Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
GULA bagi warga Manggarai sudah tidak asing karena penduduk setempat telah menemukan solusi gula lokal.
Dahulu sebelum masuknya industri pabrik gula,orang orang pelosok, telah menemukan proses gula tradisional alami dari buah pohon enau atau pohon lontar.
Warga Pedalaman Flores Manggarai, NTT, khususnya di Kampung Kolang kecamatan kuwus Barat,Kabupaten Manggarai Barat di zaman sebelum Indonesia merdeka sudah mampu menghasilkan gula secara tradisional.
Warga Kolang,Hita menyebutnya dengan Kokor Gola (bahasa Manggarai) atau Masak Gula.
Tradisi ini di wariskan secara turun temurun dan masih bisa di temukan hingga saat ini.
Proses Kokor Gula di lakukan warga pedalaman dengan mencari pohon enau yang sedang berbuah.Dari buah enau menurut sebutan orang Manggarai Buah Raping itu kemudian di pukul hingga lembek dan mengeluarkan air lalu di iris (Pante,bahasa Manggarai) air jus buah enau di tampung dalam gogong (bambu) sebagai tempayan.
Baca juga : Impor Raw Sugar melalui PTPN akan Bantu Petani
"Proses pemukulan batang buah enau atau Ndara memakan waktu satu bulan hingga air tetesan buah mengalir.Air enau minze bisa menghasilkan manis maupun dapat di proses menjadi alkohol,"tutur Mikael Ardin Warga Kolang Minggu 27/10.
Adalah satu kehormatan bagi warga kampung jika memiliki gula yang terbuat dari enau.karena kala tu warga pedalaman kesulitan menghidangkan kopi tànpa cita rasa manis.
Penghasil kokor gola,bisa menukarkan hasil produksinya berupa beras atau kopi. Kearifan lokal orang pedalaman masih di gunakan dan dapat menjual gula mèrah hingga saat ini.
Mikael mengaku gola merah memiliki kasiat tersendiri dapat menghilangkan sakit lambung mengurangi sakit maag atau Lambung.
Proses gula secara tradisional ini perlu didukung dengan proses pemasaran sehingga orang yang bekerja membuat gula tradisional bisa menafkahi hidup.
Tradisi kokor gola biasanya dilakukan jelang perayaan Natal atau Paskah. Warga mencari gula untuk membuat kue atau minuman berupa kopi atau teh.Satu satunya adalah Gola merah atau gola semut.
Gola merah atau gola semut dalam bentuk tepung merupakan hasil proses air jus manis buah enau yang di masak selama dua hingga tiga jam.Hal ini di lakukan oleh tukang Pante Tuak (tukang iris jus buah enau).
"Tidak saja di butuhkan pada waktu hari raya besar agama tetapi hajatan adat pernikahan dan lain sebagainya,"ucap Mikael.
Rinus Sidan mengisahkan kokor gola warga lokal biasanya di iringi dengan dendangan lagu menemani orang yang tengah masak air jus enau menjadi gula.
Kebiasaan ini di warnai dengan lagu pantun bersahutan sebagai penghibur lelah. Belum lagi di ikuti tiupan suling bambu suasananya terasa bersahabat dengan alam.
Mikael dan Rinus berharap ada bantuan modal dan bisa di produksi gula lokal dalam jumlah banyak dan bisa di pasarkan secara luas. (OL-7)
Konsumsi gula secara berlebihan dan tidak mengatur pola makan yang sehat juga bisa menyebabkan timbulnya beberapa penyakit yang bisa mengancam kesehatan tubuh.
Saat dilakukan pemeriksaan di atas kapal, tim menemukan sebanyak 500 karung beras dengan total berat sekitar 5 ton serta 400 pak gula pasir seberat 14,6 ton.
Gula bisa berasal dari bahan alami (seperti buah, madu, dan tebu) atau buatan (seperti pemanis sintetis).
Pola hidup yang sering mengombinasikan nasi sebagai karbohidrat utama dengan sumber karbohidrat lainnya dari tepung-tepungan dapat meningkatkan risiko diabetes melitus.
Menurut peraturan tentang konsumsi gula, garam, dan lemak (GGL), batas harian gula adalah 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan.
RAMADAN identik dengan mengonsumsi kurma karena tradisi mengonsumsi kurma. Ada beberapa jenis kurma yang dijual di pasaran yang dilapisi dengan gula.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved