Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KOTA Tasikmalaya berada di urutan 13 se Jawa Barat untuk jumlah penderita HIV/AIDS. Dari kurun waktu 2004 hingga 2019 terjadi peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS. Umumnya penderita HIV/AIDS berusia produktif. Selain seks tidak aman, penderita HIV tertular lewat jarum suntik narkoba.
"Sejak Januari 2004 hingga September 2019, mencapai 669 orang. Dari total itu 350 orang dalam perawatan dan sisanya meninggal dunia," kata Dendi Carniadi dari Komisi Penanggulangan Penanggulangan AIDS (KPA) bagian Pengelola Monev dan Logistik, Kota Tasikmalaya, Jumat (13/12/2019).
Dendi menambahkan saat ini jumlah pasien AIDS mencapai 75% dan sisanya 25% adalah HIV, dengan usia antara 30-35 tahun.
"Penderita HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya, saat ini masih didominasi oleh kalangan produktif. Untuk itu butuh peran dari berbagai sektor termasuk pemerintah agar menyosialisasikan bahaya penyakit tersebut. Karena, di Jawa Barat penderita HIV dan AIDS diperingkat ke 3 secara nasional," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan Penanggulangan dan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Suryaningsih menambahkan tren saat ini penularan HIV disebabkan hubungan seks sejenis yang kemudian menulari istri di rumah.
baca juga: Jumat Ngopi Cara ASN Temanggung Promosi Kopi Lokal
"Tapi penularan tertinggi tetap penggunaan jarum suntik narkoba secara bergantian. Hingga Oktober sudah ada 715 orang terinfeksi HIV lewat jarum suntik narkoba. Tapi terbaru ada tambahan dari laporan petugas pada November ini ada tambahan 105 orang positif HIV," terang Suryaningsih. (OL-3)
Untuk pertama kalinya, American Academy of Pediatrics (AAP) mengubah pendiriannya dengan menyatakan bahwa orang dengan HIV bisa menyusui bayinya jika mereka mengikuti pedoman tertentu
Ketika virusnya sudah terkontrol maka pemerintah harus bisa mengupayakan agar pemeriksaan dan pengambilan obat dilakukan tiga bulan sekali saja.
Herpes zoster menimbulkan ruam yang amat nyeri. Penyebabnya adalah reaktivasi virus cacar air yang ‘tinggal’ di dalam tubuh.
Prostitusi online dan penyuka sesama jenis atau LGBT menjadi faktor pendorong tingginya angka HIV/AIDS di Kabupaten Subang.
Calon pemimpin (sebenarnya) tidak peduli terhadap isu kelompok marginal. Yang mereka pikirkan hanyalah kemenangan saja.
Masih adanya stigma terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di masyarakat, sehingga mereka kerap diabaikan sebagai pemilih.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved