Kampanye tidak Mudik semakin Gencar

Lilik Darmawan
02/4/2020 06:45
Kampanye tidak Mudik semakin Gencar
Ilustrasi -- Area keberangkatan internasional yang lengang di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin(ANTARA/MUHAMMAD IQBAL)

KAMPANYE agar warga tidak mudik selama pandemi virus korona baru (covid-19) makin gencar dilakukan sejumlah kepala daerah dan tokoh masyarakat di daerah. Pasalnya, aktivitas mudik dikhawatirkan mengakibatkan penularan covid-19 secara masif dan membentuk episentrum penyebaran baru di luar wilayah Jabodetabek.

“Kita sudah menyampaikan berkali-kali bahwa tidak pulang kampung sudah mendukung pemutusan rantai virus korona ini,” ujar Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, kemarin.

Imbauan serupa juga disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, pekan ini. Ia meminta warga tetap tinggal di Jakarta selama virus korona masih mewabah. “Saya ingin menyerukan yang tinggal di Jakarta, mohon tetap tinggal di Jakarta,” tukasnya.

Seruan serupa juga telah disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

“Barang siapa memaksa mudik, otomatis berstatus ODP (orang dalam pemantauan). Jika berstatus ODP, harus isolasi diri 14 hari,” ujar Ridwan Kamil dalam maklumat larangan mudik.

Selain mengeluarkan imbauan untuk tidak mudik, sejumlah daerah juga mengintensifkan pemantauan di beberapa pintu masuk.

Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang mendirikan enam posko untuk memantau para pemudik.

Tim yang ber tu gas juga melibatkan aparat ga bungan TNI dan Polri serta pe tugas kesehatan yang bersiaga selama 24 jam dalam 3 sif.

“Para petugas akan menghentikan kendaraan penumpang dan kendaraannya disterilisasi. Para penumpang didata dan diperiksa kesehatannya oleh tim medis dari Dinkes Purbalingga,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Purbalingga Yani Sutrisno, kemarin.

Pemudik dikarantina

Sejumlah kepala desa juga berinisiatif mengarantina warga mereka yang mudik lebih awal. Salah satunya terjadi di Desa Kali Telaga, Kecamatan Pagetan, Kabulaten Banjarnegara, Jawa Tengah, seperti diceritakan seorang warganya, Ria, kepada Media Indonesia.

Ria menceritakan suaminya, Santo, mudik lebih awal karena toko tempat dia bekerja di Jakarta tutup sementara. Ria sendiri masih bekerja di Jakarta.

“Begitu sampai di kampung, suami saya disuruh periksa ke puskesmas. Setelah itu diharuskan tinggal di rumah 14 hari. Semua warga yang pulang ke kampung harus diperiksa di puskesmas dan mengarantina diri di rumah,” terang Ria.

Apa yang dilakukan di Desa Kali Telaga itu sesuai dengan yang disarankan pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiansyah. Dalam acara Bedah Editorial Media Indonesia pekan lalu, Trubus berharap aparat desa mengampanyekan warga tidak mudik atau melakukan hal-hal untuk mencegah penyebaran covid-19 dari warga yang telanjur mudik. Hal itu karena aparat setempatlah yang bisa berbicara dalam bahasa setempat sehingga dipatuhi warga.

Terkait dengan bicara dalam bahasa setempat, beredar video aparat TNI dari Kodam Diponegoro mengajak warga tidak mudik untuk mencegah penyebaran covid-19 dengan bahasa Jawa ngapak.

“Inyong jaluk tulunglah kepada sedulurku kabeh sing ana di perantauan nggo sementara waktu aja balik disit (saya minta tolong kepada semua saudaraku yang ada di perantauan untuk tidak pulang dulu),” ujar Kapendam IV/Diponegoro Letkol Kav Susanto dalam video yang beredar luas di masyarakat. (LN/FB/PT/MR/AS/JS/X-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya