Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Menuju Kedamaian Masyarakat Akur

UL/N-3
08/8/2020 05:15
Menuju Kedamaian Masyarakat Akur
Tugu batu yang menjadi penanda pembangunan makam leluhur penghayat Sunda Wiwitan, yang disegel Satpol PP Kabupaten Kuningan.(MI/NURUL HIDAYAH )

HERANG caina, beunang laukna. Pepatah dalam bahasa Sunda yang berarti mendapatkan ikan tanpa harus membuat keruh airnya itulah yang kini dijalankan Acep Purnama.

Bupati Kuningan, Jawa Barat, itu mengaku tengah membangun komunikasi guna menyelesaikan saling silang yang terjadi antara masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda (Akur) Sunda Wiwitan yang berada di Kecamatan Cigugur dengan warga lain.

“Saat ini, komunikasi antara pemerintah kabupaten, saya, dan warga paseban Akur sudah berjalan lancar. Salah satu cara penyelesaian masalah ini memang dengan komunikasi,” ungkapnya saat dimintai komentar atas beredarnya imbauan dari Pupuhu Adat masyarakat AKUR Sunda Wiwitan Gumirat Barna Alam, kemarin.

Hubungan Acep dan masyarakat Akur sempat memanas setelah sejumlah anggota Satpol PP Kabupaten Kuningan menyegel tugu yang menjadi penanda pembangunan makam leluhur penghayat Sunda Wiwitan itu. Desakan dan gelombang kritik pun mengarah ke Bupati Kuningan tersebut, termasuk dari partai yang mengusungnya, PDI Perjuangan.

Pekan lalu, Acep datang ke Cigugur. Ia bersilaturahim dan berjanji akan membuka pintu dialog untuk menyelesaikan masalah. “Selama ini, tindakan yang saya tempuh semata-mata demi kondusivitas. Kepala daerah harus menjaganya,” tutur Acep.

Ke depan, ia meminta semua pihak menahan diri dan bersabar. “Saya juga tengah melakukan komunikasi dengan masyarakat yang keberatan dengan pembangunan makam masyarakat Akur. Kita dapatkan pemahaman yang sama.”

Sebelumnya, Pupuhu Adat Masyarakat Akur Gumirat Bar­na Alam menyatakan pembangunan makam sesepuh Sunda Wiwitan merupakan bentuk bakti anak terhadap orangtua. “Sebagai putra Pangeran Djatikusuma, kami hanya ingin mewujudkan bakti kepada rama (ayah). Saya hanya ingin mewujudkan bakti kami kepada rama yang kami cintai di ujung ha­yatnya,” tandasnya.

Sebagai Pupuhu Adat, Gumirat memiliki harapan besar kepada semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, untuk mendukung niat dan keinginan mereka. “Sesungguhnya tidak pernah terlintas sedikit pun di benak kami untuk mencederai keyakinan atau agama yang lain karena kami yakin bahwa semua orang adalah saudara,” paparnya.

Masyarakat Akur, tambah dia, sangat menjunjung tinggi ajaran leluhur mereka dalam menciptakan perdamaian. (UL/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya