Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Dari Memompa Air hingga Menjebol Bendungan

Alexander P Taum
14/9/2019 18:30
Dari Memompa Air hingga Menjebol Bendungan
Bendungan Ijura di Desa Reraroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, NTT.(MI/Alexander P Taum)

PARA petani menjerit. Kekeringan panjang yang masih melanda Indonesia menyebabkan lahan pertanian mereka tak dapat berproduksi lagi. Dalam situasi kekeringan tersebut, banyak cara dilakukan para para petani agar tetap produktif.

Petani yang sudah telanjur menanami areal sawahnya terpaksa berjibaku dengan kerasnya alam demi mempertahanan hidup. Di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, para petani setempat terpaksa harus merogoh kocek lebih dalam guna membeli mesin pompa air.

Mesin tersebut berguna untuk memompa air ke lahan yang sedang ditanami. Ada pula petani yang terpaksa menjebol dinding bendungan untuk mendapatkan pasokan air irigasi.

John Da Gomez, warga desa setempat, Sabtu (14/9), mengatakan, para petani di Desa Reraroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka terpaksa memompa air dari Bendungan Ijura dengan bantuan mesin pompa air.

Aliran air yang mengalir di bagian selatan Bendungan Ijura itu tidak lancar karena debit air sangat kecil. Para petani berusaha untuk mengatasi masalah itu dengan melakukan pompanisasi dari kali Bendungan dan dimasukkan ke dalam saluran.

Jadi, sekarang ada beberapa tempat yang masih di aliri air dan ada beberapa tempat juga yang tidak mendapatkan air, sehingga banyak petani yang tidak berani melakukan penanaman.


Baca juga: Terang Benderang hingga ke Batas Negeri


Tak hanya itu, Kristianus Amstrong, Kepala bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, mengatakan, pintu air Bendungan Nebe terpasa dijebol petani untuk mendapatkan air irigasi.

"Seperti Kecamatan Talibura di mana pintu air Bendungan Nebe dijebol oleh masyarakat, maka harus diganti pintu airnya dan sudah diganti dua minggu lalu sehingga, jebolnya pintu air Bendungan Nebe sangat berpengaruh tidak bisa dialiri ke saluran," ujar Kristianus.

Ia mengatakan, penurunan produksi juga terjadi di Kecamatan Magepanda. Pada Oktober tahun kemarin, seharusnya 200-an hektare lebih ditanami, tetapi karena debit airnya berkurang maka luas tanam yang dilaporkan sampai dengan bulan kemarin tidak tercapai dan benar-benar ada beberapa petani yang tidak melakukan penanaman.

"Ada juga beberapa petani yang berani melakukan penanaman karena berada dekat bendungan, tetapi untuk memastikan puso kita harus menunggu laporan dari PUPT petugas lapangan," ungkapnya.

Kalau untuk wilayah Kecamatan Paga itu berada di Desa Masabewa, petani tidak berani melakukan penanaman dan pengelolahan tanam karena dilihat dari debit air berkurang dan hanya bagian yang dekat dengan bendungan yang masih melakukan penanaman.

"Kalau bagian bawah yang tidak bisa dialiri air, para petani tidak berani melakukan penanaman, sehingga kalau kita lihat yang sudah tanam itu dalam artian gagal panen, jadi untuk sekarang laporan gagal panen belum ada. Belum ada laporan dari petani ke petugas dan petugas belum melaporkan gagal panen ke dinas terkait," sebutnya.

Entah sampai kapan, jeritan para petani ini dapat berakhir, karena Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika setempat memperkirakan musim kemarau masih panjang. (OL-1)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya