Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Kemarau Panjang Mulai Ganggu Keamanan Pangan

Ferdinandus Rabu
30/8/2019 08:05
 Kemarau Panjang Mulai Ganggu Keamanan Pangan
Kemarau panjang berpotensi terjadinya rawan pangan di Kabupaten Flores Timur, NTT(MI/Ferdinandus Rabu )

KEMARAU panjang melanda Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur telah mengancam ketahanan pangan daerah. Data Analisis dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Flotim menyebutkan dampak kemarau saat ini cukup meresahkan sehingga mengancam ketahanan pangan di daerah ini.

Kepala Dinas Ketahahan Pangan Flotim, Remigius Boli Lewar saat dikonfirmasi Jumat (30/8), mengakui saat ini kemarau sangat mempengaruhi kondisi pangan yang mengancam terjadinya rawan pangan ringan hingga rawan pangan berat.

"Kabupaten Flores Timur pada tahun 2019 ini juga terkena dampak kemarau panjang. Sehingga analisa kami, mengganggu ketahanan pangan di daerah ini. Sejumlah wilayah yang mengalami rawan pangan ringan dan rawan pangan berat. Dan jika kondisi kemarau ini terus berlanjut maka akan terus meningkat kondisi rawan pangan di daerah ini. Sebab daerah mulai mengalami penurunan hasil produksi tanam," kata Remigius.

Disebutkan lima kecamatan yang saat ini berpotensi mengalami rawan pangan yakni di Kecamatan Lewolema, Tanjung Bunga, Solor Barat, Solor Timur, dan Adonara Timur.

Lebih lanjut, Remigius menambahkan pemerintah daerah telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membantu beberapa daerah yang mengalami rawan pangan dengan menambah stok cadangan pangan di daerah ini.

"Untuk kondisi ini, pemerintah daerah sudah menyiapkan sembilan ton bahan pangan berupa beras jagung dan kacang ijo. Kacang ijo ini juga untuk membantu anak-anak yang mengalami gizi buruk dan stunting karena kekurangan pangan bergizi. Karena prediksi kami, jika kondisi rawan pangan ini terus berlanjut dan berulang, maka akan berdampak pada anak-anak, bayi atau  balita dan ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi. Jadi fokus perhatian kami pun sampai ke sana," kata Remigius.

baca juga: Tanggamus Percontohan Kawasan Berikat Hortikultura Nasional

Dia menyebutkan kondisi ketersediaan pangan pada tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu. Sebab musim tanam periode ini tidak mencukupi kebutuhan pangan, sehingga berdampak pula pada konsumsi rumah tangga yang tidak sesuai dengan pola pangan harapan berdasarkan standar nasional. Yaitu pangan beragam, bergizi dan seimbang. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya