEKERINGAN ekstrem sudah terjadi di Nusa Tenggara Timur. Selama dua bulan lebih, sembilan kabupaten dan kota tidak dikunjungi hujan.

Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana, Kupang, Apolinaris Geru menyebutkan ke sembilan daerah itu ialah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Sikka, Ende, Sumba Timur, Sabu Raijua, Rote Ndao, Timor Tengah Selatan, dan Belu. Adapun 16 daerah lainnya juga sudah berstatus siaga kekeringan.

“Biasanya NTT mengalami hari tanpa hujan dengan kategori sangat panjang yakni 30-60 hari. Tahun ini, beberapa wilayah sudah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari,” tuturnya, kemarin.

Kekeringan ekstrem berdampak terhadap sektor pertanian yang memanfaatkan air hujan untuk bercocok tanam. Selain itu, ketersediaan air tanah untuk pasokan air bersih juga merosot. “Potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan juga tinggi,” tandasnya.

Kekeringan juga melanda areal pertanian cabai milik petani di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Akibatnya, hasil panen mereka merosot tajam.

“Di atas lahan seluas 2.000 meter persegi, biasanya saya bisa panen 100 kilogram. Saat ini, hasilnya yang bisa saya petik paling banyak hanya 10 kilogram,” kata Kholidin, 47, petani cabai di Desa Pagejugan, Kecamatan Brebes.

Tidak hanya petani cabai, petani bawang merah juga kesulitan mendapatkan air untuk menyiram tanaman mereka. Tak sedikit yang terpaksa menggunakan air selokan untuk menyiram.

“Kami terpaksa memakai air comberan, meski tidak bagus untuk bawang merah. Ada biaya obat-obatan yang harus kami keluarkan, karena menggunakan air com­beran,” ungkap Mustofa, 53, petani di Desa Gandasuli.

Air bersih juga mulai sulit didapat warga di beberapa kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah mengaku menerima permintaan penyaluran bantuan air bersih dari  Kecamatan Mangunreja, Karangjaya, Sukaraja, Cineam, Cikalong dan Pancatengah.

“Kami mulai bergerak. Tapi, ada keterbatasan sehingga belum semua daerah bisa dilayani,” kata Kepala Pelaksana BPBD Nuraedidin.

Berbeda dengan di Banyumas, Jawa Tengah, di tengah ancaman kekeringan, panen padi masih berlangsung.

“Awal Agustus ini panen mencapai 20 ribu hektare,” kata Kepala Dinas Pertanian, Widarso.
Bahkan, beberapa wilayah memasuki musim panen raya, di anta­­ranya yakni Kecamatan Pekuncen dan Rawalo.

“Pada Sabtu lalu, Bupati panen raya di Pekuncen, sedangkan Wakil Bupati di Rawalo. Di kedua kecamatan tengah memasuki panen raya musim tanam II yang dilaksanakan April-Juni lalu,” sambungnya.

Meski sudah 20 ribu hektare lahan yang panen, lahan pertanian di Banyumas masih tersisa lagi seluas 12 ribu hektare yang belum panen. Total musim tanam II, areal yang ditanami di daerah ini mencapai 32 ribu hektare. “Panen bagus karena tidak banyak serang­­an hama,” tambah Widarso. (PO/JI/AD/LD/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya