Headline

RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian

Fokus

Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.

Ancaman Banjir Rob semakin Meningkat

AS/PO/JH/N-2
18/6/2020 05:45
Ancaman Banjir Rob semakin Meningkat
Banjir rob Laut Jawa menyebabkan rumah warga terendam air asin, di Desa Tugu, Kec. Sayung, Kabupaten Demak, Ja­wa Tengah, (17/6) kemarin.(MI/Akhmad Safuan)

RATUSAN keluarga di Desa Tugu, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Ja­wa Tengah, terancam. Rumah mereka terendam air asin dari siang hingga malam hari akibat perairan Laut Jawa yang belum bersahabat.

“Kami pasrah. Rumah kami sudah ditenggelamkan air yang masuk ke dalam ruangan setinggi 50 sentimeter, setiap hari,” kata Bambang, 45, warga.

Desa ini berjarak 5 kilometer (km) dari bi­bir pantai dan 5 km dengan jalan nasional pantura. Banjir rob sudah jadi langganan saat cuaca buruk melanda Laut Jawa. “Belum ada upaya pemerintah untuk mengatasinya,” sebut Nursalim, 63, warga lain.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Demak Agus Nugroho meng­akui ada 22 desa yang menjadi langganan rob. Mereka tersebar di Kecamatan Sayung, Karangtengah, Binong dan Wedung. “Pemkab belum bisa berbuat banyak karena anggaran yang terbatas.”

Di Kota Semarang, untuk menahan rob, pemerintah kota menaikkan badan jalan lingkar utara dengan pembetonan sepanjang 400 meter. “Pemerintah bersama swasta juga menanami kembali hutan mangrove di sepanjang pesisir pantai untuk menahan rob. Upaya lain normalisasi sungai di Semarang dan pembangunan tanggul laut di Demak,” papar Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Cuaca buruk di perairan Nusa Tenggara Timur, sampai kemarin, juga belum mereda. Angin kencang dan gelombang tinggi diperkirakan masih akan berlangsung hingga Jumat (19/6).

“Kecepatan angin antara 5-25 knot per jam dan tinggi gelombang maksimal mencapai 4 meter. Kecepatan angin sangat memengaruhi tinggi gelombang sehingga armada pelayaran dan kapal nelayan harus selalu waspada,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Ku­pang, Ota Jenni Thalo.

Menurutnya, tinggi gelombang bervariasi, mulai 1,25 hingga 4 meter. Gelombang tertinggi berpotensi terjadi di Laut Sawu, Selat Sape, perairan Kupang-Rote, dan Selat Sumba.

Ia meminta kapal feri berhati-hati saat kecepatan angin lebih dari 21 knot per jam dan tinggi gelombang 2,5 meter. Sementara itu, untuk perahu nelayan, mereka sudah harus menepi ketika kecepatan angin lebih dari 15 knot per jam dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.

Manager Operasional PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Kupang Hermin Welkis mengaku, sampai kemarin, operasional armada pe­layaran belum terganggu akibat cuaca buruk. “Pelayaran kapal masih normal.”

Kemarin, tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan pe­nelitian penyebab banjir di wilayah Kabupaten Tapanuli, Sumatra Utara. Ada tujuh titik di wilayah ini yang selalu dikepung banjir saat musim hujan datang.

Turunnya tim ini terjadi setelah Bupati Nikson Nababan menyurati Kementerian PU-Pera atas masalah yang dialami daerahnya.

“Seluruh titik rawan berada di jalan protokol,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tapanuli Utara, Dalam Simanjuntak. (AS/PO/JH/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya