Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
PERUM Bulog Divisi Regional (Divre) Bengkulu, kesulitan menyerap gabah dari petani disepuluh kabupaten/kota. Bulog mengalami kesulitan untuk membeli gabah karena petani lebih memilih menjual hasil panen yang sudah dikonversi menjadi beras ketimbang gabah. Kepala Subdivre Bulog Bengkulu, Defrizal, mengatakan, Bulog hingga saat ini masih kesulitan membeli gabah petani karena hasil panen sudah dikonversi menjadi beras ketimbang gabah karena harga jualnya lebih tinggi.
"Untuk pembelian gabah, Bulog sampai saat ini belum menyerap begitu banyak hanya kurang lebih sekitar ribuan ton pada pertengahan Januari ini," kata Defrizal, Selasa (28/1).
Penyebabnya rata-rata para petani tidak mau jual gabah dan beralasan sengaja mendiamkan dulu gabah mereka dan akan dijual ketika ada keperluan mendesak.
Untuk menggenjot penyerapan gabah, Bulog sudah melakukan program jemput bola dengan mendatangi langsung petani di beberapa daerah seperti di Kabupaten Bengkulu Utara, Rejang Lebong, dan Bengkulu Selatan. Saat ini Bulog terus berupaya melakukan penyerapan gabah di petani semaksimal mungkin. Sebagian petani tidak mau menjual gabahnya dengan alasan harga beli yang diberikan Bulog sangat murah kisaran Rp 5.115 per kilogram.
"Petani lebih memilih menjual berasnya dari pada gabah, karena kalau jual gabah untungnya sedikit," imbuhnya.
Berdasarkan catatan Bulog pada 2019 lalu, beras yang berhasil dibeli oleh Bulog dari para petani mencapai 1.500 ton dengan harga Rp8.030 per kg. Meskipun Bulog membeli dengan harga Rp8.030 per kg, tetap saja ada petani yang tidak ingin menjual beras ke Bulog dengan alasan harga belinya terlalu murah.
Saat ini petani menginginkan harga beli beras minimal Rp10 ribu per kg karena beras yang dijual adalah kualitas premium. Bulog kesulitan untuk menyerap beras dari petani karena lebih cerdas, tidak mau menjual beras bagus dengan harga murah, makanya banyak yang menjual ke luar daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, Ricky Gunarwan mengatakan, petani di Bengkulu banyak menjual beras kepada para tengkulak dari luar provinsi setempat.
"Tengkulak membeli beras dari Bengkulu, kemudian dikemas ulang dan menjualnya kembali ke Bengkulu," katanya.
baca juga: Bupati Mentawai Targetkan Pembangunan Bandara Terwujud Tahun Ini
Akibatnya harga beras di daerah cukup tinggi dan idealnya harga beras kualitas premium harganya hanya Rp10 ribu per kg. Tetapi setelah dikemas ulang dijual dengan harga Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kg. Diharapkan para petani untuk tidak menjual gabah ataupun beras kepada para tengkulak dari luar daerah sehingga beras lokal asal Bengkulu, dijual langsung ke Bulog. (OL-3)
Tiga komoditas yang tercatat turun yakni daging ayam broiler, kacang kedelai, dan ikan kembung.
Target percepatan operasional Kopdes Merah Putih di bulan ini sampai 15 ribu, kalau kelembagaan dan satgas provinsi, kabupaten sampai kota sudah dekat 100%.
Sebagian beras di gudang Perum Bulog sudah berumur lebih dari satu tahun.
Hasil pengamatan Ombudsman menunjukkan bahwa isu pengoplosan beras yang selama ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat sebenarnya tidak sepenuhnya tepat.
Ombudsman menemukan harga beras yang berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dijual di Pasar Johar, Karawang, Jawa Barat.
Penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) akan dilakukan melalui dua skema.
Bantuan ini, sambung Rizky, bersumber dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh Perum Bulog.
Masyarakat yang menerima tersebut berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) yang setiap bulannya diperbaharui.
Pendistribusian beras cadangan pangan pemerintah pusat telah diperiksa secara langsung guna memastikan kualitas harum, warna baik.
BULOG mulai menyalurkan cadangan beras pemerintah (CBP) ke masyarakat dan pasar. Hal itu dinilai jadi angin segar bagi masyarakat saat harga beras tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved