Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Pengamat : Ini Hal Positif Dari Omnibus Law Ciptaker

Bayu Anggoro
12/3/2020 13:33
Pengamat : Ini Hal Positif Dari Omnibus Law Ciptaker
Prof.Dr Cecep Darmawan, Kepala Pusat Kebijakan Publik LPPM, UPI.(Istimewa)

TERLEPAS dari rangkaian perdebatan soal Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Ciptaker) sebenarnya regulasi ini memiliki sejumlah keunggulan.

Pengamat Kebijakan Publik Prof Dr. Cecep Darmawan SH MH mengatakan, draft RUU Omnibus Law ini adalah salah satu upaya terobosan hukum dan penyederhanaan hukum di Indonesia.

“Selain itu, bisa menjadi solusi bagi inkonsistensi regulasi dan benturan atau konflik antar peraturan perundang-undangan,” ujarnya, Kamis (12/3)

Kepala Pusat Kebijakan Publik LPPM Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jabar ini juga mengatakan, draft RUU ini bisa menjadi bagian dari sentralisasi, penyeragaman, penyatuan, keterpaduan antara kebijakan pusat dan daerah. “Ini juga menjadi bagian dari efisiensi birokrasi dan meminimalisir konflik kepentingan antar pihak tertentu,” katanya.

Tak hanya itu, RUU yang mencakup revisi 79 undang-undang dan terdiri atas 1.244 pasal ini, diharapkan bisa meningkatkan sinergi dan koordinasi antar pemangku kepentingan.

“Bisa juga menjadi jaminan terhadap kepastian, perlindungan dan keadilan bagi para pemangku kepentingan,” ujarnya.

Sementara soal berbagai protes dari publik yang merintangi pembuatan RUU ini, Darmawan menyarankan agar masyarakat jangan buru-buru membuat kesimpulan atas isi regulasi ini.

“Intinya masyarakat jangan terlalu apriori,” katanya.

Namun di sisi lain, ia juga mengharapkan agar pemerintah juga harus terbuka dan transparan dalam menyusun RUU ini.

“Ajak stakeholder dialog dalam perumusan omnibus law. Jangan terburu buru. Draf RUU jug masih harus diberi masukan dan dikoreksi berbagai pihak,” ujarnya.

Darmawan pun menganjurkan agar pemerintah perlu melakukan dialog secara intens dengan berbagai kepentingan.

“Misalnya kelompok buruh, aktivis lingkungan, pers dan termasuk kalangan kampus dan kelompok-kelompok lain yang akan terdampak,” katanya. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya