Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Produk Kerajinan Kaum Disabilitas Tembus Pasar Luar Negeri

Tosiani
05/3/2020 14:30
Produk Kerajinan Kaum Disabilitas Tembus Pasar Luar Negeri
Produk kerajinan buatan kaum disabilitas yang ada di Rumah Kinasih Blitar, Jawa Timur dipamerkan di BBRSPDI Temanggung, Kamis (5/3/2020).(MI/Tosiani)

YAYASAN Rumah Kinasih berupaya memberdayakan kaum disabilitas di daerah sekitar Blitar, Jawa Timur. Mereka dipekerjakan memproduksi berbagai jenis kerajinan yang dipasarkan hingga ke luar negeri. Atas usahanya itu, para disabilitas memperoleh sejumlah royalti.

Ditemui di Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (5/3/2020), Edy Cahyono, Founder Rumah Kinasih Blitar mengatakan, semula pihaknya merupakan pendamping sosial hasil binaan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung. Namun dalam perkembangannya, Rumah Kinasih tidak hanya mengakomodasi disabilitas intelektual saja. Pihaknya juga menaungi disabilitas daksa atau penyandang cacat fisik dan tuna rungu wicara.

"Kami merupakan binaan BBRSPDI. Lalu programnya kami kembangkan sesuai permintaan pasar," terang Edy, di aula BBRSPDI Temanggung, Kamis.

Ia menyebutkan, saat ini ada sejumlah 54 orang disabilitas yang dikaryakan di Rumah Kinasih. Mereka terdiri dari 25 orang penyandang  disabilitas intelektual (PDI) dan 29 orang yang merupakan campuran dari tuna daksa dan tuna rungu wicara.

Mereka semua berasal dari daerah sekitar Blitar. Sebanyak 25 orang PDI dipekerjakan membuat batik ciprat. Sedangkan 29 orang tuna daksa
dan tuna rungu wicara mengaplikasikan batik ciprat itu dengan bahan lain menjadi kerajinan tas, buku agenda, tas laptop, tas seminar kit.

"Belakangan banyak permintaan tas seminar kit, antara lain dari Bank Indonesia (BI), BPJS, Kemenaker, Kepolisian, dan Axa Mandiri," tutur Edy.

Produksi batik ciprat dan kerajinan oleh disabilitas itu, tambah Edy, dimulai pada 2017. Namun baru berbadan hukum pada 2019. Badan Hukum itu
untuk menaungi para disabilitas yang ada di Yayasan Rumah Kinasih.

Tenaga kerja disabilitas berproduksi setiap hari, selain hari Minggu. Sebab disabilitas yang tinggal di sana hanya empat orang, lainnya pulang ke rumahnya masing-masing.

Tenaga kerja disabilitas di Rumah Kinasih juga sudah dilindungi asuransi tenaga kerja melalui BPJS Ketenagakerjaan. Untuk mengembangkan sumber daya yang ada, pihak Rumah Kinasih bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi. Antara lain Universitas Brawijaya Malang, IAIN Tulung Agung, dan UNESA Surabaya.

Mereka memberikan pelatihan dan membuat portal untuk kaum disabilitas. Kemudian melalui kegiatan doktor mengabdi mereka juga memberikan pelatihan digital marketing.

Adapun penjualan produk kerajinan dari Rumah Kinasih, lanjutnya, dilakukan secara online dan offline. Harga jual berkisar antara Rp170 ribu -Rp250 ribu per unit, tergantung ukuran, motif, dan jenis bahan kain yang digunakan.

Sedangkan tenaga kerja disabilitas mendapat royalti untuk produknya. Sistem royalti agar lebih adil karena ada tenaga kerja yang rajin dan ada yang kurang rajin. Untuk disabilitas intelektual yang membuat batik diberi royalti antara Rp20 ribu-Rp25 ribu per lembar kain batik.

Disabilitas daksa dan tuna rungu wicara yang membuat kerajinan mendapat royalti antara Rp7.000 hingga Rp25 ribu per unit, tergantung dari tingkat kerumitan. Umpamanya pembuat tas blacu yang relatif mudah mendapat royalti Rp7.000 per unit.

"Produk kerajinan kami pernah dibawa ke Singapura, San Fransisco, dan Australia karena dibeli sebagai oleh-oleh," tutup Edy. (TS/OL-10)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya