Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Limbah yang Tidak Sekadar Jadi Masalah

Abdus Salim, Kementerian Pertanian
21/4/2020 23:25
Limbah yang Tidak Sekadar Jadi Masalah
Vivi, petani milenial(Dok.Kementan)

TIDAK terbayang dalam benak Miranda Vivi Febriana (24) kalau akhirnya terdampar sebagai petani. Padahal sebagai anak milenial ada banyak hal menarik dalam berkarier. Pakan ternak jadi perhatian dia.

Benak di kepala Vivi, begitu ia disapa, langsung berkecamuk melihat limbah jagung hasil dari pabrik pakan ternak yang tak termanfaatkan dengan baik. Ia mengabaikan pandangan sinis orang-orang di kampungnya yang menilai bahwa orang berpendidikan tinggi seperti dia layaknya kerja sebagai pegawai kantoran.

"Tidak mudah memang membulatkan tekad untuk terjun sebagai petani. Apalagi lingkungan sosial menuntut anak muda yang lulusan perguruan tinggi bekerja di kota atau jadi pegawai kantoran,' ujar Vivi akhir pekan lalu di Blitar, Jawa Timur.

Tekadnya itu berawal dari idenya yang sederhana. Ia melihat banyak para peternak ruminansia (sapi dan kambing) di Desa Kawedusan, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, dan peluang membantu mereka sangatlah besar. Lalu ia mendirikan AMD Jaya Shop  dengan berjualan pakan ternak.

Ketika 2018 lulus dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, salah satu perguruan tinggi vokasional pertanian di lingkup Kementan, ia langsung mengajukan diri untuk mendapat fasilitasi program. 

Program dari Kementan ini dimaksudkan untuk percepatan regenerasi petani melalui program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP). Vivi mendapatkan stimulus modal Rp.30 juta. 

Selain membuka toko pakan ternak, ia juga mencoba mengolah limbah berupa ablok jagung/slamper jagung atau jenjet jagung yang didapatkan dari pabrik olahan pakan yang dibuang. Vivi mengenalkan limbah tersebut kepada peternak sebagai bahan campuran pakan yang bagus untuk sapi.

“Ablok jagung ini limbah dari penyelipan jagung yang langsung dari pabrik, dibuat campuran pakan oleh peternak, murah dan mudah didapat, sapi pun jadi lahap makannya,” tutur Vivi sambil menunjukkan sampel ablok jagung

Selain itu ia juga menyediakan konsentrat, katul, jagung, menir jagung, kulit kedelai, kulit kacang ijo, tumpi jagung, kangkung, pollar, 511, mineral, premik, pakan kelinci dan obat-obatan ternak lainnya. 

“Saya mengambil konsentrat dari home industri lalu menjualnya. Saya menjadi agen dengan pengambilan konsentrat 1 rit (truk) sekitar 6-8 ton per bulan," ungkap perempuan kelahiran Kota Patria ini.

Saat ini Vivi sudah mampu memasarkan limbah (ablok jagung) dalam 1 minggu sebanyak 6-7 ton dan pasti habis, karena produk yang ditawarkan ini tak mengenal musim. Ada sekitar 10-20 pelanggan setiap hari datang mengambil bahan pakan ke tokonya. Omzet penjualannya saat ini sudah mencapai Rp26 juta per bulan. 

“Yang namanya limbah tentu kualitasnya tidak mesti, bahkan datangnya juga sewaktu-waktu bisa pagi, siang atau malam. Hari ini kita dapat yang bagus tapi besok belum tentu. Ini yang harus saya sampaikan pertama kepada pelanggan saya,” pungkas Vivi penuh optimistis.

Menjaga mutu, telaten, melayani pelanggan dengan baik, menerima kritik dan saran merupakan kunci sukses dalam usahanya ini. Terbukti sudah dua tahun usahanya bisa berjalan dengan baik.

Sebagai milenial, ia memanfaatkan keberadaan ekosistem digital dengan cara membuat online shop. Sehingga bisa promosi melalui media social, terutama dalam menyasar segmen peternak milenial.

Langkah Vivi ini sejalan dengan seruan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang meyakini usaha dan kredibilitas generasi muda di bidang pertanian saat ini semakin berkembang.

“Saya makin percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Apalagi dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia, maka dunia dalam genggaman kalian,” ujar Menteri Syahrul. 

Berdasarkan data saat ini Indonesia memiliki 33,4 juta petani. Sejumlah 30,4 juta (sekitar 91%) sudah berusia tua. Hanya 2,5 juta atau sekitar 9% yang merupakan petani milenial. 

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa pertanian merupakan garda terdepan di tengah pandemi covid-19 ini. Untuk itu perlu pelopor pertanian yang diharapkan membuat jejaring untuk menarik minat generasi milenial menekuni usaha di bidang pertanian. Selain sebagai penghela peningkatan produktivitas tenaga kerja pertanian serta produktivitas lahan dan komoditas.

“Dengan adanya teknologi saat ini petani pengusaha dapat  menggandeng tokoh masyarakat untuk promosi melalui e-commerce, sehingga memperpendek rantai pasok," tegas Dedi. (RO/O-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya