Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Swab Massal Harus Diikuti Isolasi Sementara Wilayah

Palce Amalo
25/6/2020 09:35
Swab Massal Harus Diikuti Isolasi Sementara Wilayah
Ahli Biomolekuler Forum Academia Nusa Tenggara Timur (NTT) Fima Inabuy(MI/Palce Amalo)

AHLI Biomolekuler Forum Academia Nusa Tenggara Timur (NTT) Fima Inabuy menyebutkan pelaksanaan swab massal atau pool test covid-19 harus diikuti isolasi sementara wilayah. Tujuan isolasi sementara wilayah untuk mencegah warga dari area yang terdeksi merah dan kuning bepergian ke area hijau maupun sebaliknya, serta memberikan kesempatan kepada tim medis melakukan swab secara individual. 

"Swab massal tanpa penutupan wilayah buang-buang waktu karena orang akan bergerak ke mana-mana," kata Fima Inabuy kepada mediaindonesia.com, di Kupang, Kamis (25/6).

Output dari swab massal ialah adanya wilayah merah, kuning, dan hijau. Wilayah merah dan kuning harus ditutup sementara agar warga yang terdeteksi positif korona di dua wilayah itu tidak menularkan kepada warga di area hijau. 

"Tutup sementara dulu supaya warga jangan bergerak ke mana-mana, petugas ambil lagi swab untuk mengecek siapa yang positif," ujarnya.

Menurutnya, kesimpulan dari tahap pertama swab massal adalah pemetaaan wilayah yang diikuti swab tahap kedua secara individual tersebut. Strategi ini sangat tepat untuk mencegah penularan virus korona terutama yang kemungkinan ditularkan orang tanpa gejala (OTG)

Jumlah OTG di NTT pada Kamis pagi sebanyak 596 orang, orang dalam pemantauan (ODP) 45 orang, pasien dalam pengawasan (PDP) 28 orang, dan positif korona 34 orang. OTG terbanyak terdapat di tiga kabupaten yakni Manggarai Barat 208 orang, Kota Kupang 163 orang, dan Sumba Timur 105 orang. Sisi positif dari swab massal yakni mendeteksi banyak orang dalam waktu singkat atau tiga jam dengan reagen yang lebih hemat. 

"Ide dari pool test ini semua orang punya kans yang sama memiliki virus ini tanpa ketahuan, artinya dia carrier. Jadi tujuannya pencegahan," kata Biomolekuler lulusan Washington State University, Amerika tersebut.

Adapun swab massal di daerah itu diinisiasi Forum Academia NTT bakal digelar di Kota Kupang dalam waktu dekat. Menurut Fima, sebanyak 11 laboran yang bertugas melakukan swab massal sudah selesai menjalani pelatihan, serta sudah ada dua unit Quantitative Polymerase Chain Reaction (qPCR) yang merupakan pinjaman dari lembaga lain, serta bantuan reagen dari Badan Nasional Penanggungan Bencana (BNPB).

Sedangkan persiapan ruangan dan ruangan bertekanan negatif sedang dipersiapakan oleh Pemerintah Kota Kupang dan Dinas Kesehatan NTT bekerjsama dengan Klinik Pratama Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang. 

"Reagen ini akan digunakan dalam kurun waktu dua bulan, sesudah itu kita perlu lagi reagen untuk membuat tes ini berkelanjutan," ujarnya.

Selain dua laboratorium yang disiapkan pemerintah, menurut Fima, Forum Academi NTT juga mendorong publik mengumpulkan dana bagi rencana pembangunan laboratorium mandiri atau tidak bergantung dari refocusing anggaran pemerintah. Terkait penggaran rapid test massal oleh pemerintah, Fima menyebutkan strategi tersebut kurang tepat. Pasalnya rapid test mendeteksi virus lain yang menyerang tubuh yang belum tentu covid-19. Selain itu, rapid test reaktif setelah seseorang terkena virus atau sakit selama 10 hari. 

"Kalau dia terkena virus kemarin, dan hari ini tes dia nonreaktif karena rapid test itu mendeteksi antibodi," kata dia.

baca juga: Hanya Satu Kecamatan di Pematangsiantar masih Zona Hijau  

Fima mengatakan antibodi butuh waktu untuk terakumulasi dalam tubuh, sehingga orang yang baru saja terkena virus dan menjalani rapid test dua hari kemudian, tidak terdeteksi. Sejumlah jurnal ilmiah yang diterbitkan di Tiongkok dan Eropa menyebutkan penularan virus korona mulai dari tiga hari sebelum gejala muncul, sampai tujuh hari sejak gejala muncul. Jadi, dalam 10 hari ini  virus paling mampu menularkan ke orang lain. 

"Di Indonesia perlu  penelitian juga, titer virus itu menularkan paling banyak pada kapan? Apakah saat dia datang ke rumah sakit melaporkan gejala. atau tetap  tinggi saat dia dirawat seminggu di rumah sakit," katanya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik