Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Mau Belajar Online, Siswa Flores Timur Mesti Cari Sinyal Dulu

Ferdinandus Rabu
16/4/2020 13:41

Imbauan pemerintah untuk belajar dari rumah selama pandemi covid-19, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Anak-anak yang tinggal di desa-desa kesulitan mengakses internet layaknya anak-anak di kota.

Para siswa di beberapa desa di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur contohnya. Mereka harus berjuang ekstra keras untuk mencari koneksi internet agar bisa belajar secara daring.

Setiap pagi, beberapa siswa SD Inpres Lewokoli, di Desa Aransina, Kecamatan Tanjung Bunga harus berjalan kaki lebih dari satu jam untuk mencari satu-satunya titik lokasi yang ada koneksi internetnya.

Seperti yang terlihat pada Kamis (16/4). Gabriel, siswa Kelas 4 SD Inpres Lewokoli, bersama beberapa siswa lainnya berangkat pukul 08.00 WITA. Tidak mudah untuk mencapai titik lokasi tersebut, lebih-lebih jika turun hujan. Butuh perjuangan ekstra dan kehati-hatian karena jalananlicin dan dipenuhi semak belukar.

Begitu tiba di lokasi, mereka mulai mencari posisi, lalu menghidupkan telepon seluler dan mulai mengakses internet. Mereka langsung belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan guru secara daring.

Baca juga: Lima Warga NTT Positif Covid-19

Tak ada keluhan dan raut wajah kelelahan tidak terlihat sedikitpun di wajah anak-anak tersebut. Anak-anak ini tetap semangat belajar dalam keterbatasan.

Mereka berharap koneksi internet bisa tersedia secepatnya ke desa-desa mereka. Beberapa desa yang saat ini masih kesulitan akses telepon dan internet adalah desa Aransina, Desa Latonliwo Satu, dan Desa Latonliwo Dua.

"Ini satu-satunya lokasi yang ada sinyal pak. Sejak belajar di sekolah ditiadakan dan diminta belajar di rumah menggunakan internet, maka hampir setiap hari kami harus datang ke lokasi sinyal ini. Desa kami belum ada sinyal. Untuk telepon saja sulit, apalagi internet," ungkap Gabriel.

Di tempat ini, lanjutnya, kami bisa belajar menggunakan akses internet, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru. "Susah internetnya. Kadang-kadang putus internetnya sehingga cukup mengganggu. Tapi mau bagaimana lagi? Karena ini satu-satunya lokasi signal, walaupun harus berjalan kaki 1 jam lebih untuk tiba di sini," papar Gabriel.

Seorang siswi SD Inpres Lewokoli, Tresensia Riang Muda Koten juga mengakui hal yang sama. Ia bersama temannya harus rajin mendatangi lokasi sinyal karena mendekati ujian akhir tamat SD.

"Saya sudah kelas 6. Jadi, harus lebih semangat belajar lagi. Kan mau tamat SD. Hampir ujian akhir juga. Di lokasi ini kami bisa akses internet. Kami tidak bisa belajar di rumah karena kesulitan akses internet dari rumah," jelas Tresensia.

Dia mengaku kadang-kadang merasa takut untuk datang ke lokasi. "Karena tempat ini banyak semak belukarnya, tapi mau bagaimana lagi? Mudah-mudahan kondisi bisa normal lagi karena kami pingin bisa sekolah lagi seperti dulu. Mudah-mudahan desa kami bisa secepatnya dipasang sinyal internet agar kami tidak lagi kesulitan mencari signal," ungkap Tresensia. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya