Headline
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Pertambahan penduduk mestinya bukan beban, melainkan potensi yang mesti dioptimalkan.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
NORMALISASI sungai di beberapa wilayah pantura Jawa Tengah belum rampung. Padahal normalisasi ini diharapkan bisa mengendalikan banjir saat wilayah itu memasuki musim penghujan. Rata-rata sungai yang dinormalisasi saat ini, seperti Banjir Kanal Timur (BKT) dan Tenggang (Semarang), Sungai Sayung dan Dombo (Demak), Sungai Juwana (Pati) selain mengalami pendangkalan akibat sendimentasi, juga alih fungsi lahan di bantaran sungai. Saat ini banyak bangunan liar berada di bantaran daerah aliran sungai.
Seperti Banjir Kanal Timur Semarang saat ini baru memasuki tahap kedua dengan anggaran digelontorkan Rp77 miliar. Pengerjaannya mulai dilaksanakan di ujung Jembatan Majapahit hingga Tambaklorok, Semarang yang diperkirakan rampung pada Desember 2020.
"Kendala utama normalisasi ini adalah pemindahan rumah dan bangunan warga yang ada di bantaran sungai tidak kunjung selesai," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana, Ruhban Ruzziyanto, Rabu (13/11/2019).
Selain itu normalisasi Sungai Sayung, Demak pada tahap pertama juga belum tuntas 100%. Selain pelebaran sungai belum maksimal dengan menyisakan tanah di pinggiran kanan dan kiri dan belum sampai ke muara Pantai Mor.
"Normalisasi baru sampai Desa Bedono. Rencana tahun depan baru dilanjutkan hingga muara," kata Jafar,52, warga Sayung, Demak.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Demak, Agus Nugroho mengatakan telah menginstruksikan semua pihak baik warga maupun instansi terkait untuk menjaga dan membersihkan sungai menjelang musim hujan.
"Saya sudah instruksikan ke camat dan lurah agar warganya bersihkan sungai dari sampah, seperti Sungai Tuntang dan Jragung hulu ada di daerah lain. Jika di hulu Kabupaten Semarang hujan, maka Demak yang terkena banjir," ujar Agus Nugroho.
Sedangkan normalisasi di Sungai Juwana, Kabupaten Pati menelan anggaran hingga Rp100 miliar terus dikebut. Molornya pelaksanaan pengerukan sungai akibat terhalang sedimentasi tinggi. Penyebabnya terhalang bangkai dan parkir kapal yang belum disingkirkan.
baca juga: Tren Pilkada 2020 di Cianjur Cenderung Turun
Kepala BBWS Pemali Juwana, Ruhban Ruzziyanto mengatakan janji Pemkab Pati untuk menyingkirkan bangkai kapal ikan tidak kunjung dilakukan. Sehingga ketika pelaksanaan dilakukan menjadi hambatan karena kapal keruk tidak dapat menjangkau secara maksimal.
"Pelaksana kerahkan dua kapal keruk dan bekerja siang malam agar normalisasi cepat selesai. Saat musim hujan dapat menampung volume air," imbuhnya.
Rusaknya ekosistem hulu DAS Citarum secara signifikan meningkatkan bencana banjir di daerah-daerah di sekitar wilayah Bandung, terutama di Bandung Selatan.
Hingga Rabu, (21/5) para korban banjir Grobogan telah lima hari menginap di pengungsian. Mereka mengungsi di Gedung Olahraga (GOR) GOR Tanggirejo.
Menko PMK Pratikno menyampaikan pemerintah serius dalam melakukan penanganan banjir Jabodetabek secara terpadu lintas Kementerian dan Lembaga.
Sebagai respons terhadap bencana tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya memastikan layanan kesehatan tetap berjalan bagi para korban bencana banjir.
Cuaca ekstrim yang menyebabkan hujan deras hingga banjir tersebut mengakibatkan 768 gardu distribusi terdampak, sehingga terpaksa dipadamkan sementara demi keselamatan warga.
Dalam satu hari bencana banjir, longsor, pohon tumbang terjadi di 52 Desa di Kabupaten Bogor dan 14 titik di Kota Bogor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved