Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
PEMBATASAN sosial berskala besar belum berlaku di Kota Serang, Banten. Namun, pasangan Kholik, 49, dan Yuli Nur Amelia, 40, sudah menjadi sangat menderita karena terdampak berjangkitnya covid-19.
Setelah bertahan hidup hanya dengan minum air putih selama dua hari, Yuli tidak kuat. Ia meninggal dunia, pekan lalu.
Kemarin, Kholik hanya mampu memandangi empat anak mereka. “Saya tidak tahu nasib anak-anak ke depan,” ujar pria yang bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan Rp25 ribu-Rp30 ribu per hari itu.
Keluarga ini tinggal di Kaloran, Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan/Kota Serang, Banten. Sebelum meninggal, Yuli sempat bercerita kepada sejumlah tetangganya soal kesulitan hidup yang keluarganya alami karena dampak covid-19, termasuk soal makan. Suaminya sulit menjual hasil memulung karena penampungnya sudah berhenti operasi.
“Dia sempat dibawa ke puskesmas, tapi meninggal dunia dalam perjalanan. Kami belum tahu persis sebab kematiannya karena kelaparan atau ada penyakit lain,” aku Lurah Lontar Baru, Dede Sudrajat.
Sepengetahuan Dede, keluarga Kholik sudah mendapat perhatian dan bantuan dari banyak pihak. “Jadi, tidak mungkin kalau karena kelaparan.”
Kepala Dinas Sosial Kota Serang Poppy Nopriadi mengaku bantuan sosial terkait warga yang terdampak covid-19 masih dalam tahap verifikasi dan validasi. “Kami ingin bantuan yang diberikan tepat sasaran.”
Juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19, Hari W Pamungkas, memastikan jaring pengaman sosial segera disalurkan. “Hanya verifikasi dan validasi data penerima bantuan belum final. Kuota yang akan diberikan untuk Serang mencapai 35 ribu kepala keluarga, tetapi dari validasi ada sebanyak 81 ribuan. Masih ada selisih yang besar.” (WB/ DG/BB/BK/RF/YR/N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved