Pertumbuhan Ekonomi Sumut Tahun Ini di atas Nasional

Yoseph Pencawan
23/7/2020 21:00
Pertumbuhan Ekonomi Sumut Tahun Ini di atas Nasional
Foto udara Kota Medan, Sumut, berdasarkan data BI perwakilan Sumut pertumbuhan ekonomi di sana di atas rerata nasional.(Antara)

WALAUPUN masih berstatus zona merah karena kasus positif Covid-19 yang masih terus meningkat, tetapi bank sentral mencatat pertumbuhan ekonomi Sumatra Utara (Sumut) masih mampu tumbuh di atas rerata nasional.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut Wiwiek Sisto Widayat mengatakan, perekonomian provinsi ini tercatat tumbuh sebesar 4,65 persen (yoy).

"Jauh di atas nasional dan Sumatra yang masing-masing tercatat 2,97 persen (yoy) dan 3,25 persen (yoy)," ujarnya, Kamis (23/7).

Secara spasial, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi Sumut tertinggi kedua setelah Sumsel yang sebesar 4,98 persen (yoy).

Karena itu, dia menilai pertumbuhan ekonomi Sumut di masa pandemi korona masih cukup baik meski melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21 persen (yoy), sesuai pola historis di awal tahun.

Bank sentral meyakini masih baiknya perekonomian Sumut karena dampak pandemi belum menjalar ke level regional meski kasus corona di Indonesia sudah muncul mulai Maret 2020.

Wiwiek Sisto mengungkapkan bahwa pada Juni 2020 Sumut bahkan mengalami deflasi sebesar -0,07 persen (mtm).

Lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,43 persen (mtm) serta lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi -0,29 persen (mtm).

Secara spasial, kata Wiwiek lagi, tekanan harga di seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumut mengalami penurunan. Deflasi terjadi di Kota Pematangsiantar -0,13 persen (mtm), Medan -0,09 persen (mtm) dan Padangsidimpuan -0,02 persen (mtm).

Namun dua kota IHK lain mengalami inflasi, yakni Kota Gunungsitoli 0,22 persen (mtm) dan Kota Sibolga 0,13 persen (mtm). "Deflasi bersumber dari kelompok makanan (volatile food)," ujarnya.

Menurut dia, secara umum kondisi itu terjadi karena aspek struktural masih menjadi kendala dalam kesinambungan produksi/pasokan.

Antara lain perencanaan tanam/produksi yang masih lebih dipengaruhi dinamika harga, belum optimalnya mitigasi terhadap dampak kondisi cuaca terhadap produksi, serta kendala kepastian bagi terserapnya hasil produksi petani dengan harga wajar.

"Karakteristik bahan pangan yang mudah rusak juga memengaruhi dinamika pasokan dari sisi distribusi," sambungnya.(OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya